"Pasangan kamu romantis ya?! Gak ada apa-apa tapi selalu kasih hadiah."
"Mungkin romantis menurutmu. Tapi bagiku itu aneh."
"Memangnya hadiah itu dikasih tapi statusnya utang?"
"Bukan. Kalau sikap seperti itu justru sepertinya gangguan deh. Berlebihan banget soalnya ngasih hadiahnya."
"Di rumah dia memang bagaimana? Romantis juga?"
"Aku gak pernah mau didengar kalau bicara. Dia aja terus yang bangga-banggain dirinya. Trus, kata-katanya verbal abuse banget yang bikin aku gak nyaman berada di dekatnya."
"Hmm, jangan-jangan NPD bukan sih?"
"NPD? Aku coba konsultasi saja mungkin ya?"
***Â
Ternyata memang benar bahwa sikap yang mencintai pasangan dengan cara berlebih itu bisa masuk dalam ranah NPD, lho.Â
Apa sih NPD itu?
NPD itu kepanjangan dari Narcissistic Personality Disorder yang jika diartikan yaitu sebuah gangguan kejiwaan yang penderitanya selalu berpusat dengan dirinya sendiri. Narsis yang tidak sekadar foto selfie di mana-mana tetapi berharap semua mata tertuju padanya dan hanya memerhatikan dirinya sebagai orang yang lebih powerful. Â
"Aku sering foto selfie tapi aku sehat kok."
Haha, tidak sesederhana itu. Narsis di sini karena ketika penderita NPD ini ada di sekitar orang, dia harus menjadikan orang-orang tersebut mau mendengarnya berbicara panjang lebar tetapi tidak boleh dipotong atau diganti dengan topik pembicaraan lain kalau tidak sesuai kemauannya.Â
Selain itu, orang yang mengidap NPD juga tidak punya empati dengan orang sekitarnya meski itu orang terdekatnya. Jadi, bener-bener dia selalu tampil bahwa hanya dialah yang super power atas segala hal. Cuma dia yang mampu dan orang-orang tuh gak ada apa-apanya.Â
Hmm, lebih kurang seperti itulah ciri-cirinya. Kalau sama pasangan tuh suka berlebihan menunjukkan rasa cintanya. Seperti gambaran di awal yang sudah saya sampaikan. Jadi mencintai berlebihan dan tidak membuat kesempatan bagi pasangannya untuk menunjukkan kelebihannya juga dalam hal apa pun.Â
Ternyata itu membuat trauma, lho. Apalagi kalau sudah banyak verbal abuse yang disampaikan dan membuat pasangan menjadi tidak berdaya, takut bahkan kecewa tetapi tidak mampu menunjukkan perasaan itu sebab sudah terlalu sakit sehingga muncul anxiety.Â
Cara Menghadapi Orang NPD
Ada banyak alasan orang masih kuat menjalani kehidupan bersama orang NPD. Namun, tidak sedikit juga yang akhirnya memutuskan untuk melepaskan diri dengan cerai karena merasa sudah tersiksa. Ya, kita manusia lho yang butuh dicintai dan mencintai dengan normal. Daripada kena mental, mending menjauh saja dan mencari kebahagiaan sebab kebahagiaan itu ada karena diciptakan bukan dicari.Â
Kalau misalnya NPD yang dihadapi belum begitu mengganggu psikis, bisa dihadapi dengan mengacuhkannya saat dia berbicara tanpa mau memerhatikan lawan bicaranya. Bisa juga dengan ganti topik sehingga yang sedang menggebu-gebu bicara tentang dirinya dan dirinya saja, bisa terhalang.Â
Mudah? Tentunya tidak. Sebab beda orang akan beda menampilkan segala jenis bentuk dan ciri NPD. Tergantung kita sebagai pasangannya apakah mampu terus bertahan atau pergi untuk mencari kebahagiaan diri karena diri kita itu berharga untuk dirusak oleh orang-orang yang mengalami gangguan mental tersebut.
Apalagi orang NPD tidak akan pernah sadar jika dirinya mengidap penyakit narsistik tersebut. Hmm, ngeri kan?!
***Â
Well, semua balik pada keputusan masing-masing. Jika memang sanggup menghadapi orang NPD maka lakukan dengan sepenuh hati. Namun, kalau sudah merusak mental dan psikis, ingatlah bahwa kita perempuan berhak dicintai dan mencintai. Jadi, jangan sampai mendewakan cinta tetapi jiwa dan raga hancur untuk mempertahankan cinta yang ternyata fatamorgana.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H