Mohon tunggu...
M. Hidayanto
M. Hidayanto Mohon Tunggu... Freelancer - Profesional

Pemerhati masalah kekinian dan pertanian

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Viral Karena Keterbatasan, Mereka Patut Jadi Teladan

4 Agustus 2020   20:23 Diperbarui: 7 Agustus 2020   08:30 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ibadah kurban tahun 1441 H ini terasa agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, akibat Covid-19. Kurban  merupakan salah satu ibadah yang disyariatkan Allah SWT khusus di bulan Dzulhijjah, tepatnya pada Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah) dan hari Tasyrik (11-13 Dzulhijjah).

Ibadah qurban sangat dianjurkan bagi kaum muslimin yang mampu, khususnya dari segi harta, sebagai bukti ketaatannya kepada Sang Pencipta. Hukum berkurban sebagaimana dijelaskan dalam Mazhab Syafi'i adalah Sunnah Mu'akkadah, yaitu ibadah yang jika dilakukan mendapatkan pahala, dan jika tidak dilakukan tidak berdosa. Namun demikian, bagi yang memiliki kelapangan rezeki, alangkah eloknya melakukan ibadah yang satu ini.

Memang  pada era sekarang ini banyak orang yang bisa berlibur ke luar negeri, dan hartanya berlimpah. Namun begitu tiba hari raya Idul Adha, ada yang belum tergerak hatinya untuk mau berkurban. Justru anehnya, ada sebagian dari mereka yang meskipun kondisinya ekonominya serba terbatas atau kekurangan (miskin), mereka mampu berkurban.

Belajar dari semangat mereka

Berkurban saat kelebihan harta, adalah biasa, namun akan berbeda jika bisa berkurban pada saat kondisi serba terbatas. Ada beberapa kisah para pekurban yang menginspirasi banyak orang, karena dalam kondisi serba kekurangan mau menyisihkan uangnya untuk ditabung dan dibelikan hewan kurban.

1. Kisah Nenek Sumiati dari Tenggarong  

Pada Idul Adha 1441 H (2020), nenek Sumiati yang bekerja sebagai tukang sapu mampu membeli seekor  sapi dan seekor kambing dari hasil tabungannya. Meski beliau sudah sepuh (usia 71 tahun), semangat dan keteguhan hatinya patut diacungi jempol. Dengan segala keterbatasannya, nenek ini dengan ikhlas dan istiqomah terus menyisihkan sebagian "gajinya" selama 15 tahun, dan akhirnya terwujud cita-citanya bisa ikut berkurban.

Apresiasi sudah selayaknya diberikan kepada dia. Sehingga tidak berlebihan jika orang nomor satu di Kabupaten Kutai Kartanegara datang ke warung klontongan kecil dan sekaligus rumah tinggal nenek Sumiyati, untuk memberikan hadiah umroh gratis kepada dia.

2. Kisah Nenek Sahnun dari Mataram 

Pemulung tua dari Lombok ini pada tahun 1440 H (2019) berkurban seekor sapi. Meski hanya sebagai seorang pemulung plastik di Kota Mataram NTB, nenek (Papuk) yang kala itu berumur  60 tahun mampu berkurban seekor sapi seharga Rp10 juta. Nenek ini dari segi materi jauh dari cukup, bahkan dia sering tidur di emperan toko atau kios di kota Mataram.

Nenek Sahnun berkurban dengan cara menabung. Setiap tiga hari sekali hasil dari menjual plastik dia tabung dengan cara diserahkan ke bendahara masjid. Nenek ini tidak menyisakan uang sedikitpun untuk dirinya, karena untuk makan sehari-hari warga sekitarnya selalu memberikan jatah makanan. Akhirnya setalah beberapa tahun menabung, terkumpulah uang Rp10 juta dan bisa membeli seekor sapi untuk kurban di hari raya Idul Adha 1440 H.

Nenek yang satu ini juga enggan menyusahkan orang lain dan lebih memilih menggunakan uang pribadi untuk keperluannya. Sehingga kala ditawari umroh gratis dia tidak mau. Nenek ini mau umroh jika biayanya dibayar dengan cara dicicil, bukan gratis.

3. Kisah Sahati dari Sukabumi

Sahati adalah pemulung botol bekas dengan penghasilan tak tentu, namun bisa berkurban seekor kambing  pada tahun 1434 H (2013). Nenek Sahati (67 tahun), dengan cara menabung selama tujuh tahun akhirnya bisa berkurban seekor kambing seharga Rp 2 juta. Sahati yang hidup sebatang kara ini adalah warga Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Gunung Puyuh, Kota Sukabumi, Jawa Barat.

Nenek Sahati dalam kesehariannya mengumpulkan botol bekas untuk dijual. Dari hasil penjualan botol itu, nenek yang satu ini menyisihkan antara Rp 5000-12000, dan itupun tidak setiap hari. Sahati menabung dengan cara uangnya ditaruh di bawah bantal, dalam sebuah amplop. Bila uang di bawah bantalnya sudah mencapai jumlah tertentu, Nenek ini menitipkan uang tersebut kepada tetangganya dengan alasan keamanan.

Mereka patut jadi teladan

Melaksanakan ibadah kurban adalah salah satu upaya untuk mendekatkan diri dan bentuk ketaatan kepada Allah SWT, dan hikmahnya sungguh luar biasa antara lain  mengenang ketaatan nabi Ibrahim AS, meraih ketakwaan, sebagai bentuk syiar Islam, pahalanya lebih baik dibanding sedekah senilai hewan kurban, bentuk ketaatan terhadap Allah SWT dan yang tidak kalah pentingnya adalah upaya untuk bisa berbagi dan membahagiakan kaum duafa.

Oleh karena itu belajar dari kisah mereka, yang bisa berkurban dalam situasi yang serba terbatas atau kekurangan patut diacungi jempol dan bisa menjadi teladan. Sungguh kita merasa iri, mereka yang serba terbatas dan serba kekurangan saja mampu berbagi. Semoga kisah mereka bisa menginspirasi banyak orang, khususnya yang ingin berkurban, yang ingin berbagi kepada sesama pada Idul Adha yang akan datang.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun