Mohon tunggu...
Muhammad Fajar Marsuki
Muhammad Fajar Marsuki Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Departemen Pendidikan IPA di UM dan Mahasiswa S3 Pendidikan IPA FKIP UNS

Dosen muda UM dan mahasiswa program S3 Pendidikan IPA FKIP UNS yang hobi membaca dan menulis tentang topik pendidikan dan teknologi informasi terbaru.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tidur dari Perspektif Filsafat, Sains, dan Islam

20 November 2024   12:00 Diperbarui: 25 November 2024   11:57 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Manusia Tidur (Sumber: Canva AI Generated Image)

Dalam perspektif filsafat, tidur adalah fenomena yang memengaruhi kesadaran, realitas, dan eksistensi manusia. Filsuf seperti Descartes (Bapak Filsafat Modern) menggunakan tidur untuk mempertanyakan batas antara realitas dan mimpi serta menyoroti kerentanan manusia terhadap ilusi dalam kondisi tidak sadar. Dalam konteks eksistensialisme, tidur dipandang sebagai momen jeda dari kebisingan eksistensi dan tempat manusia sementara melepaskan beban keberadaannya. Di sisi lain, tidur juga membawa pertanyaan epistemologis, terutama dalam memahami bagaimana pengalaman tidur, seperti mimpi, dapat dianggap sebagai bentuk pengetahuan atau refleksi bawah sadar.

Tidur adalah kebutuhan mendasar manusia yang memiliki fungsi krusial dalam menjaga kesehatan fisik dan mental. Para ahli kesehatan menyarankan tidur selama 7-8 jam setiap malam sebagai durasi ideal untuk memulihkan tubuh dan otak setelah aktivitas harian. Selama tidur, tubuh melakukan proses regenerasi sel, memperbaiki jaringan, dan memperkuat sistem imun. Selain itu, tidur juga membantu otak mengolah informasi, memperkuat memori, dan mengatur emosi. Kurang tidur dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti peningkatan risiko penyakit jantung, diabetes, obesitas, serta gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Bahkan, kurang tidur dapat menurunkan kemampuan konsentrasi dan meningkatkan risiko kecelakaan, baik di jalan maupun di tempat kerja (misalnya microsleep).

Islam memandang tidur bukan hanya sebagai kebutuhan biologis, tetapi juga bagian penting dari keseimbangan kehidupan manusia. Al-Qur'an menyebut tidur sebagai tanda kebesaran Allah SWT. Dalam Surah Ar-Rum ayat 23, Allah SWT telah berfirman, "Dan di antara tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari serta usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan." Tidur dipandang sebagai waktu untuk istirahat dan refleksi spiritual, serta cara mempersiapkan tubuh agar tetap bugar untuk menjalankan ibadah. Rasulullah SAW juga memberikan panduan tentang pola tidur yang sehat, seperti berwudhu sebelum tidur, membaca doa, dan tidur menghadap kanan.

Menariknya, Rasulullah SAW juga menganjurkan untuk mematikan lampu sebelum tidur, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari: "Padamkanlah lampu-lampu kalian ketika hendak tidur, kuncilah pintu dan tutuplah bejana, makanan dan minuman." Arahan ini memiliki makna penting, baik dalam konteks keselamatan zaman dahulu maupun manfaat kesehatan di masa kini. Tidur dalam kondisi gelap membantu tubuh memproduksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur dan mendukung kualitas tidur yang baik. Selain itu, kegelapan memberikan sinyal alami bagi tubuh untuk memasuki fase istirahat, sehingga tubuh dapat sepenuhnya masuk dalam proses pemulihan.

Salah satu sunnah yang sering disebut adalah tidur dalam posisi miring ke kanan. Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda, "Berbaringlah di atas rusuk kananmu" (HR. Bukhari & Muslim). Dari sudut pandang medis, posisi tidur miring ke kanan memiliki banyak manfaat kesehatan. Posisi ini membantu mencegah tekanan pada organ vital seperti jantung, yang terletak lebih ke sisi kiri tubuh, sehingga memungkinkan aliran darah yang lebih optimal selama tidur. Selain itu, tidur miring ke kanan juga mempermudah proses pencernaan karena lambung berada dalam posisi alami untuk mengolah makanan. Posisi ini juga mendukung pernapasan yang lebih baik dan mengurangi risiko mendengkur atau apnea tidur. Sunnah ini mencerminkan perhatian Islam terhadap kesejahteraan fisik manusia.

Adab bangun tidur juga menjadi perhatian dalam Islam. Rasulullah SAW mengajarkan untuk duduk sejenak sebelum berdiri setelah bangun tidur. Secara medis, kebiasaan ini membantu tubuh menyesuaikan tekanan darah yang sempat menurun selama tidur, sehingga mencegah rasa pusing atau risiko jatuh akibat perubahan posisi yang terlalu cepat. Kebiasaan sederhana ini mencerminkan perhatian Islam terhadap detail yang mendukung kesehatan manusia.

Islam menekankan keseimbangan antara tidur, ibadah, dan aktivitas duniawi. Rasulullah SAW sendiri menjalani pola tidur yang moderat, tidur lebih awal di malam hari dan bangun pada sepertiga malam untuk melaksanakan qiyamul lail (sholat malam). Namun, beliau juga mengingatkan untuk tidak berlebihan dalam beribadah hingga mengorbankan kebutuhan fisik. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya tubuhmu mempunyai hak atasmu, matamu mempunyai hak atasmu, dan istrimu mempunyai hak atasmu" (HR. Bukhari). Hal ini menunjukkan bahwa menjaga tubuh, termasuk melalui tidur yang cukup, adalah bagian dari ibadah dalam Islam.

Secara keseluruhan, tidur yang cukup, mematikan lampu saat tidur, tidur miring ke kanandan mengikuti adab bangun tidur merupakan bagian dari menjaga keseimbangan antara kesehatan fisik dan spiritual. Tidur tidak hanya memperbaiki kondisi tubuh, tetapi juga memberikan waktu bagi manusia untuk merenungi nikmat Allah dan mempersiapkan diri menjalani tugas-tugas kehidupan. Islam dengan ajaran adab tidurnya menawarkan harmoni antara kebutuhan biologis dan spiritual manusia, memastikan setiap tindakan menjadi bagian dari ibadah yang bernilai di sisi Allah SWT. Dengan menghargai pentingnya tidur, manusia tidak hanya menjaga kesehatan tubuh, tetapi juga menjalankan sunnah Rasulullah SAW dan bersyukur atas nikmat kehidupan yang telah diberikan.

Penulis: Muhammad Fajar Marsuki (Mahasiswa S3 Pendidika IPA FKIP UNS)
Kontributor: Prof. Prof. Drs. Sentot Budi Rahardjo, Ph.D. (Dosen Pengampuh Mata Kuliah Filsafat IPA S3 Pendidikan IPA FKIP UNS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun