Prestasi akademik Maulana Syaikh selama di Madrasah Shaulatiyyah sangat gemilang. Maulana Syaikh dinyatakan sebagai lulusan terbaik. Bahkan ijazah Maulana Syaikh ditulis tangan langsung oleh seorang ahli khat terkenal di Makkah saat itu, yaitu al-Khathath Syaikh Dawud al-Rumani atas usul Direktur Madrasah Shaulatiyyah saat itu, Syaikh Salim Rahmatullah.
Prestasi tersebut mengundang berbagai pujian, pengakuan dan komentar dari guru-guru, teman-teman belajar, bahkan santri-santri Madrasah Shaulatiyyah di belakang hari.Â
Beberapa pengakuan, pujian, dan komentar tersebut antara lain dimuat dalam Kitab al-Jawahir al-Saminah fi 'Adillati 'Alimil Madinah, sebuah kitab yang disusun oleh guru besar Maulana Syaikh, yaitu al-'Allamah Abu Sulaiman Faqih Hasan Muhammad Al-Massyath. Selain itu, ada juga bait-bait pujian yang diawali huruf sumpah yang dilontarkan oleh guru Maulana Syaikh, yaitu Syaikh al-Sayyid Muhammad Amin al-Kutbi.
Maulana Syaikh Mulai Berjuang di Lombok Indonesia, bukan di Makkah
Seorang lulusan terbaik pada sebuah madrasah tertua di Tanah Suci Makkah memilih berjuang untuk membebaskan masyarakatnya dari kebodohan. Menurut beberapa penuturan, Maulana Syaikh TGKH M. Zainuddin Abdul Madjid diminta oleh guru besar beliau, Syaikh Hasan Muhammad al-Masyyath untuk kembali ke Lombok, Indonesia. Karena guru beliau mengatakan di Lombok masih gelap.Â
Jika hanya ingin terkenal, maka sangat mungkin Maulana Syaikh berdakwah di Makkah. Tetapi Maulana Syaikh melihat bahwa Lombok dan Indonesia tempat yang lebih wajib bagi beliau. Apalagi saat itu negeri ini masih dalam penjajahan Belanda.
Meskipun berbeda tempat dakwah dengan guru beliau, Maulana Syaikh di Lombok, Indonesia sedangkan guru beliau di Makkah, tetapi hubungan baik tetap terjaga.Â
Banyak di antara keputusan besar Maulana Syaikh melibatkan pertimbangan dan nasehat dari guru beliau, terutama Syaikh Hasan Muhammad Al-Masyyath. Secara lahiriah, hal ini dipermudah oleh banyaknya murid-murid Maulana Syaikh yang dikirim berguru di Madrasah Shaulatiyyah. Sehingga apa yang dilakukan Maulana Syaikh sudah direstui dan didukung penuh oleh guru utama beliau.
Maulana Syaikh Mendirikan Madrasah NWDI, Madrasah Pertama di NTB
Awal perjuangan Maulana Syaikh di Lombok ditandai dengan pendirian Pesantren Al-Mujahidin pada tahun 1934. Kemudian Maulana Syaikh mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) pada 17 Agustus 1937. Ternyata delapan tahun berselang, tanggal yang sama menjadi hari bersejarah bagi Indonesia. Seakan menjadi kode, kebangkitan pendidikan adalah awal kehidupan yang baru bagi negeri ini. Kini cabang-cabang Madrasah NWDI menyebar di berbagai pelosok negeri dengan ribuan madrasah dan sekolah, dari jenjang TK sampai perguruan tinggi.
Maulana Syaikh Mendirikan Madrasah untuk Kaum Perempuan, Madrasah NBDI
Keluasan ilmu dan betapa visionernya Maulana Syaikh kembali dibuktikan dengan pendirian Madrasah NBDI pada 21 April 1943. NBDI merupakan singkatan dari Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah, sebuah madrasah yang dikhususkan untuk kaum perempuan. Maulana Syaikh paham betul dengan betapa pentingnya peran kaum perempuan, karena beliau mendirikan Madrasah NBDI sebagai pelengkap dari "DWI TUNGGAL PANTANG TANGAL". Uniknya, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Kartini oleh Bangsa Indonesia. Ini juga merupakan kode yang luar biasa.
Mendirikan ormas NW sebagai payung dari Madrasah NWDI, NBDI, dan cabang-cabangnya
Maulana Syaikh melihat pesatnya perkembangan Madrasah NWDI dan NBDI. Hingga awal tahun 1953, jumlah cabangnya sudah mencapai 66 madrasah dan menyebar di berbagai pelosok Lombok.Â