Mohon tunggu...
Muhammad Gilang Pratama
Muhammad Gilang Pratama Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Mahasiswa jurusan PGMI di STAI Al-Anwar Sarang Rembang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dilema Perubahan Kurikulum : Pengalaman Seorang Gen-Z

18 Desember 2024   07:42 Diperbarui: 18 Desember 2024   07:42 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilema Perubahan Kurikulum: Pengalaman Seorang Gen Z

Oleh : M. Gilang Pratama

Sebagai seorang Gen Z yang tumbuh bersama perubahan kurikulum yang begitu cepat, saya merasakan langsung bagaimana sistem pendidikan kita terus bertransformasi. Mulai dari masa sekolah dasar yang masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hingga jenjang perkuliahan di jurusan pendidikan, saya telah mengalami peralihan ke Kurikulum 2013 dan kemudian ke Kurikulum Merdeka. Perubahan yang begitu cepat ini seringkali membuat saya dan teman-teman merasa lelah dan kesulitan untuk beradaptasi.

Beban Adaptasi yang Berat dan Dampaknya

Transisi dari satu kurikulum ke kurikulum lainnya bukan hanya sekadar pergantian buku atau metode pembelajaran. Ini adalah sebuah proses yang kompleks dan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perubahan kurikulum yang terlalu sering dapat menyebabkan penurunan prestasi belajar siswa, terutama pada awal-awal penerapan kurikulum baru. Hal ini sejalan dengan pengalaman saya dan banyak teman seangkatan. Contoh penelitian yang mendukung argumen pribadi saya adalah penelitian yang dilakukan oleh Salsabila Azzahra dengan judul "Implikasi Perubahan Kurikulum Pendidikan Nasional Terhadap Kualitas Pembelajaran Dan Prestasi Siswa"

Selain penurunan prestasi, perubahan kurikulum yang cepat juga dapat memicu stres dan kecemasan pada siswa. Siswa yang sering mengalami perubahan kurikulum cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan kurikulum yang stabil. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian dan tuntutan untuk terus beradaptasi dengan perubahan yang cepat.

Ketika masih duduk di bangku sekolah, saya merasakan betul bagaimana setiap kali ada perubahan kurikulum, materi pelajaran yang harus saya pelajari seolah-olah dimulai dari nol. Materi yang sebelumnya sudah dikuasai, tiba-tiba menjadi tidak relevan dan harus dipelajari ulang dengan pendekatan yang berbeda. Belum lagi, seringkali terjadi tumpang tindih materi antara satu kurikulum dengan kurikulum lainnya, yang membuat saya merasa kebingungan.

Pengalaman yang sama juga saya alami saat kuliah di jurusan pendidikan. Ketika mulai kuliah, saya mempelajari Kurikulum 2013. Namun, belum lama berselang, pandemi Covid-19 melanda dan memaksa dunia pendidikan untuk beradaptasi dengan pembelajaran jarak jauh. Kurikulum darurat pun diterapkan, yang tentunya membawa tantangan baru bagi saya sebagai calon pendidik. Ketika akhirnya saya melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL), saya harus menerapkan Kurikulum Merdeka, yang sekali lagi menuntut saya untuk belajar hal-hal baru.

Dampak terhadap Guru dan Kualitas Pendidikan

Perubahan kurikulum yang cepat juga memberikan tekanan yang besar pada guru. Guru dituntut untuk terus mengikuti perkembangan kurikulum dan menyesuaikan metode pembelajaran mereka. Hal ini seringkali membuat guru merasa kewalahan dan tidak memiliki cukup waktu untuk mendalami materi pelajaran. Akibatnya, kualitas pembelajaran di kelas pun dapat terpengaruh.

Solusi yang Komprehensif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun