Mohon tunggu...
M Habi Firjatullah
M Habi Firjatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Administrasi Pendidikan, Universitas Jambi.

Malasmu Menunda Senyum Orang Tuamu (Nur Hanif)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apakah Pendidikan Multikultural Itu Penting?

18 Mei 2022   22:00 Diperbarui: 18 Mei 2022   22:02 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk itu, kami percaya bahwa paradigma pendidikan multikultural perlu diterapkan untuk memerangi semangat primitivisme. 

Secara umum, pendidikan multikultural memang merupakan konsep yang bertujuan untuk menciptakan kesempatan pendidikan yang sama bagi semua siswa yang berbeda ras, suku, kelas sosial, dan kelompok budaya. 

Salah satu tujuan penting dari filosofi pendidikan multikultural adalah untuk membantu semua siswa memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan tugas mereka seefektif mungkin dalam masyarakat demokratis yang pluralistik, dan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan warga dari berbagai kelompok. 

Untuk menciptakan masyarakat yang etis, bekerja untuk kebaikan bersama. Budaya Indonesia menjadi worldview yang menyiratkan penguasaan setiap identitas budaya mikro Indonesia.

Sebagai pandangan dunia, ini adalah sistem nilai baru. Sebagai suatu value system yang baru, memerlukan suatu proses perwujudannya antara lain melalui proses dalam pendidikan nasional. 

Oleh sebab itu, di tengah-tengah maraknya identitas kesukuan, sekaligus perlu ditekankan sistem nilai baru yang akan kita wujudkan, yaitu sistem nilai keindonesiaan.

Setiap orang menginginkan dan menyadari pentingnya dan urgensi pendidikan multikultural di Indonesia sebagai upaya untuk mendamaikan kehidupan etnis dan agama, namun tindakan atau sikap sebagian besar masyarakat, termasuk masyarakat terpelajar, terkadang tidak mencerminkan semangat multikulturalisme. 

Oleh karena itu, diperlukan upaya yang cermat dan tepat untuk membangkitkan kesadaran kolektif bangsa Indonesia agar tercipta kerukunan yang langgeng di dalam bangsa ini. 

Guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat penting, sehingga guru harus mampu menjadi model untuk menciptakan kehidupan multikultural yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah dan masyarakat.

 Dikotomi antara nasionalisme sekuler dan agama memberikan stereotip bahwa seolah-olah nasionalis kurang keyakinan agama dan sebaliknya, jika keyakinan agama mereka kuat, nasionalisme kurang dan harus segera dihilangkan agar efektif di Indonesia Menciptakan kerukunan antar warga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun