"Kebenaran tidak selalu tepat untuk sumber yang berbeda. Tak ada seorangpun yang benar-benar menyampaikan kebenaran kecuali sesuai perspektif masing-masing. Maka mencari kebenaran haruslah dengan upaya sendiri."
Pernyataan itu benar adanya, karena tak ada seorang pun yang benar-benar mau menyatakan hal yang benar secara berimbang kecuali dari sudut pandang masing-masing. Seperti halnya angka 9 dan 6 yang akan di sebut berbeda pada 2 orang yang berdiri pada sisi yang berbeda.Â
Kebenaran, pada hari ini menjadi mahal harganya. Keterbukaan media sosial secara bebas di dunia maya menyebabkan informasi menyebar secara luas tanpa dapat disaring kebenarannya. Popularitas menjadi daya tarik untuk memunculkan berita secepat kilat walau akurasinya masih di pertanyakan. Tak ada yang dapat membendung informasi yang sangat buas dan sporadis kecuali pembaca itu sendiri.Â
Hoaks akhirnya merajalela. Ketimpangan informasi menyebabkan sudut pandang korban media menjadi berat sebelah, bahkan cenderung memecah akal sehat. Kini, bumi seakan dipenuhi oleh wahana perlombaan untuk menjadi terkenal dengan berita murah dan sampah yang bahkan tak layak muncul di permukaan.Â
Lalu bagaimana kita dapat menanggulangi masalah ini? Sebagai insan pers kita perlu melakukan beberapa tahapan dalam menganalisa suatu berita agar dapat disampaikan secara baik dan berimbang. Apa saja yang bisa kita lakukan?Â
1. Berpikir sebelum bertindak
Sebagai makhluk yang dibekali dengan kecerdasan, kita haruslah menggunakan kesadaran berpikir untuk mencari kebenaran sebuah informasi. Lakukan 3 hal ini dalam menyaring informasi:
a. Apakah informasi bermanfaat untuk di baca dan dibagi
b. Apakah ada dampak buruk apabila berita ini disebar atau dibaca
c. Apakah informasi yang disajikan valid dan benar.Â
2. Gunakan jalur informasi yang terpercaya dan jelas asal usulnya
Dalam menggunakan media sosial, kejelasan asal usul sumber berita perlu untuk di telaah terlebih dahulu. Apabila sumber yang digunakan tidak lah kredibel untuk di gunakan maka perlu dilakukan penyaringan. Bahkan jika informasi tersebut tergolong hoaks, maka kita wajib untuk tidak menggubrisnya.Â
3. Kebenaran itu dicari.Â
Seperti pernyataan awal dari tulisan ini. Untuk mengetahui kebenaran kita perlu mencari sendiri. Apabila kita yakin kebaikan itu dan dapat dipertanggungjawabkan, maka kita bisa menggunakannya untuk dibaca ataupun dibagikan.Â
4. Popularitas dengan cara yang benar.Â
Saat dunia informasi menjadi ajang perlombaan mencari popularitas sebagai penyedia berita tercepat, maka jadilah populis dengan cara yang benar. Suatu informasi akan lebih bermakna apabila dilakukan dengan cara yang benar. Dalam upaya menjadi penyedia informasi ternama, tidak lah harus cepat, namun kepercayaan akan berita yang disajikan akan menjadi modal berharga dalam menjaga nama baik media yang kita kelola.
Demikian beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menangkal hoaks dengan tetap menjaga popularitas sebagai insan pers yang kredible. Kepercayaan adalah hal mahal yang perlu untuk terus dijaga dan dipupuk dengan cara yang baik. Kepercayaan publik akan menjadi lebih kuat bila kita mampu bertindak dengan arif dalam menyebarkan suatu berita dan selalu mengedepankan etika dalam bekerja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H