Ada juga yang diberi kemiskinan bukan karena Allah benci sehingga terus-menerus menguji. Keberkahan dari sabar dan keyakinan bahwa sanggup memikulnya karena datang dari Allah, itu yang membuat tenang meski kasat mata kekurangan.Â
Semuanya punya nilai masing-masing di mata Allah. Cukuplah DIA sebagai penentu yang diinginkan demi kebaikan hamba-hambaNya.Â
Saya masih ingat jelas pernah dinasihati oleh salah satu guru SMA yang kini sudah berstatus almarhum. Beliau berkata:
"Bekerja menjadi dosen, guru, dokter atau apa pun, itu cuma untuk mengisi waktu sambil menunggu waktu salat masuk. Bahkan gaji yang diperoleh itu untuk kembali diserahkan dalam bentuk sedekah dan zakat. Sebab semuanya sejatinya bukan milik kita. Yang kembali pada kita adalah keberkahan dari semua itu."Â
Dan kondisi dunia saat ini justru seolah tak ada lagi yang mampu menggaungkan pesan tersebut. Sibuk meniti karir demi pengakuan manusia.Â
Menghabiskan waktu belajar ilmu-ilmu dunia tetapi lupa membenarkan bacaan Al Qur'an dan masih banyak lagi aktivitas dunia yang melenakan yang harusnya tidak mengganggu ibadah.
Bukankah tujuan utama kita diciptakan tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah sebagaimana firmanNya:Â
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." QS. Adz Dzaariyat: 56
Ibu Produktif, Jangan Lupa Kemuliaanmu
Nah, saya pun kemudian ingat dengan banyaknya gerakan perempuan saat ini yang katanya ingin lebih produktif meski sudah bersuami dan punya anak. Banyak yang ingin berkarir di luar rumah untuk pencapaian yang tidak kalah dengan kaum laki-laki.Â
Apakah ini boleh?Â