"Kak, pekan depan kita ada meet up sesama Postcrosser di Kantor Pos Kebon Rojo."
"Oke. Insya Allah saya hadir."
"Baik, Kak. Kami catat. Jangan lupa dibawa koleksi kartu pos yang akan ditandatangani sesama postcrosser ya, Kak."
"Oke. Eh iya, ada berapa banyak yang perlu disiapkan?"
"Sebisanya kakak saja. Soalnya nanti akan di-rolling ketika acara berlangsung sehingga 1 kartu pos bisa jadi penuh dengan tanda tangan."
"Baiklah. Sampai jumpa."
***Â
Seperti itulah kami merawat sebuah komunitas yang isinya adalah manusia-manusia dengan hobi sama. Bahkan kecintaan akan kartu pos dan prangko juga diwadahi oleh sebuah situs global. Situs inilah yang memberikan kesempatan kepada kami memiliki banyak kartu pos dari berbagai negara di dunia. Bahkan bisa menjadi sahabat pena.Â
Awal Suka Kartu Pos dan PrangkoÂ
Dulu ada teman bapak yang sekolah di Jerman. Di sana, beliau selalu berkirim kabar dan sudah dianggap kakak oleh bapak karena sejak kuliah satu jurusan. Rezeki beliau bisa studi sampai ke Jerman dan bapak bahagia karena karakternya tidak sombong meskipun prestasi sudah banyakyang bisa dibanggakan.Â
Nah, sejak di Jerman itulah bapak selalu mendapat kiriman kartu pos ucapan. Bahkan sekadar menanyakan "Apa Kabar Indonesia?" selalu jadi kalimat pembuka dalam setiap surat dan kartu posnya yang berdatangan.Â
Usia saya saat itu masih SD. Mulai tertarik karena gambar di kartu pos dan prangko selalu unik dan lucu. Namanya juga ya saya anak-anak akhirnya saya bilang kalau kartu pos dan prangko-nya biar disimpan dalam kotak mainan. Sejak saat itulah keterusan dan mulai mengoleksi prangko dan kartu pos. Karena bapak profesinya guru, terkadang beliau meminta bagian tata usaha untuk menyimpan prangko agar bapak bisa bawa pulang untuk saya.Â
Begitu seterusnya hingga punya album koleksi sendiri.Â
Dewasa, Koleksi Prangko dan Kartu Pos Terus BerjalanÂ
Ketika duduk di bangku SMA, hobi koleksi prangko dan kartu pos ternyata makin gencar karena ada event di kota Makassar (dulu masih Ujung Pandang), tepatnya di Kantor Pos Besar di kota tersebut. Di situlah mata saya dimanjakan dengan berbagai pajangan koleksi prangko dan kartu pos plus uang yang menambah wawasan saya mengenai Indonesia dan sejarah antar bangsa.Â
Bahkan sepulang dari event tersebut, kepala Kantor Pos Besar memberikan cinderamata, 1 lembar prangko edisi bunga Anggrek. Bukan main senangnya saya kala itu. Sayangnya, karena pindahan rumah sebagian koleksi entah kemana rimbanya. Saya sempat marah pada diri saya karena tidak menjaganya, tetapi saya bersyukur karena bisa mendapatkannya lagi pada pameran Koleksi Prangko dan Kartu Pos yang selalu diadakan secara berkala.Â
Tips Memulai Koleksi Prangko dan Kartu PosÂ
Pastinya memiliki hobi jadul ini perlu tips khusus agar tidak bertahan hanya sehari dua hari. Banyak yang harus diperhatikan, diantaranya:
- Perlu menyiapkan dana khusus
Nah, dana khusus ini pun tidak perlu rutin. Sebisanya saja. Kalau saya sih selalu sisihkan 2 ribu rupiah setiap hari agar bisa beli prangko untuk mengirim kartu pos sesuai tujuan.
- Komitmen yang kuat
Ya, kalau hanya setengah-setengah saja hatinya, lebih baik tidak usah karena dibutuhkan keseriusan juga.Â
- Update info prangko dan kartu pos
Penting untuk menambah wawasan. Paling penting lagi update harga nominal prangko untuk pengiriman snail mail agar sampai di kota tujuan.
- Berkomunitas, jangan malu-malu
Dengan berkomunitas kita jadi punya motivasi. Bahkan kita bisa buat kartu pos sendiri dengan bahan yang ada dan sederhana lo. Hasilnya tetap bisa diakui untuk dijadikan media snail mail.
- Punya tempat penyimpanan agar prangko dan kartu pos aman
Karena prangko dan kartu pos berbahan dasar kertas dan kertas itu kayu, maka bisa saja kena rayap. Jadi, simpan di tempat aman yang berbahan dasar plastik, kering dan pastikan jauh dari jangkaun tangan-tangan jahil, hehe.
Dan beberapa tips lainnya yang bisa diperoleh ketika sudah bertemu dengan sesama pecinta prangko dan kartu pos pastinya.
***Â
Well, sejadul apa pun sebuah koleksi, pastinya memberikan kenangan dan cerita tersendiri. Terlalu banyak tawa dan air mata yang mengiringi perjalanan untuk sebuah koleksi prangko dan kartu pos. Dan saya bangga bisa menjadi bagian komunitas yang sering dipandang sebelah mata karena dianggap hanya buang-buang duit.Â
Padahal duitnya tidak seberapa ketika orang mengoleksi mobil dan motor kuno, ye kan? Lagipula, koleksi itu tergantung selera. Mengapa harus dipermasalahkan ketika semua dilalui dengan rasa suka?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H