Sudah menjadi sesuatu yang wajib yang akan dilakukan oleh mereka yang mengadakan hajatan atau acara adalah agar bagaimana membuat acara tersebut menjadi meriah. Kemeriahan dalam sebuah hajatan akan makin menambah rasa bahagia bagi si pemilik hajatan. Tak heran, beberapa dari mereka bahkan rela merogoh koceknya dalam-dalam untuk membuat acara yang mereka adakan menjadi meriah. Mulai dari menyewa para artis ibukota, menampilkan para grup band yang belum terkenal bahkan sampai dengan menghadirkan artis-artis dangdut.
Namun ada satu yang unik, di beberapa tempat di Indonesia, mereka melakukan sesuatu yang berbeda untuk menambah kemeriahan acara. Biasanya mereka mengadakan sebuah lomba domino yang mana pesertanya berasal dari tetangga sekitar tempat hajatan. Perlombaan ini biasanya diadakan pada malam sebelum hajatan dan atau malam setelah hajatan.
Perlombaan domino disini ternyata terbukti mampu menghadirkan sebuah kemeriahan. Pesertanya bahkan sampai puluhan orang. Mulai dari remaja hingga orang tua. Semuanya berbondong-bondong untuk mengikuti perlombaan tersebut. Tak heran, jika lomba domino ini biasanya berlangsung sampai dengan pagi hari.
Mungkin anda sekalian bertanya-tanya. Mengapa lomba domino ini begitu digemari. Yah jelas saja. dengan menggratiskan uang pendaftaran, dimabah lagi hadiahnya yang besar (biasanya berupa CD player dan atau Televisi) makin menambah minat warga untuk mengikutinya.
Namun ini menjadi sesuatu yang sungguh memiriskan hati. Tatkala kita melihat di lain tempat. Apa yang terjadi dengan lomba domino ini justru berbanding terbalik dengan lomba-lomba yang beraitan dengan keagamaan. Kita mengambil contoh misalnya lomba mengaji. Keadaan yang terjadi pada lomba mengaji, justru tidak sama dengan apa yang terjadi pada lomba domino.
Jika lomba domino pesertanya sampai puluhan orang, lomba mengaji pesertanya mungkin hanya belasan orang saja. itu pun sudah sangat sulit untuk mencari pesertanya. Yang lebih tragisnya lagi, jikalau lomba domino memberikan VCD player dan Televisi sebagai hadiah, justru pada lomba mengaji hanya memberikan hadiah berupa buku tulis.
Barangkali para penyokong dana berpikir bahwa dengan memberikan hadiah yang tidak seberapa, setidaknya mereka melaksanakan kegiatan keagamaan dengan niatan tulus dari dalam hati. Tapikan seharusnya mereka berpikir, bahwa memberikan hadiah yang lebih dari sekedar buku tulis itu, bukan untuk mengganggu niatan tulus mereka namun justru itu adalah bentuk penghargaan kepada mereka yang hari ini mampu mengatasi segala godaan yang dialami kebanyakan orang hari ini sehingga cenderung malas untuk mempelajari ilmu agama.
Tapi terlepas dari hadiah dan sebagainya, mari kita terus mndukung setiap perlombaan-perlombaan keagamaan. Agar supaya ilmu agama yang merupakan petunjuk bagi kita di akhirat kelak tidak hilang di telan bumi (mb).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H