Mohon tunggu...
M Hilman Maulana
M Hilman Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sejarah UPI

Saya suka mencari hal baru, mempertahankan kebiasaan dan mencari hal baru untuk dijadikan kebiasaan. Sosial media, teknologi, meme dan pendidikan adalah hal yang seru. Mari berdiskusi bersama-sama.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Lilin Semarang

16 Desember 2022   09:50 Diperbarui: 16 Desember 2022   10:25 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lilin adalah sebuah alat untuk menerangi kegelapan dalam suatu tempat. Begitu juga dengan lilin yang ada di Semarang, lilin yang menerangi kenangan mengenai sebuah kisah perjuangan para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan dari tangan penjajah. Lilin itu ialah Tugu Muda. Tugu yang terletak di persimpangan jalan di Semarang yaitu Jalan Pemuda, Jalan Pandanaran, Jalan Imam Bonjol, dan Jalan MGR. Soegijapranata. Dan sebuah jalan kecil yang berada di sebelah Pasar Bulu, yaitu Jalan HOS. Cokroaminoto. Monumen yang dibuat untuk mengingat Peristiwa Pertempuran 5 hari di Semarang ini merupakan salah satu tempat yang cozy untuk dikunjungi dalam rangka berlibur atau bersantai.

Lokasi Tugu Muda sendiri sangat mudah dijangkau dan berada di tengah persimpangan sehingga ia mudah untuk dikenali. Monumen ini memberikan pengalaman terbaik untuk melihat berbagai bangunan bersejarah sekaligus bersantai ditemani suasana asri di sekitar tugu.

 Ada kolam dan bermacam-macam pohon untuk meneduhkan perasaan ketika berada di area tugu. Berbagai ornamen menghiasi sekitaran tugu yang memiliki arti secara tersirat. Ada 4 relief yang menggambarkan perjuangan masyarakat Semarang dalam usaha memperoleh dan mempertahakan kemerdekaan Indonesia. Replika bambu runcing pun dibuat 5 buah untuk memperkuat kesan 5 hari pertempuran berlangsung.

Penulis merasa ingin nongkrong sepuasnya ketika berada di Tugu Muda. Di saat berkunjung ke Tugu Muda, suasana saat itu sedang cerah ditambah dengan langit yang biru menenangkan. Ketika penulis duduk di kursi yang tersedia di Tugu Muda, perasaan tenang menghampiri begitu lembut disertai rasa santai yang membantai membuat penulis ingin berlama-lama di Tugu Muda. 

Ketika penulis mendekat ke relief yang terukir di Tugu Muda rasa nasionalisme begitu menyeruak kedalam kalbu. Berbagai penderitaan yang digambarkan oleh relief begitu terasa menyakitkan karena terlihat bahwa rakyat Semarang sangat kesusahan oleh penjajah. Segala kekurangan adalah diksi yang paling tepat untuk menggambarkan hal tersebut. Rakyat tidak punya sandang, badan kurang pangan, hingga tenaga dikuras habis untuk bekerja kepada kolonialis. 

Berlanjut ke relief yang menggamabarkan pertempuran, semangat para pejuang begitu terlukis dengan pekat. Segala hal mereka pertaruhkan agar dapat terbebas dari belenggu penjajah. Disambung oleh relief pertempuran yang menyatakan kejelasan sikap para rakyat Semarang untuk membulatkan tekad dan membabat habis para penjajah. 

Pertempuran tak terelakkan hingga 5 hari dan menghasilkan korban yang akan menjadi inspirasi relief berikutnya. Relief korban menggambarkan pengorbanan rakyat Semarang dalam menjaga kemerdekaan Indonesia. Penulis merasa terenyuh melihat relief tersebut. Berbeda dengan zaman yang digambarkan oleh relief, zaman yang dialami oleh penulis begitu penuh dengan kebebasan, kenyamanan, dan kesejahteraan. Zaman yang penuh kemudahan dirasa sangat memalukan apabila penulis mengeluh mengenai kehidupan. Jika mau dibandingkan relief korban dan kehidupan penulis terlalu jompang bahkan tidak setara. 

Relief ini menampar perasaan penulis hingga sempat membuat penulis berpikir bahwasanya hidup yang sekarang dijalani perlu ditekuni kembali dengan penuh totalitas. Ketika melihat relief selanjutnya, yakni relief kemenangan meyakinkan penulis bahwa hasil akan sebanding dengan usaha. Segala pengorbanan yang dilakukan akan menghasilkan hal yang setimpal. Bukti sangat jelas terpampang korban-korban perang perjuangan menghasilkan kemerdekaan yang berjalan hingga saat ini, menghasilkan cucu-cicit yang hidup dengan damai dan sejahtera tanpa perang yang lainnya.

Melalui hal yang dirasakan penulis tugu lilin sudah menjelaskan sekaligus mengingatkan sejarah yang cukup kelam dalam usaha mendapatkan kemerdekaan. Lilin yang menerangi ingatan serta memperlihatkan kenyataan harus kita jadikan refleksi untuk kehidupan agar tetap berusaha dalam menjalani apa yang diinginkan. Semarang penuh kenangan, lilin menerangi kehidupan, dan usaha menghasilkan realita yang diinginkan. Penulis berharap agar bisa kembali ke Tugu Muda untuk berwisata masa lalu dan hiburan yang menyenangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun