Percaya nggak kalau drama radio masih ada hingga saat ini? Setidaknya hingga artikel ini ditulis. ... Dan hingga beberapa waktu setelah ini ditulis.Â
Saran saya sebaiknya Anda membuktikan. Ya, memang drama alias sandiwara radio masih ada. Hare gene? Masih? Iyalah. Mengapa mesti dipertanyakan? Faktanya masih dan terus berjalan.Â
Gambar yang saya unggah di atas adalah cover promo dari drama kaum muda yang diproduksi dan diperdengarkan pertengahan tahun 2016 di salah satu stasiun radio di Yogyakarta. Dengan kaum muda dalam rentang usia 15-25 tahun kami berupaya menyajikan hiburan yang menyenangkan juga mendidik lewat kisah-kisah pendek yang lebih dekat dengan kehidupan kaum muda.
Tunggu dulu! Kami?Â
Ya, kami. Saya dan teman-teman bergabung dalam sebuah tim drama. Ada penulis naskah, sutradara, pemain peran sekaligus pengisi suara (dubber), editor alias tukang ngedit, dan mixingman - si penguasa sound effect. Tim kami lengkap. Dan semua hepi, belajar untuk toleran, menghayati Pancasila karena masing-masing kami begitu berbeda. Kami sering berselisih pendapat, tapi tetap terus berusaha kompak dalam usia kami yang masih balita. Tim kami ada - meski tak pernah diresmikan keberadaannya - sejak akhir tahun 2012.
Ada banyak isu dan ide cerita yang kami sajikan kepada pendengar. Isu yang erat kaitannya dengan kehidupan remaja, prahara di sekolah, persahabatan, cinta monyet (lengkap dengan monyet betulan), kesehatan reproduksi, sejarah Indonesia dan dunia, kearifan lokal, kemajemukan, kisah religius, fiksi ilmiah, dan banyak lagi. Lengkap dengan kisah misteri yang misterius ala detektif, kisah horor yang mistis, komedi nan kocak (dan kadang garing kriuk-kriuk krispi), drama keluarga, romantika masa kuliah, dan geng anti bullying di sekolahan. Tentu ruang ide kami tak terkotak di situ. Kami punya yang jauh lebih luas.
'Hari gini emang masih ada yang dengerin radio?'
Slow aja, Mamen! Woles. Jika Anda meng-klaim demikian, sudahlah, tidak perlu sensitip atau baper lalu bersikap ketus, or underestimate orang lain yang masih mendengarkan radio. Barangkali Anda-lah yang sudah meninggalkan radio. Itu bukan kesalahan, kok. Bukan pula dosa. Apa hubungannya sudah tidak menjadi penikmat siaran radio dengan dosa? Iya, kan? Dan yakinlah, tidak ada yang menyalahkan Anda jika Anda tertawa terkait segala hal yang berbau radio. Itu lumrah. Media sudah banyak dan lebih berkembang. Tinggal dipilih sesuai keinginan dan kebutuhan.
Jadi, ya, drama radio memang masih ada. Mungkin tidak hanya di Jogja. Pastinya jika Anda ingin mendengarkan siaran drama kami, feel free - KEPOin drama kami via soundcloud.com atau download RRI Play Apps. Yap. Kami ada di 102,5 FM RRI Pro2 Jogja. Drama kami diperdengarkan setiap hari Minggu pukul 19:00. Jika betah, dengarkan sampai habis. Ganti frekuensi atau matikan saja jika Anda bosan. Mudah, kok. Tak ada kewajiban harus disimak sampai habis. Toh tidak diujikan juga dalam kehidupan Anda. Sebagaimana kami menikmati hidup dan drama radio, kenikmatan itu juga adalah hak Anda.Â
Satu pertanyaan dalam benak saya. Akankah drama radio kembali jadi idola dan pilihan hiburan edukatif sebagaimana era berjayanya dahulu?Â
Only God knows it. ---> hei, Jude, jangan libatkan Tuhan dalam hal ini! Emang di surga ada radio? siapa yang siaran? frekuensinya AM - SM - FM or...?Â
*plakk....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H