Anak kecil tadi juga datang mendekat. Duduk di muka tiga gelas kopi tersebut. Tidak lama Dia mengambil satu gelas. Itu kopi bapaknya. Dia langsung meneguknya. Sontak, karena minuman masih panas, Dia buru-buru menaruh gelasnya. Menyembur. Menyeka bibirnya. Menjulur-julurkan lidah.
"Huuu.. nnnaasss... hoh.. hoh" getirnya dimuka saya. Sesambil cengengesan. Syukur bibirnya tidak melepuh.
Kemudian Dia serubut kembali kopi ini. Kali ini tidak sesrono barusan. Dia meneguknya dengan hati-hati. Dua tiga kali, lalu meletakkan kembali gelasnya. Saya memandanginya dengan teduh. Betapa Dia sangat menikmati minuman itu.
Lamat-lamat saya menatapnya. Sampai kemudian, seperti ada sesuatu yang menyentuh naluri, terbesit perasaan saya. Bertanya dalam hati: kenapa tuhan menciptakan manusia yang memiliki kekurangan fisik? Apalagi seperti anak kecil ini. Bagaimana Dia harus bertahan hidup? Dengan kondisi kejiwaan yang seperti itu.
Belum habis dengan kebingungan. Bapaknya, yang sedari tadi sudah bergabung bersama kami, disela-sela obrolan berkata: "Dia sekarang ikut Sekolah Luar Biasa di kecamatan sebelah" sambil merangkul anaknya. Itu adalah sekolah buat anak yang berkebutuhan khusus. Seperti anak kecil ini.
Saya takjub sekaligus respek mendengar kalimat Bapak ini. Sebagai orang tua, Dia tidak ingin melalaikan kewajibannya. Memberi kasih sayang, perhatian, perlindungan sampai pada pendidikan yang menjadi hak anak. Pendidikan formal pula.
Kini perasaan saya benar-benar seperti tidak karuan. Belum habis kebingungan saya soal 'kehidupan' anak ini, sekarang bercampur dengan bangga penuh haru. Ini merupakan kesempatan yang begitu berharga bagi saya. Betapa tidak, malam ini saya di buat terkesima dengan kehidupan keluarga ini. Dianugerahi seorang anak dengan 'Kekurangan' pada orang tua yang tumpah ruah kebersihan hatinya.
Lantas pikiran itu hadir dalam keheningan saya. Beginilah tuhan berada di balik hambanya. Penuh dengan misteri. Bukankah, Tuhan lebih mengetahui apa yang kita tidak ketahui?. Maka sungguh tidak bijaksana jika kita berburuk sangka padaNYA.
Sebagai manusia yang dalam dirinya penuh kekurangan. Kita hanya perlu berserah diri dalam doa yang diwujudkan pada setiap ikhtiar. Serta pandai dalam bersyukur pada setiap lika-liku kehidupan. Seperti yang dipertontonkan keluarga ini pada saya. Doa, Ikhtiar serta syukur menjadi kunci keikhlasan hidup mereka.
Semoga Bapak serta keluarga selalu di Ridhoi Allah SWT. Sehat selalu untuk adik kecil, yang semangat belajarnya...
***