Mohon tunggu...
Muhammad Alvin
Muhammad Alvin Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi workout

Selanjutnya

Tutup

Book

Filosofi Teras

29 September 2022   19:33 Diperbarui: 29 September 2022   19:36 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku Filosofi Teras Karya Henry Manampiring, diterbitkan oleh PT. Kompas Media Nusantara pada tahun 2018. Filosofi teras merupakan terjemahan dari bahasa yunani yaitu filosofi stoa.  Jadi ceritanya dulu para filsuf stoa sering mengobrol di teras. Buku ini menceritakan tentang Stoikisme, salah satu aliran filsafat untuk bisa hidup bahagia, yang dicetuskan oleh Zeno dari Citium pada kurang lebih 2.300 tahun yang lalu. Dan dikembangkan oleh Marcus Aurelius (kaisar romawi), Seneca (pedagang), dan Epitectus (budak).Stoikisme ini mengajarkan kita untuk mengontrol emosi negatif dan melipat gandakan rasa syukur dan kebahagiaan yang kita rasakan. Para penganutnya biasa disebut dengan Stoa. Di dalam buku ini, Stoikisme mengajarkan kita pada dua hal, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu hal-hal yang berada di bawah kendali kita, seperti pertimbangan (judgement), sikap kita, opini kita, persepsi kita, keinginan kita, tujuan kita, segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan kita sendiri. Faktor eksternal yaitu hal-hal yang tidak berada di bawah kendali kita, seperti tindakan orang lain, pendapat orang lain, kondisi saat kita lahir. Dua hal/faktor ini yang dinamakan Dikotomi Kendali.Manusia pada umumnya menaruh kepuasan dan kebahagiaan itu di faktor eksternal, yang sebenarnya tidak bisa mereka kontrol sama sekali. Stoikisme ini datang dan menyadarkan kita bahwa kebahagiaan itu bisa digeser atau diubah dari faktor eksternal ke faktor internal. Inilah yang menjadi fundamental dari ajaran filsafat ini. Misalnya kita ingin membuat buku. Informasi yang akan kita sampaikan, diksi yang kita pilih, rangkaian kata yang kita bikin, konflik dan penyelesaian yang akan kita buat, itu semua ada di kendala kita, ada di kontrol kita, termasuk komitmen kita dalam membuat buku tersebut. Tetapi ketika buku itu sudah dicetak atau sudah diterbitkan dan orang mengomentari buku itu, merespon buku itu, menjelek-jelekan atau memuji buku tersebut, itu semua di luar kendali kita sepenuhnya.Jika kita menaruh kepuasan atau kebahagiaan pada faktor eksternal, artinya kita merasa puas atau bahagia jika buku kita mendapat komentar atau respon yang baik dari orang lain. Kita tidak akan mendapatkan kepuasan atau kebahagiaan yang kita kehendaki. Tetapi ketika kita menaruh kebahagiaan pada faktor internal, yang mana kita akan merasa puas atau bahagia jika buku tersebut tercipta sesuai dengan apa yang kita rencanakan dari awal. Maka kita akan lebih damai dan tenang menghadapi semua respon dan tanggapan orang lain ketika membaca buku tersebut. Karena rasa puas kita ketika buku itu terwujud dengan apa yang kita bayangkan.Pendapat saya tentang buku ini, Menurut saya buku ini sangat menarik, sangat membantu saya untuk hidup lebih bahagia, menyadarkan saya mana hal yang harus dipikirkan dan mana yang tidak. Bukan berarti kita harus bersikap bodo amat terhadap segala sesuatu yang berada di luar kendali kita. Tetapi lebih kepada memfokuskan diri kita dalam memaksimalkan apa-apa yang berada dalam kendali kita sepenuhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun