Dengan demikian, penting bagi seorang siswa untuk mempersiapkan kematangan karier di awal sebelum dirinya menghadapi persoalan tersebut secara jelas dihadapannya, dan untuk mempersiapkan hal  itu, maka tentu saja peran dan bimbingan guru BK dan orang tua sangatlah dibutuhkan untuk mendampingi siswa sampai siswa benar-benar memahami apa yang seharusnya perlu ia pahami sebelum menghadapi jenjang kariernya itu. Sehubungan dengan itu, Walgito (2010) mengungkapkan bahwa untuk mengarah ke hal tersebut, diperlukan bimbingan secara baik dan hal tersebut merupakan salah satu tugas dari pembimbing untuk mengarahkannya.
Sebagai guru BK, tentu bimbingan atau konseling karierlah yang menjadi andalannya ketika menghadapi permasalahan siswa yang seperti ini. Sedangkan orang tua, tidak lain juga perlu memberikan dukungannya yang terus menerus kepada anaknya serta melihat keinginan anak dan tidak memaksakan kehendaknya sendiri agar dituruti oleh anaknya karena tidak jarang hal ini menghambat perkembangan mental seorang anak. Selain itu, jalan konsultasi (pelayanan konsultasi) yang dilakukan seperti orang tua memberikan pemahaman karier lewat informasi yang diperolehnya dari guru BK/konselor yang dimintai bantuannya juga memungkinkan siswa memperoleh wawasan mengenai jurusan kuliah dan karier yang akan ditempuhnya kelak ketika sudah berada di akhir masa sekolahnya.
Sehubungan dengan bimbingan karier, Ismaya (2015) menyatakan bahwa bimbingan karier bukan hanya memberikan pemahaman mengenai posisi/jabatan, akan tetapi mempunyai arti yang lebih luas, yaitu memberikan bimbingan agar peserta didik dapat memasuki kehidupan, tata hidup, dan kejadian dalam kehidupan, dan mempersiapkan diri dari kehidupan sekolah menuju dunia kerja.
Sejalan dengan pendapat di atas, Winkel dan Hastuti (2004) menyebutkan bimbingan karier lebih dari sekadar upaya bantuan dalam mempersiapkan diri siswa untuk menghadapi dunia kerja, pemilihan posisi atau jabatan dalam suatu pekerjaan, serta penyesuaian diri dari tuntutan yang mungkin muncul dari tiap-tiap pekerjaan yang dipilih, yakni bimbingan karier bahkan dikhususkan bagi pemecahan persoalan-persoalan karier yang dihadapi oleh siswa.
Lebih mengarah pada mendefinisikan ke ranah profesionalisme BK, Tumiyem (2019) menjelasan bahwa bimbingan dan konseling karier adalah pelayanan bantuan untuk siswa secara perorangan maupun kelompok agar siswa mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, pengembangan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling (BK) berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sementara Saifuddin (2017) memandang konseling karier dari sisi keunggulannya, ia menjelaskan salah satu yang menjadi keunggulan dari konseling karier antara lain: (1) konselor menggali permasalahan rendahnya kematangan karier dengan berangkat dari ketidaktahuan peserta konseling akan jurusan kuliah dan karier karena peserta konseling belum memiliki gambaran jurusan kuliah yang akan dipilihnya kelak, (2) konselor menggali minat dan bakat peserta konseling, (3) konselor mengajak peserta konseling untuk mengkontekskan minat dan bakatnya tersebut ke dalam jurusan kuliah, dan (4) konselor juga menanyakan mengenai dukungan orang tua dan keluarga terhadap pilihan jurusan kuliah sehingga jika ada kemungkinan orang tua kurang mendukung, konselor membekali beberapa strategi untuk mengkomunikasikan pilihan jurusan kuliah kepada orang tua dengan baik.
Dengan adanya bimbingan atau konseling karier dimungkinkan siswa yang merasa bimbang ketika menghadapi persoalan karier kebimbangannya akan segera hilang dan berganti menjadi keyakinan lantaran pemerolehan wawasan yang lebih luas mengenai karier itu sendiri. Tidak hanya itu, bahkan siswa juga akan memperoleh wawasan sampai pada pemilihan jurusan kuliahnya kelak yang sesuai dengan minatnya, jurusan kuliah yang tidak sesuai dengan minatnya, serta dukungan orang tua terhadap pilihan jurusan kuliah siswa (anaknya) tersebut. Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa kekurangmatangan karier siswa merupakan alasan penting–bukan alasan satu-satunya–mengapa siswa bingung ketika menghadapai persoalan karier.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H