aku seperti akar yang mati,
kering tanpa rindu,
lupa pada pasir,
lumpuh di kesepian yang meradang,
dan hilang perlahan.
sebab di rumahku sudah melarat anggur,
maka aku mengisap nadimu,
menyeduh napasmu.
dan perlahan rumahku hilang,
dibawa angin yang entah,
lalu,
aku menjadi dewa yang murka,
mengutuk tubuhku menjadi bayang,
yang kadang menyamar luka,
di perempatan malam.
seperti doaku pada tuhan,
aku ingin lelap di tubuhmu,
menerjali samudera manis,
di dadamu,
dan akan tetap menjadi kutukan.
Jakarta, 200314
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!