There is no BAD Coffee
It's just about the DIFFERENT Market
Saya terkesima dengan pemaparn gamblang Mas Aga tentang perjalanannya di dunia kopi. Kisah hidupnya yang sempat dipertanyakan orang tua karena memilih untuk menjalankan bisnis kopi, kini sudah membuahkan hasil yang bukan kaleng-kaleng.Â
Saya sendiri yang menjadi salah satu peserta JCC atau Java Coffee Culture yang diadakan di Hotel Double Tree Surabaya, 6 Juli 2024, ini sangat terkesima. Ya, saya tahunya kopi itu pahit tetapi selalu ingin disesap karena dari pahit itu bisa muncul banyak inspirasi.
Muhammad Aga yang akrab disapa Mas Aga ini, sudah membuktikan bagaimana kopi sudah layak dibawa ke pasar dunia. Kopi Indonesia memang di luar sana masih dikenal terpisah-pisah karena pulau atau wilayah asal kopi tersebut. Untuk itu, butuh upaya UMKM untuk bangkit dan menjadikan Kopi Indonesia menjadi lebih dikenal. Tak lagi disebut sebagai Kopi Toraja, Kopi Gayo, Kopi Lampung atau sebutan kota lainnya, setidaknya mampu disebut negaranya secara utuh sehingga memperkenalkan Indonesia lebih luas lagi.Â
Pentingnya Tahu Coffee is Community
Mas Aga dalam Coffee Talk JCC Surabaya 2024 ini memberikan saran dan masukan bahwa daya tarik untuk membeli kopi Indonesia perlu dikembangkan. Tentu butuh campur tangan berbagai pihak.
That's why perjalanannya menemukan berbagai macam ragam kopi dan berprofesi sebagai level atas dalam perkopian, tidak terlepas dari yang namanya komunitas. Dari komunitas inilah kemudian dipahami bahwa kualitas dan kuantitas itu tidak bisa berjalan beriringan.
Saya pun baru paham bahwa ketika ada kopi yang berkualitas maka tentu akan hadir dengan kuantitas yang tidak banyak. Begitu pula sebaliknya. Nah, di sini perlu upaya agar kualitas ini tidak lagi menjadi sesuatu yang sulit. Justru Indonesia harus menjadikan itu sebagai ciri khas agar makin dikenal. Pemilihan kopi yang berkualitas dari kuantitas yang banyak itu memerlukan kerja sama yang baik tentunya.
Komunitas menjadikan Aga kemudian memahami dan menambah banyak wawasan sehingga tak hanya membawa harum varietas kopi Indonesia tetapi juga memahami bahwa saat ini orang-orang yang mencari kopi untuk dinikmati, biasanya akan mencari tahu latar belakang pembuatannya, asalnya dan hal-hal yang berkaitan dengan jenis kopi tersebut hingga terhidang di depan mata. Lagi-lagi, peran komunitas yang membawanya sampai sejauh ini sehingga kita bisa mengenal banyak jenis kopi dengan keunggulannya masing-masing.
Dari komunitas jugalah, ide-ide brilian hadir di kepala para pengusaha kopi untuk menghadirkan produk-produk kopi yang tak sekadar untuk menghasilkan uang tetapi juga menciptakan kesetiaan atau loyalitas konsumen, misalnya dari kemasan, logo begitu juga dengan permainan desain grafis yang menarik.
Jadi ingat Komunitas Cak Kaji yang beberapa member-nya juga penikmat kopi dimana satu sama lain suka yang berbeda karena taste juga tak bisa dipaksa sama.Â
Peluang Kopi, Nasional maupun Internasional
Dalam Coffee Talk JCC Surabaya 2024 ini, hadir pula Roy Nicholas Mandey, yang sudah dikenal dengan puluhan bisnis ritelnya di Indonesia dan luar negeri. Beliau menyampaikan bahwa kopi memiliki peluang besar untuk dipasarkan di mana saja karena kopi saat ini tidak hanya dikenal pahit tetapi sudah dimodifikasi sedemikian rupa mengikuti permintaan pasar dunia.
Bisa dilihat bagaimana ragam kopi saat ini sudah berupaya dan menjamur di mana-mana dengan daya tariknya. Tentu Indonesia mampu menghadirkan kopi-kopi yang memenuhi kebutuhan tersebut dan menjadi salah satu yang membuat perekonomian Indonesia terus berjalan dan stabil.
UMKM Kopi Berhasil Menembus Pasar Global
Saya juga berdecak kagum ketika narasumber lainnya, Wildan Mustofa, hadir sebagai pelaku UMKM Kopi dari Bandung yang sudah berhasil menembus pasar dunia.
"Habis dari JCC ini, saya harus menerima tamu dari luar yang ingin melihat kebun kopi saya. Selain itu, saya juga harus menghadiri pertemuan di Jepang dan berbagai negara lainnya untuk membicarakan kopi yang saya kelola."
Lebih kurang seperti itu yang dikatakan beliau mengenai kesibukannya sebagai petani kopi. Wildan sendiri mengaku sangat bersyukur karena Indonesia adalah negara yang bisa melakukan panen kopi sebanyak dua kali dalam setahun. Bahkan tidak hanya kopi biasa, berbagai macam bahan digunakan untuk membuat kopi yang berbeda dengan lainnya. Menggunakan bakteri baik dari genus Saccharomyces, beliau mampu menghasilkan berbagai jenis kopi dalam prosesnya menghasilkan kopi kualitas terbaik. Dan keunikan itulah yang membuat negara lain jatuh hati dan tertarik untuk mempelajari kopi hasil kebunnya.
***
Well, saya sangat yakin bahwa JCC Surabaya 2024 ini sangat membangkitkan semangat UMKM, khususnya di bidang kopi dan pelaku UMKM Surabaya pada umumnya, agar tidak berhenti berupaya dan melakukan berbagai studi untuk bersaing menembus pasar dunia.
Kalau bukan kita yang memulai, lalu siapa lagi?
Kalau bukan sekarang, lalu kapan lagi?Â
Tidak ada kopi yang tidak enak. Kebetulan saja kita bukan konsumen yang tepat untuk jenis tersebut. Sebab, lidah setiap orang berbeda dan dari perbedaan itulah yang memicu varietas kopi Indonesia makin beragam sebagai karuniaNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H