Piala Dunia 2010 yang saat ini berlangsung di Afrika Selatan memberikan keuntungan bagi negara tersebut di berbagai bidang. Kegiatan akbar tersebut, baik yang dirasakan secara langsung maupun tidak, juga memberikan manfaat yang tak ternilai bagi seluruh bangsa di dunia. Apa yang terjadi di Afrika Selatan sesuai dengan misi yang diajarkan Islam, Rahmatan Lil ‘Alamin, memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia. Melihat nilai positif tersebut, Piala Dunia 2010 dijadikan model dan modal dasar sebuah pelatihan di Surau Baitul Amin, Depok. Pelatihan yang dinamakan Anshor-man ini dilaksanakan sejak Selasa (6/7) kemaren hingga Kamis (8/7) besok. Anshor, sebutan untuk santri sekaligus tim pengelola surau, adalah peserta pelatihan ini. Mereka diajak untuk memahami dan mempraktekkan langsung proses pelaksanaan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Afrika Selatan telah melalui tiga tahapan besar untuk menjadi penyelenggara Piala Dunia 2010. Tahapan ini meliputi inisiasi, implementasi dan operasi. Ketiga tahapan inilah yang diikuti oleh anshor dalam pelatihan melalui metode simulasi mutakhir. “Metode ini kita namakan Simulasi dalam Simulasi.”, terang Jusron Faizal, salah satu lead fasilitator pelatihan. Jusron menerangkan bahwa metode ini hasil brainstorming tim perencana pelatihan selama berminggu-minggu. Mumet Yang Mengasikkan Simulasi tahap inisiasi telah dilalui anshor sejak Rabu (30/7) malam lalu dan berakhir menjelang dibukanya pelatihan pada Selasa (6/7) pagi kemarin. Dalam tahap inisiasi ini, seluruh anshor yang berjumlah 54 orang dibagi dalam 5 kelompok. Tiap kelompok berperan menjadi delegasi sebuah negara yang masing-masing mengajukan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Delegasi ini diminta untuk menyajikan konsep dan perencanaan terbaik untuk mencapai sebuah obyektif. Obyektif ini telah ditentukan oleh FIFA yang diperankan oleh fasilitator pelatihan. Tahapan ini berhasil menggali kreatifitas anshor yang selama ini terpendam. Para anshor ini sebelumnya selalu sukses sebagai tim pelaksana berbagai kegiatan akbar yang diselenggarakan SBA seperti Tabligh Akbar & Festival Marawis 2008 dan Festival Baitul Amin 2010. Namun untuk menyusun konsep kreatif dan proposal sebuah kegiatan, mereka mengaku baru kali ini mendalaminya. “Seumur hidup saya, ini adalah pertama kalinya saya bikin proposal. Kalau nukang saya jago, tapi namanya ngonsep baru kali ini.”, aku anshor bernama Muchtarom pada saat presentasi proposal. Kenyataannya, proposal kelompoknya justru berhasil terpilih sebagai pemenang. Tahap implementasi disimulasikan dalam pelatihan hari pertama kemarin hingga Rabu (7/7) sore ini. Dalam simulasi kali ini, tim anshor berperan menjadi sebuah perusahaan yang ditunjuk oleh negara sebagai komite atau panitia penyelenggara Piala Dunia 2022. Mereka ditempatkan dalam struktur kepanitiaan. Kali ini mereka harus mengimplementasikan konsep dan acuan umum yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan FIFA. Perencanaan kerja dan koordinasi antar bidang menjadi materi yang mengawali tahapan ini. “Saya lebih milih kerja ngelas dibandingkan bikin perencanaan kayak gini. Pusing! Ha ha ha…”, ujar anshor bernama Akem sambil tertawa. Dalam pelatihan, ia ditempatkan di bidang pendanaan dimana salah satu tugasnya adalah mencari sponsor kegiatan. Simulasi tahap implementasi ini dibuat dengan arahan prematur sehingga para anshor harus menebak-nebak tentang apa yang harus dilakukan. Namun dengan cara ini mereka justru mampu menyusun perencanaan lapangan dan melakukukan koordinasi antar pihak dengan cara mereka sendiri. “Sebenarnya proses ini sebenarnya mengasikkan. Tapi awalnya memang bikin mumet.”, ujar Suyadi mengenai tahap perencanaan kerja sambil tersenyum. Ia juga salah seorang anshor yang menjadi peserta pelatihan. Matang Dalam 13 Jam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H