Mohon tunggu...
Muhammad HaritsZhafran
Muhammad HaritsZhafran Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Proses

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengalaman Berbeda dengan Dosen

10 Mei 2020   20:22 Diperbarui: 10 Mei 2020   20:17 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Pendidikan sangatlah penting bagi manusia, karena lewat pendidikan kita bisa mengetahui apa yang kita tidak ketahui sebelumnya. Manusia pun berlomba-lomba dalam mendapatakan pengalaman pendidikan. Menurut Wikipedia, pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi beriktnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. 

Pendidkan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Dalam mendapatkan pendidikan, biasanya para orang tua akan mendaftarkan anak-anak mereka ke dalam suatu sekolah atau intansi terkait. Di Indonesia sendiri, ada beberapa tingakatan falam memperoleh pendidikan. Dimulai dari taman kanak-kanak (TK), lalu lanjut ke sekolah dasar (SD)  yang ditempuh selama enam tahun, lalu lanjut ke sekolah menengah pertama  (SMP) yang ditempuh selama tiga tahun, berlanjut ke sekolah menengah atas (SMA) yang ditempuh selama tiga tahun.

di tingkat SMA sendiri ada beberapa kelas yang bisa dijadikan pilihan, yaitu kelas pengetahuan alam (IPA), kelas ilmu pengetahuan social (IPS), di beberapa SMA ada kelas keagamaan atau kelas bahasa, tergantung pada SMA yang bersangkutan. Bagi mereka yang beruntung, dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, yaitu melanjutkan ke universitas. Dalam tingkat ini, ada berbagai macam fakultas yang dapat dipilih oleh mahasiswa, (sebutan untuk orang-orang yang melanjutkan pendidikan ke universitas).

Mulai dari fakultas ekonomi bagi mereka yang berminat mengenai perekonomiann ada juga fakultas hokum bagi mereka yang berminat dengan dunia hukum, dan sebagainya. 

Saya pribadi, lebih memilih fakultas ekonomi, karena saya ingin lebih mengetahuai tentang dunia ekonomi. Saya juga berkuliah di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang. Alasannya pun simple, saya ingin melanjutkan studi saya, tetapi tidak meninggalkan nilai-nilai agama pada diri saya, yang notabenenya di universitas saya sekarang masih mempelajari tentang keagamaan, apapun itu fakultas dan jurusannya.

Saya pun berkuliah sebagaimana orang lain juga lakukan, ada yang berbeda ketika saya masuk ke kelas Pancasila dengan dosen saya yang mengajar saat itu, yaitu bapak Edi Purwanto, M.Si. kesan pertama yang saya dapatkan mengenai bapak Edi, tidak terlalu kaku dan begitu santai. Yang terpenting, beliau berusaha menjadi lebih dekat kepada mahasisawanya, beliau tidak terlalu memaksakan kemampuan mahasiswa, begitu pengertian. 

Dan proses pengejaran pun dikembalikan kepada mahasiswa, tergantung mahasiswa inginkan seperti apa, apakah melalui presentasi atau melalui metode pembelajaran yang lain. Yang jelas, beliau mengikuti alur para mahasiswa, beliau ingin para mahasiswa yang lebih aktif dalam proses pembelejaran. 

Konsep yang digunakan oleh bapak Edi pun begitu disenangi oleh para mahasiswa. Jadi, dalam mengikuti kelas yang diajarkan oleh bapak Edi, para mahasiswa begitu rileks, tidak terlalu tertekan oleh materi pengajaran. Bapak Edi pun pernah mengatakan,"...  nilai yang mencari sebenernya adalah mahasiswa". 

Menurut saya, dengan mengatakan kalimat seperti itu beliau ingin mengajak para mahasisawanya untuk berpikir, bahwa yang membutuhkan pendidikan adalah para mahasiswa, karena di dalam mencari nilai, disitu akan ada sebuah pengetahuan, yang mana para mahasisawa lah yang seharusnya mengejar dosen, tidak menunggu disuapin, ibaatnya. Tak ayal, banyak mahasiswa yang begitu menyukai pribadi bapak Edi.

Di sisi lain, menurut saya konsep yang diterapkan oleh pak Edi memiliki beberapa kekurangan, antara lain : bagi mahasiswa yang malas, hanya akan menjadi pelengkap di kelas, bukan sebagai peserta. Mereka sekedar masuk, tanpa ikut berpartisipasi dalam sebuah kegiatan. Dalam beberapa kesempatan pun, mahasiswa yang terbiasa dengan pengejaran yang diajarkan oleh guru atau dosen, terlihat kebingunan harus melakukan apa. Dalam keadaan seperti itu, biasanya pak Edi mengajak para mahasiswanya untuk diskusi mengenai berbagai hal, baik itu menyangkut materi ataupun tidak.  

Poinnya, menurut saya, pak Edi ingin lebih memberdayakan pemikiran para mahasiswanya, ingin lebih mengeksplorasi kemampuan mahasiswanya, ingin mahasiswanya ketika mengikuti kelas beliau tidak tertekan. Jadi, dalam mengikuti kelas yang diajarkan beliau pun dalam keadaan fresh dan lebih siap dan juga lebih bersemangat. Meskipun memliki kekurangan, tetapi konsep ini yang paling digemari oleh kami, mahasiswa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun