Kedua adalah kapabilitas, yang digunakan untuk meraih apa yang kita inginkan. Dalam hal ini, kapabilitas tidak hanya dilihat dari sumber daya yang dimiliki, namun lebih pada usaha dari individu. Setiap individu akan melakukan kapabilitasnya karena dipengaruhi oleh lingkungannya.
Ketiga, untuk mencapai keadilan, kita harus memiliki kebebasan. Adanya kebebasan akan membuat kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan atau bisa disebut dengan kapabilitas.
Keempat adalah kebahagiaan. Kebahagiaan tidak hanya diartikan sebagai kebahagiaan material layaknya ilmu ekonomi, namun sebagai kebahagiaan ketika kita mendapatkan hak dan kewajiban kita.
Inti dari keempat hal tersebut adalah ingin menciptakan keadilan berdasarkan kapabilitas yang dimiliki oleh setiap orang. Hal ini merujuk pada eksistensi setiap yang unik dan berbeda. Pendekatan kapabilitas ingin menilai kebebasan dan keadilan yang berkaitan erat dengan kesempatan dan proses yang dimiliki seseorang.
Kapabilitas berkaitan dengan kombinasi fungsi dari keragaman situasi dan aktivitas manusia untuk mewujudkan pilihan hidupnya. Salah satu persoalan yang disorot dengan serius adalah adanya upaya menyeragamkan fungsi dan kapabilitas manusia pada kegunaan, pendapatan dan kekayaan. Penyeragaman ini dapat mengurangi keragaman kekayaan hidup manusia.
Kesempatan yang aktual tidak terlepas dari hidup seseorang di masyarakat dengan identitas pluralnya dan rantai kontrol tidak langsung. Identitas plural yang memungkinkan adanya alternatif ide dan rentetan kontrol tidak langsung membuat kebebasan seseorang selalu berhubungan dengan kekuasaan dan kebebasan efektif pemangku kebijakan.
Dalam hal ini, kebijakan publik dapat dibuat dengan kesepakatan di antara pemangku kebijakan dan anggota masyarakatnya sebagai upaya untuk melampaui kepentingan diri dan mencapai keadilan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H