Mohon tunggu...
Mhd KhoriAulia
Mhd KhoriAulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Negeri Medan

Pendidikan, Matematika, Membaca, Menulis, dan Sosial.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Paradoks Tragis Plastik

22 September 2023   00:45 Diperbarui: 22 September 2023   00:48 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampah plastik adalah isu modern yang sedang dihadapi manusia saat ini, yang belum memiliki solusi konkret. Plastik memerlukan waktu 450 tahun untuk terurai, dan di Indonesia, setiap tahunnya ada lebih dari 50 juta ton sampah plastik. 

Dampak dari masalah ini tidak hanya mencemari lingkungan tetapi juga mengancam keberadaan makhluk hidup. Ironisnya, kantong plastik pertama kali diciptakan dengan tujuan untuk menyelamatkan lingkungan. Namun, kini plastik telah menjadi musuh utama lingkungan.

Penemuan kantong plastik pada tahun 1965 oleh Sten Gustaf Thulin dimotivasi oleh kekhawatirannya terhadap penggunaan kantong kertas yang dianggap merusak lingkungan. Karena semakin banyak pohon ditebang untuk kertas, maka muncullah plastik untuk mengurangi penggunaan kantong kertas. 

Namun, seiring berjalannya waktu, plastik berkembang dan menjadi salah satu material paling banyak digunakan di dunia, menggantikan kantong kertas. Plastik tidak hanya digunakan sebagai kantong, melainkan juga sebagai bahan dalam berbagai produk seperti gelas, sendok, dan bahkan operasi plastik.

Walaupun plastik memberikan banyak kontribusi terhadap kemajuan peradaban, dampak negatif yang dihasilkannya sangat besar. Pencemaran air, polusi, banjir, dan perubahan iklim adalah beberapa efek buruk dari pengelolaan sampah plastik yang tidak efektif. 

Masalah ini menjadi ancaman serius bagi peradaban manusia di seluruh dunia. Plastik adalah sebuah tantangan modern, dan untuk mengatasi masalah ini, diperlukan solusi modern yang tepat.

Namun, solusi modern sering kali membuat orang bingung. Pembatasan penggunaan kantong plastik untuk konsumen terlihat baik, tetapi seringkali tidak diimbangi dengan regulasi yang kuat bagi produsen. 

Produsen masih dapat menjual produk dengan kemasan plastik. Beberapa orang yang dibatasi penggunaannya malah berpindah ke penggunaan kantong kertas, yang pada akhirnya mengakibatkan lebih banyak pohon ditebang. 

Hal ini menunjukkan bahwa pembatasan saja tidak cukup. Diperlukan solusi konkret yang mampu mengubah sampah plastik menjadi sesuatu yang bermanfaat, bukan hanya membatasi penggunaannya.

Salah satu solusi modern yang menarik adalah penggunaan sampah plastik untuk membuat batu bata. Di Lombok, perusahaan bernama Block Solution telah berhasil mengolah sampah plastik menjadi batu bata yang digunakan sebagai bahan bangunan.

Batu bata ini terbukti dapat mempercepat waktu konstruksi dan ramah lingkungan. Langkah ini adalah terobosan yang sangat baik, karena sampah plastik tidak lagi menjadi masalah jika dapat diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Proses produksi batu bata plastik melibatkan pengumpulan sampah plastik dari pusat daur ulang, pemilahan dan pembersihan sampah sesuai karakteristiknya, pengolahan sampah plastik hingga cair, dan pengecoran untuk membentuk batu bata. 

Batu bata plastik ini telah digunakan untuk membangun sekolah, rumah, dan berbagai ruangan lain. Keberhasilan ini membuktikan bahwa batu bata plastik bukan hanya bermanfaat, tetapi juga dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah sampah plastik.

Pabrik pertama yang menggunakan batu bata plastik berada di Lombok, terutama karena gempa bumi yang menghancurkan banyak bangunan pada tahun 2018. Pilot project ini dimulai di Lombok karena mereka membutuhkan bangunan baru untuk menggantikan yang hancur akibat gempa. Selain itu, pengembangan batu bata plastik ini diharapkan tidak hanya terjadi di Lombok, tetapi juga di seluruh pulau di Indonesia.

Dengan adanya solusi modern seperti penggunaan sampah plastik untuk membuat batu bata, diharapkan bahwa permasalahan sampah plastik dapat diminimalisir. 

Penting untuk mengembangkan lebih banyak solusi inovatif yang tidak hanya membatasi penggunaan plastik, tetapi juga mengelola sampah plastik dengan cara yang lebih efektif dan ramah lingkungan. Dengan melakukan hal ini, kita dapat memastikan bahwa bahkan dalam kematian, jejak kita akan tetap hidup dalam kebaikan dan manfaat bagi bumi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun