Jadi bagaimana? Kita perlu mengkaji kembali diri kita masing-masing. Zona nyaman kita sudah terjungkir balik, lalu mengapa tidak diatur ulang dengan sesuatu yang baru? Karena cara lama, model kehidupan yang lalu banyak yang tidak mungkin dilakukan lagi. Berarti kita hidup saat ini dengan sesuatu yang mungkin terjadi kemarin, tidak mungkin untuk dilakukan atau tidak dilakukan.
Tinggal di rumah setelah mengerjakan beberapa tugas kantor atau sekolah di rumah perlu menyisakan waktu yang menjadi lebih banyak daripada jika kita harus ke tempat kerja atau ke sekolah. Paling tidak waktu untuk pergi dan pulang tidak dibutuhkan lagi. Demikian pula sebagian tugas dapat dikerjakan pada waktu yang bisa kita pilih sendiri. Akan ada waktu yang kemudian dapat digunakan untuk melakukan hal-hal yang selama ini agak dilupakan atau selalu kita hindari dengan alasan "tidak pernah". Dapat kita lihat bersama tentang waktu luang yang dapat diubah menjadi waktu yang produktif, yang lahir dengan batin.
Ketika sedang diuji dengan wabah COVID-19 hendaknya manusia tidak panik tetapi tidak mengurangi kewaspadaan. Dunia ini adalah bukan tempat balasan atas perbuatan. Sebab dunia tidak mampu menampung pahala satu orang ataupun azab buat satu orang. Hal ini menegaskan bahwa Allah SWT telah menyiapkan hari pembalasan di akhirat kelak. Jadi, didunia ini tidak ada pembalasan atas perbuatan manusia. Terpenting dalam menyikapi COVID-19 kita harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Budayakan cuci tangan, bersin ke siku, hindari menyentuh muka, hidung, mulut dan mata ketika tangan kotor inilah langkah preventif menyikapi wabah COVID-19. Soal pandangan terhadap wabah COVID-19 sebagai azab atau ujian dapat dikembalikan pada personal dalam menyikapinya. Sikap bijak tentu menunjukkan derajat keilmuan dan keimanan kita. Kita tidak usah panik menghadapi COVID-19 karena kita tidak sendiri menghadapinya. Cerdaslah membedakan azab dan ujian di tengah COVID-19
Hal yang perlu kita lakukan ketika pandemi Covid-19 berakhir pastinya adalah memupuk kembali semangat untuk beraktivitas seperti biasanya. Terkesan sepele tetapi harus diniatkan karena jika tidak, hal tersebut akan memengaruhi produktivitasmu.
Membangkitkan semangat setelah menghadapi wabah yang terjadi selama berbulan-bulan tentunya bukanlah hal yang mudah, perlu motivasi bahkan perlu dilatih. Setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda untuk mengembalikan semangat.
Tetapi poin terpentingnya adalah wabah ini mengajarkan kepada kita semua tentang kemampuan beradaptasi dengan situasi sekitar, bahwa ketidakpastian adalah pasti karena datangnya wabah ini tentu mengejutkan semua orang. Dengan beradaptasi kita bisa bertahan dalam kondisi apapun, termasuk mengembalikan semangat untuk menjalani hari-hari seperti biasa.
Cukup sekian isi artikel saya semoga bermampaat untuk semua nya dan apabila ada yang salah saya mohon ampun kepada allah swt dan minta maaf kepada kalian semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H