Mataku pun bertemu dengan pandangnya yang tajam di balik kaca mata kecilnya. Dengan sangat canggung, kusapa ia untuk pertama kalinya.
"Pak...," sapaku malu-malu.
"Eh Iyaa."
Sontak ia menyapaku balik dengan sunggingan senyum yang sangat aku rindukan. Ketika kejadian itu, yang terbesit dalam benak absurd-ku adalah aku ingin sekali mengabsen semua bidadara yang berada di atas langit sana. Aku kira ada satu bidadara yang hari itu ia bolos kerja. Dan dialah bidadara. Begitu manis senyumnya.
"Hai Dwi! Kamu ke sini pasti ingin bertemu dengan Bapak ya? Sabar Wi, bapak belum pulang dari Surabaya," jelas teman di sebelahnya yang membuat semua gambaran indahmu begitu buyar.
"Hmm Dwi" gumammu
"Baik Bang, kalau begitu aku pamit ya. Aku harus segera ngabarin sama orang kantor," sela ujarku yang buru-buru meminta pamit dari hadapan mereka.
Dalam langkah pulangku, yang kala itu aku harus menuruni anak tangga, di kepala ini begitu banyak pertanyaan: sebenarnya ini apa? mimpi atau nyata?
Lututku bergetar, jantungku berdegup kencang dan aku membalikkan punggungku menjauh darinya. Belum sampai aku menuruni anak tangga, tiba-tiba dari arah kanan ada seorang perempuan yang menabrakku.
Braaaaaak.... "Maaf, Kak, saya terburu-buru." ujar perempuan itu yang telah menabrak tubuhku. Ia langsung saja bangun dari jatuhnya dan pergi, mengeyahkan aku yang kala itu tas dan lembaran-lembaran file-ku berhamburan. Suasana kala itu begitu memalukan, di mana semua pasang mata yang berada di kantor memandangiku. Tak juga lepas dari pandang dia. Kejadian itu sungguh seperti adegan dalam film-film drama. Melihat aku terjatuh, ia bergegas menolongku dan membereskan seluruh milikku yang berhamburan.
"Ini apa Wi?" tanyanya penasaran perihal file-ku.