Mohon tunggu...
Rahmah Chemist
Rahmah Chemist Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger - Product Photographer

Simple, challenge, suka nulis and fun. Temui saya di dunia maya... Blog: http://chemistrahmah.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ibu Rumah Tangga Berkarya dan Berdaya, Wujud Syukur Paripurna dari Rumah

11 Maret 2024   11:21 Diperbarui: 11 Maret 2024   11:38 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkadang kita mudah mendengarkan kalimat: “Syukur alhamdulillah bisa mendapatkan kebahagiaan hidup.” bahkan “Syukurin kamu! Udah dibilangin juga, masih aja ngeyel.” 

Dua kalimat di atas mengandung kata syukur tetapi belum memperlihatkan makna syukur yang seharusnya. Memangnya apa sih syukur itu?

Syukur adalah berupa pengakuan yang disebabkan oleh menerima nikmat dan karunia dari Allah. Pengakuan bisa diungkapkan secara lisan maupun dengan perbuatan.

Waktu masih kuliah dulu, saya ingat bapak pernah bilang:

“Kamu tidak usah iri karena teman-temanmu pakai motor ke kampus. Alhamdulillah kamu masih diberi kekuatan dan kesehatan jadi bisa naik angkot dari pagi. Bukankah selama perjalanan kamu menemui banyak hal? Jadikan itu pelajaran hidup. Kelak ketika kamu sudah seperti bapak, pasti paham bahwa syukur itu tak sekadar ucap hamdalah saja.” 

Ya, saya dulu sempat marah ke ayah karena hanya aku di dalam kelas yang perjalanan ke kampus menggunakan angkot. Lainnya diantar atau bawa kendaraan sendiri. Jarak rumah ke kampus lumayan jauh. Bayangkan saja harus keluar pagi buta demi bisa tepat waktu masuk kuliah jam 7 pagi. Pulangnya pun sudah jelang jam 9 malam jika ada kuliah jam 4 sore. 

Namun, pelan-pelan bapak meminta saya belajar memahami keadaan. Bukan cuma saya yang kuliah. Ada dua adik kuliah dan satu masih SMA waktu itu. Untungnya, pendidikan bapak ke saya untuk selalu merasa cukup dengan apa yang diberikan Tuhan sangat membekas sekarang.

Bayangkan saja punya anak tiga dan kebutuhan mereka berbeda-beda. Semua ingin dipenuhi dalam satu waktu. Maka ilmu dari bapak kemudian saya turunkan ke anak-anak. Mereka harus bersyukur dengan apa yang dimiliki sekarang. Jika pun kemudian dipenuhi, itu karena kami sebagai orangtua memang sudah menganggap itu sangat urgent dan harus segera direalisasikan. 

Berhasil? Tentunya harapan itu selalu ada. Namun, proses memberikan pemahaman kepada anak tentang kondisi keluarga seperti apa memang butuh perjuangan sabar dan doa. Tidak sekali dua kali memberi tahu anak-anak, mereka sudah paham. Harus berulang-ulang dan pastinya jadi contoh dulu nih sebagai orangtua. 

Rasa Syukur sebagai Ibu Rumah Tangga

Ya, saya merasa sebagai ibu rumah tangga harus memberikan yang bukan sekadarnya saja pada anak-anak. Saya pun menjadikan kondisi saya yang resign dari pekerjaan publik untuk menemani tumbuh kembang anak-anak di rumah sebagai bentuk rasa terima kasih atas nikmat Tuhan yang tiada tara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun