Mohon tunggu...
Mhalik Parilele
Mhalik Parilele Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sivil Society

Memiliki hobi menulis apa saja, kecuali skripsi. Tulisan bisa saja dari apa yang di lihat, dengar, rasakan kemudian terpikirkan dan tertulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenalkan, Desa Pemilik Filosofis dan Kekuatan Mistis di Balik Nama

10 Oktober 2017   16:29 Diperbarui: 10 Oktober 2017   19:14 1390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan masyarakat yang bodoh. Tapi kemampuan bapak ini yang sangat luar biasa. Tidak heran beberapa orang PNS, Guru, dan berpendidikan lainnya terseret ikut bergabung. Menurut saya, bapak ini memiliki kekuatan supranatural juga. Semisal kemampuan menghipnotis banyak orang dengan bantuan Jin. Beberapa anggotanya pernah memamerkan sebuah foto aneh.

Di foto itu Ada 7 orang paruh baya berdiri, salah satunya seorang perempuan yang berjenggot dan berkumis lebat. Seperti keterangan masyarakat sekitar, sesuai ciri-cirinya, ketujuh orang tersebut merupakan penduduk kerajaan jin Uwentira. Sebuah kerajaan Jin terbesar di Asia Tenggara yang penghuninya dari berbagai belahan dunia (kata Ustadz Sholeh Pati pada sebuah kesempatan berkunjung di kota Palu dalam acara Mister Tukul Jalan-Jalan).

Belum genap 2 minggu menginjakan kakinya di desa saya, bahkan belum sempat memberikan keuntungan atas janjinya kepada masyarakat, bapak ini meninggal dengan kondisi tubuh yang mengenaskan. Saya salah satu menjadi saksi kejadian tersebut. Jenazah mengeluarkan bau busuk yang teramat sangat. Sampai-sampai para pelayat harus menggunakan masker. Ada juga yang membakar dupa dari kayu gaharu.

Seingat saya, Waktu itu kira-kira pukul 4 sore. Awalnya cuaca cerah dengan langit tampak kebiruan. Hanya saja, warga sekitar menjadi takjub, seketika cuaca mulai gelap, muncul awan hitam, angina tiba-tiba kencang dan desa mulai di guyur hujan. Dalam kondisi cuaca yang terbilang ekstrim. Warga tetap bersikukuh untuk menguburkan jenazah. Warga tidak punya pilihan lain. Apalagi jika melihat kondisi jenazah yang seperti itu. Acara pemakaman tetap dilakukan. Tentunya begitu banyak kesulitan yang didapati warga dengan cuaca demikian.

Sehingga pemakaman selesai kurang lebih 20 menit lagi pukul 6 magrib. Waktu itu, usai pemakaman, tiba-tiba saja cuaca kembali cerah teduh. Seperti barusan tidak terjadi cuaca ekstrim. Cuaca cerah itu hanya sesaat, kemudian memasuki waktu magrib yang sudah mulai gelap. Beberapa hari sesudah pemakaman, kuburan bapak tersebut rata dengan tanah, kemudian beberapa hari setelahnya membentuk seperti sebuah lubang.

Setelah bapak tersebut meninggal. Barulah masyarakat sadar bahwa mereka telah ditipu, ditaksir kerugian mencapai ratusan juta rupiah. Sekaligus menguatkan keyakinan masyarakat bahwa tanah Kolono yang Keramat masih memberikan perlindungan. Tidak ada yang bakalan lolos dari pendeteksian tanah ini. Mantra dari nenek moyang kami masih terus menjaga desa ini. Menjaga tanah ini dari orang-orang yang hitam hatinya. Siapapun dia jika berniat tidak baik, maka desa ini akan membalasnya dengan kekuatan yang tidak nampak.

Sebagai penerus yang menempati tanah keramat ini, kami tidak ingin menghianati warisan para nenek moyang kami. Sekuat tenaga akan terus menjaga dan melindungi tanah ini. Bukan. Bukan dengan Sumber Daya Ghaib. Kami sama sekali tidak diwarisi itu. Dengan nilai-nilai budi pekerti yang luhur kami dibekali, dengan kekuatan kekeluargaan kami dibesarkan dan dengan jiwa yang penuh kasih saying kami dijaga. Kami akan menjadi generasi yang mampu menggali potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia tanah keramat ini. Sebab tugas kami adalah merawatnya dan memastikan anak cucu kami dapat melihat tempat ini.

Untuk kamu dan kalian yang hendak berniat dan berbuat jahat kepada kami. Tuhan kami akan terus menjaga kami. Tanah kami masih tetap keramat. Selangkah kamu menginjakan kaki di tanah ini, niscaya, menjadi: Ko-Lono.

***

MhalikParilele

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun