Mudik ke kampung halaman bisa jelajah kuliner sepuasnya. Mulai dari makanan yang ringan (baca: camilan dan kue-kue) hingga makanan berat. Bahkan beberapa wishlist sudah saya siapkan untuk dicentang satu per satu selama mudik. Berharap semuanya berhasil dan tidak ada yang terlewat.
Nah, saat berada di Maros, kebetulan ada ajakan ke Enrekang, salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan. Kalau dari Maros berkisar 4-5 jam naik kendaraan mobil, tergantung seberapa banyak mampir di rest area. Yuk, jalan-jalan sambil mengenalkan kuliner yang sempat saya makan.
Kuliner di Enrekang
Saat di Enrekang, ada beberapa makanan yang disuguhkan di antaranya Deppa Tori dan Tape Ketan plus Durian yang merupakan bonus. Soalnya sudah bukan musim tapi beruntung dapat dengan harga yang di luar nalar pastinya, haha.
Deppa Tori atau kalau di warung yang menjualnya selalu disebut Deppa Tetekan adalah camilan atau kudapan yang terbuat dari tepung beras dan gula merah dan penuh dengan taburan wijen. Rasanya manis dan cocok dinikmati dengan teh hangat atau secangkir kopi.Â
Tape Ketan adalah makanan fermentasi. Kalau di Jawa seringnya melihat Tape dari singkong yang kalau di Sulawesi menyebutnya poteng. Sejauh ini lebih enak di lidah saya adalah tape yang dibuat dari ketan. Dan biasanya dari ketan hitam dan putih tapi lebih sreg ketan hitam. Mungkin sudah terbiasa dari kecil makan tape dari ketan hitam yang dibawa nenek dari kampung halaman almarhum Bapak (baca: Soppeng).
Kuliner Maros-Makassar
Berada di dua kota ini memang menyenangkan. Surga kuliner selalu ada pastinya. Saat pertama tiba, saya sudah langsung disuguhkan kue yang bernama Tolba. Ini kue yang dibuat dengan resep keluarga, turun-temurun dan memang khusus buat keluarga saja. Rasanya manis karena yang kuingat adonannya diberi susu kental manis dan selalu ada 3 potongan kecil kismis di atasnya.
Kuliner selanjutnya adalah Coto. Siapa yang tidak kenal makanan satu ini. Saya yang harus berada di Surabaya kalau ada resto menjual Coto rasanya tidak pernah persis sama. Aromanya pun beda. Nah, beruntung sekali sekarang bisa ke Maros-Makassar jadi memanfaatkan waktu untuk mencicipi Coto dengan cita rasa asli. Beberapa coto yang jadi rekomendasi antara lain:
- Coto Butta Toa (Maros)
- Coto Paraikatte (Makassar)
- Coto Abdesir (Makassar)
- Coto Sul (Makassar)
- Coto Dili (Maros)
Pallubasa Serigala juga menjadi salah satu menu jelajah kuliner saya di lokasi mudik. Makanan ini populer bahkan ada cabang di Jakarta.Â
Pallubasa sekilas mirip dengan Coto Makassar. Namun yang membedakan adalah isiannya. Pallubasa lebih banyak jeroan kerbau meski seringnya sapi. Selain itu, ada tambahan telur ayam kampung yang masih mentah. Selain itu, yang membedakan lagi adalah warna kuahnya. Untuk Coto lebih berwarna cokelat sedangkan Pallubasa agak kekuningan dan lebih terasa kelapa goreng yang dicampurkan pada kuahnya.Â
Awalnya yang baru mendengar mungkin berpikir bahwa dagingnya dari Serigala, tetapi tidak. Pallubasa Serigala  terkenal karena memang lokasinya berada di Jl. Serigala No 54, Makassar.
Soal rasa, jangan ditanya karena bagi yang senang dengan gurih pasti suka dan nagih! Kebiasaan kalau memesan, saya suka daging aja semua di dalam mangkok, tapi kadang-kadang juga campur jeroan kalau saya sedang ingin menikmati hati dan bagian jeroan lainnya.Â
***Â
Well, mudik kali ini benar-benar istimewa. Setelah 4 tahun tidak pulang akhirnya bisa menikmati kuliner Makassar lagi di kota aslinya. Semoga bisa mudik setiap tahun agar bisa terus menikmati kuliner di kampung halaman yang tak sempat dicicipi tahun ini. Apalagi anak-anak sudah besar dan seringkali bertanya tentang kuliner kampung halaman ibunya dari A-Z.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H