Pada era kemajuan digital yang sangat pesat ini, akses pada dunia internet menjadi kebutuhan bagi beberapa orang, hal tersebut dapat kita lihat sebagian orang disekitar kita selalu menggenggam smartphone mereka dari bangun tidur hingga tidur kembali. Kemudahan untuk mengakses informasi ini dapat dirasakan oleh orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak. Banyak konten positif yang dapat kita cari dari internet, namun banyak pula konten negatif didalamnya yang seringkali menjadi jalan utama untuk terjerumus pada kegiatan masturbasi (Park dkk., 2016).
MASTURBASI
Masturbasi adalah kegiatan seksual yang sehat dan sebetulnya normal dilakukan. Masturbasi menjadi istilah yang paling umum saat seseorang merangsang alat kelaminnya sendiri untuk mendapatkan gairah seksual, dan seringkali dilakukan untuk mencapai orgasme. Meski sudah umum untuk dilakukan, masturbasi menjadi kegiatan yang ditolak secara budaya dan hampir semua agama melarangnya dan dianggap sebagai tindakan yang tidak manusiawi (Aneja, J., Grover, S., Avasthi, A., Mahajan, S., Pokhrel, P., & Triveni, D. 2015).
DAMPAK DARI MASTURBASI
Dalam sebuah laporan yang diberikan oleh Sudrajat (2020) perlu diketahui bahwa setelah melakukan masturbasi tubuh akan melepaskan hormon-hormon sebagai berikut:
- Dopamin
Hormon ini termasuk salah satu hormon kebahagiaan
- Endorfin
Bisa meredakan nyeri secara alami dari tubuh, hormon ini juga dapat menghilangkan stress dan meningkatkan suasana hati.
- Oksitosin
Ini seringkali disebut sebagai hormon cinta dan ada kaitannya denagn ikatan sosial
- Testosterone
Hormon ini lepas saat melakukan hubungan seks agar dapat meningkatkan stamina dan gairah. dalam sebuah studi hormon ini juga keluar saat kita memiliki fantsai seksual.
- Prolaktin
Hormon ini berperan penting dalam laktasi dan juga menjaga kekebalan tubuh.
Setelah masturbasi hormon-hormon diatas dilepaskan dalam jumlah yang cukup, itulah sebabnya dapat memengaruhi suasana hati dan kesehatan fisik secara positif, seperti:
- Hasrat seksual yang lebih besar
- Perasaan senang dan puas
- Suasana hati yang membaik
- relaksasi yang lebih besar
- menghilangkan stres dan juga kecemasan
- melepaskan tegangan seksual
- mudah tidur
- memiliki preferensi seksual yang lebih baik
Selain dari efek positif diatas, terdapat juga efek samping lain dari masturbasi ini sebagai berikut:
- Cemas
Menurut Kartono (2009) kecemasan dari masturbasi ini biasanya didapati dari rasa bersalah yang erat kaitannya dengan norma dan nilai agama maupun lingkungan masyarakat, yang sering kali dikatakan bahwa kegiatan tersebut adalah tindakan yang tidak bermoral.
- Adiktif (kecanduan)
Seringkali didapati laporan bahwa mereka yang melakukan masturbasi akan merasa sulit untuk berhenti atau mengurangi intensitas masturbasinya. Segala sesuatu yang baikpun jika dilakukan secara berlebihan akan ada efek sampingnya termasuk juga masturbasi bila berlebihan maka akan mulai memengaruhi kehidupan anda, serta fungsi-fungsi seksual lainnya (Andriati, R., Handoyo, L., & Minarsih, L. 2021).
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Aneja, J., Grover, S., Avasthi, A., Mahajan, S., Pokhrel, P., & Triveni, D. (2015) menunjukan bahwa masturbasi tidak dapat menyebabkan depresi pada pelaku masturbasi. Namun pemahaman masyarakat bahwa masturbasi adalah perilaku yang menyimpang (Kaestle, C. E., & Allen, K. R. 2011), membuat pelaku merasa malu dan merasa bersalah yang menimbulkan rasa cemas, jika dibiarkan seiring berjalannya waktu kecemasan ini akan berubah menjadi depresi.
KECANDUAN MASTURBASI
Sebetulnya melakukan masturbasi secara teratur bukan berarti anda memiliki gangguan pada kesehatan mental. Namun, jika beberapa daftar berikut dirasa ada dalam diri kita maka sudah waktunya mengkonsultasikan kegiatan tersebut kepada profesional:
- Saat masturbasi menjadikan waktu kita banyak terbuang sia-sia
- Kehidupan personal atau bersosial terganggu karena masturbasi
- Membuat kita lebih mementingkan msturbasi daripada nongkrong bersama kawan sebaya
- Melakukan masturbasi ditempat umum
- Melakukan masturbasi padahal tidak saat dalam kondisi terangsang
- Bermasturbasi karena ingin menghilangkan pikiran negatif
- Dalam keadaan apapun sering memikirkan mengenai masturbasi
MASTURBASI DILIHAT DARI SUDUT PANDANG ISLAM
Secara singkat mayoritas ulama yang mengikuti madzhab syafiiyah dan malikiyah, berpendapat dengan keras bahwa hukumnya adalah haram tidak ada toleransi sedikitpun. Hal tersebut didasarkan pada firman Allah dalam surat Al-Ma'arij ayat 29-30:
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (29) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (30)
Yang inti dari ayat tersebut, bahwasannya Allah telah menegaskan bagi makhluknya bahwa manusia ini haruslah menjaga kemaluan mereka atau janganlah melakukan hal-hal yang tercela dengan kemaluannya, kecuali dilakukan terhadap istri-istrinya ataupun budak-budaknya.
Menurut pendapat Dr. Zakir Naik dalam acara sesi tanya jawabnya, zaman sekarang godaan syahwat begitu berat, maka beliau berpendapat bahwa masturbasi ini menjadi makruh (boleh dilakukan namun Allah membencinya) bahkan bisa saja mubah (boleh dilakukan, tidak mendapat pahala, tidak mendapat dosa) dengan syarat hawa nafsu atau syahwat kita memang sudah berada pada puncak-puncaknya, dan bila dibiarkan bisa berdampak pada perilaku yang lebih dzalim (contoh: pemerkosaan)
wallahu a'lam bishawab
Referensi
Andriati, R., Handoyo, L., & Minarsih, L. (2021). Case-Based Learning: Upaya Menstimulasi Intensi Remaja untuk Berkomunikasi Secara Adekuat dengan Orang Tua tentang Kesehatan Seksual. J.Abdimas: Community Health, 1(2), 27--36.
Aneja, J., Grover, S., Avasthi, A., Mahajan, S., Pokhrel, P., & Triveni, D. (2015). Can masturbatory guilt lead to severe psychopathology: a case series. Indian journal of psychological medicine, 37(1), 81--86.
Kaestle, C. E., & Allen, K. R. (2011). The Role of Masturbation in Healthy Sexual Development: Perceptions of Young Adults. Archives of Sexual Behavior, 40(5), 983--994. https://doi.org/10.1007/s10508-010-9722-0
Kartono, K. (2009). Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Penerbit Mandar Maju.
Park, B., Wilson, G., Berger, J., Christman, M., Reina, B., Bishop, F., Klam, W., & Doan, A. (2016). Is Internet Pornography Causing Sexual Dysfunctions? A Review with Clinical Reports. Behavioral Sciences, 6(3), 17.
Sudrajat, B. (2020). Hubungan Antara Kecenderungan Mengakses Pornografi Online dengan Frekuensi Perilaku Masturbasi Pada Remaja Akhir (thesis). Malang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H