Mohon tunggu...
Muhammad Fausan
Muhammad Fausan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Talk less,joke a loot

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Peran Lingkungan dan Budaya Dalam Perkembangan Sosial Emotional

20 Januari 2025   19:30 Diperbarui: 20 Januari 2025   18:02 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

     Perkembangan awal yang terjadi pada anak-anak dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan rumah mereka maupun lingkungan pusat perawatan anak atau lembaga pendidikan prasekolah (Bronfenbrenner & Morris, 1998). Setiap pengalaman yang diperoleh anak akan saling berkaitan dengan pengalamannya yang lain dan akan menghasilkan perubahan perkembangan permanen pada anak. Menurut teori ekologi, lingkungan yang menyediakan peluang dan dukungan untuk pertumbuhan adalah lingkungan yang mampu menciptakan situasi untuk anak berinteraksi dengan orang-orang dan lingkungannya.

      Pengalaman baik ataupun buruk yang didapat anak dapat terjadi karena lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang baik akan memberikan pengalaman baik pula untuk anak. Sebaliknya jika kondisi lingkungan sekitar anak tidak baik maka pengalaman yang didapat anak akan kurang baik. Kekacauan lingkungan adalah konstruk teoritis yang menunjukkan sistem yang terlalu menstimulasi karakteristik lingkungan yang merugikan terkait dengan perkembangan dan kesejahteraan anak-anak. 

     Tidak banyak penelitian tentang kekacauan anak di lingkungan sekolah. Ada satu penelitian tentang pengaruh pengaturan pendidikan dan perawatan awal yang kacau pada pengembangan anak-anak dengan mengukur dimensi kacau individual misalnya, ruang kelas yang terlalu padat, pergantian pengasuh. Pada pengaturan perawatan anak dinilai menjadi kacau saat menunjukkan perilaku yang tidak sesuai atau tidak sama dari anak-anak biasanya. Perilaku yang tidak sesuai tersebut bisa jadi sering ditunjukan oleh anak, sehingga perawat atau pendidik menilai anak tersebut mengalami masalah dalam perkembangan sosial emosionalnya.

     Hurlock (1978) mengatakan bahwa perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam bersikap atau berperilaku dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat yang sesuai dengan tuntunan sosial. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. kemampuan sosial anak dapat diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, ketika anak sudah mampu mengenal lingkungannya. Suparno, dkk (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perilaku sosial adalah tindakan perilaku yang dilakukan oleh seseorang dalam hubungan antar individu maupun inter individu dengan dirinya sendiri yang dapat dilihat dan dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari.  

     Setiap anak memiliki hak untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya, walaupun setiap anak mengalami proses perkembangan yang berbeda, sangat cepat, wajar dan ada pula yang sangat lambat (Hidayah, 2009). Proses perkembangan yang dilalui anak tentu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa motivasi, setiap anak memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam dirinya untuk tetep bersemangat dalam menjalani kehidupan ini. Misalnya, anak melakukan manipulasi perilaku dalam interaksi sosialnya untuk memperoleh motivasi, anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar terhada sesuatu hal, seingga anak akan terus mencari jawabannya hingga dirinya merasa puas (Ostroff, 2013). Sedangkan faktor eksternal bisa berupa lingkungan sosial tempat tinggal anak. Bagaimana anak berinteraksi dalam lingkungan sosialnya, apakah mereka lebih banyak mendapatkan energi-energi positif yang akan mendoronganya menjadi lebih baik ataukah mereka lebih banyak mendapatkan energi negatif. 

     Goleman (2002) menyatakan bahwa orang yang secara emosionalnya cakap maka orang tersebut dapat menangani perasaannya sendiri dan mampu membaca dan memahami perasaan orang lain. Orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi adalah mereka yang mampu mengendalikan diri, memelihara dan memacu motivasi untuk terus berupaya dan tidak mudah menyerah, mampumengendalikan dan mengatasi stres, mampu menerima kenyataan. Senada dengan Mayer & Salovey dalam penelitian (Ensari, 2017) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi memiliki hubungan sosial yang lebih baik, dapat memecahkan masalah emosional lebih cepat dan lebih mudah, kuat dalam kecerdasan verbal, sosial, dan kurang terlibat masalah perilaku. 

    Tujuan dari penelitian ini yang pertama adalah untuk mengidentifikasi lingkungan sekitar anak-anak di dua konteks yaitu lingkungan rumah dan prasekolah. Tujuan kedua yaitu mengidentifikasi perkembangan sosial emosional anak. Tujuan ketiga adalah mengidentifikasi peran lingkungan bagi perkembangan sosial emosional anak. 

Metode

1. Data

     Penelitian ini menggunakan data dari survei di lingkungan dan pengalaman anak. Data yang didapat dari hasil survei akan dideskripsikan dan diinterpretasikan. Seperti kondisi yang ada di lapangan akan dideskripsikan dengan rinci. Hubungan antara lingkungan dan perkembangan sosial emosional anak juga akan diinterpretasikan secara detail dan jelas. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Jenis pendekatan kualitatif yang digunakan yaitu fenomenologi. Penelitian fenomenologi merupakan penelitian untuk mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman dari beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami dengan berusaha memahami budaya ataupun kebiasaan lewat pandangan pemilik budaya atau pelakunya. 

2. Sampel

    Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak-anak usia 6-12 di Desa Semampir, Kraksaan, Probolinggo. Sebagian besar anak yang berusia 6-12 di lingkungan tersebut telah bersekolah di Taman Kanak-Kanak (TK) atau sudah ada di jenjang Sekolah Dasar (SD). Lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekolah juga menjadi objek penting yang akan memberikan pengaruh terhadap sampel tersebut. Lingkungan tersebut juga diteliti agar memberikan data bahwa lingkungan memberikan pengaruh terhadap perkembangan sosial emosional anak.

PEMBAHASAN

 1. Identifikasi Lingkungan Sekitar Anak

 a. Lingkungan Rumah 

    Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh anak, sehingga orang tua harus mampu menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif bagi anak. Pengalaman pertama kali didapat anak dari lingkungan keluarganya. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa anak-anak dari lingkungan rumah berkualitas rendah (dinilai menggunakan observasi sensitivitas ibu dan lingkungan rumah) dan lingkungan penitipan anak yang berkualitas rendah (dinilai menggunakan observasi pengaturan penitipan anak) memiliki tingkat tertinggi masalah perkembangan dan tingkat perilaku prososial terendah. Temuan ini menunjukkan bahwa anak-anak dapat memiliki berbagai pengalaman di seluruh konteks pembelajaran awal mereka di rumah. Tetapi keutamaan lingkungan rumah yaitu mendikte bagaimana pengalaman mempengaruhi pengembangan anak (Crosnoe dkk, 2010). 

    Keluarga adalah lingkungan yang sangat dekat dengan anak, keluarga memiliki peranan dan fungsi yang besar dalam mendukung perkembangan anak secara optimal. Hurlock (1987, p. 202) menyatakan bahwa sikap orangtua yang positif akan memberikan dampak yang positif dan baik terhadap perilaku anak. Tetapi sebaliknya jika sikap orangtua yang kurang memberikan sikap acuh pada anak maka anak akan cenderung tidak  bertanggung jawab serta memiliki perilaku yang kurang baik. Seperti dalam penelitian Nokali, Bachman & Drzal (2010, p. 1) bahwa anak dari orangtua yang terlibat lebih tinggi dalam fungsi sosial akan lebih sedikit memiliki masalah perilaku. Kusuman, Sutadji & Tuwoso (2014, p. 2) menyatakan bahwa dukungan orangtua merupakan bentuk peran orangtua dalam meningkatkan pencapaian kompetensi peserta didik. 

    Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak sangat dibutuhkan untuk pemenuhan fasilitas kebutuhan lingkungan belajar anak dan keikutsertaan orangtua dalam program pembelajaran anak di sekolah. Keterlibatan orangtua telah muncul sebagai salah satu topik yang paling penting dan sering dibicarakan di kalangan pendidikan. Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak di sekolah sangat membantu guru dalam memberikan stimulus yang tepat untuk perkembangan anak. Seperti yang dikemukakan oleh White & Coleman (2000, p. 200) menyatakan bahwa keterlibatan orangtua merupakan aktivitas yang dilakukan orangtua dan guru di sekolah supaya terwujudnya suasana sekolah yang lebih baik serta memperbaiki perilaku dan sikap orangtua dengan guru. 

b. Lingkungan Sekolah

     Lingkungan memiliki peran sentral dalam perkembangan sosial emosional anak. Termasuk dengan lingkungan sekolah, guru harus mampu menciptakan lingkungan yang nyaman dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini bukan hanya guru, melainkan seluruh staf yang ada di sekolah, baik bidang akademik, kebersihan, keamanan dan lain sebagainya. Sehingga anak mampu menangkap setiap informasi yang disampaikan oleh guru. Selain itu, anak harus merasa aman dan nyaman berada di lingkungan sekolah, agar anak mampu menyerap dan mengimplementasikan nilai-nilai yang telah ia dapatkan di lingkungan sekolah. 

    Relasi teman sebaya yang masih dalam pembahasan lingkungan sekolah turut mewarnai pembentukan karakter anak. Selain meniru orang dewasa, anak-anak cenderung meniru temn sebaya, mereka akan mengevaluasi prilakumhya apakah sama, lebih baik atau lebih buruk daripada teman-teman seusianya (Santrock, 2011). Sehingga, teman yang baik sangat dibutuhkan dalam perkembangan sosial anak usia dini (Hartup dalam Santrock, 2011). Relasi anak dengan teman sebaya juga dipengaruhi oleh relasi  orang tua dengan anak. Apakah orang tua memberikan waktu yang panjang bagi anak untuk bersama teman sebaya, bagaimana perlakuan orang tua terhadap anak dalam hal berpendapat dan lain sebagainya. 

    Melihat definisi keterlibatan orangtua yaitu aktivitas yang dilakukan oleh orangtua dengan guru di sekolah dalam pendidikan anak memberikan manfaat bagi anak, orangtua, guru dan lembaga pendidikan. Steven (Epstein:40) menunjukkan bahwa anak yang berhasil memiliki dukungan akademik yang kuat dan keterlibatan dari anggota keluarga. Keterlibatan orangtua di sekolah akan menjadi kepuasan tersendiri untuk orangtua khususnya karena mereka menjadi percaya diri dalam mengasuh anak-anak mereka di rumah dan menambah wawasan serta pengalaman dalam pengasuhan, sehingga mereka bisa menjalankan tugasnya sebagai orangtua. 

   Untuk itu, sangat penting kegiatan parenting dilaksanakan pada lembaga-lembaga pendidikan dan kemasyarakatan, agar para orangtua dapat terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dan dapat lebih memahami pentingnya peran keluarga pada tumbuh kembang anak khususnya pada aspek sosial emosiaonal. Namun, masih banyak lembaga-lembaga pendidikan dan kemasyarakatan yang masih belum melaksanakan parenting, jadi masih banyak para orang tua yang belum memahami tentang pengaruh lingkungan keluarga pada perkembangan anak khususnya pada aspek sosial emosional anak dan untuk perkembangan di masa selanjutnya. 

2. Identifikasi Perkembagan Sosial Emosional Anak

    Perkembangan sosialisasi pada anak ditandai dengan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan, menjalin pertemanan yang melibatkan emosi, pikiran dan perilakunya. Perkembangan sosialisasi adalah proses dimana anak mengembangkan ketrampilan interpersonalnya, belajar menjalin persahabatan, meningkatkan pemahamannya tentang orang diluar dirinya, dan juga belajar penalaran moral dan perilaku. Perkembangan emosi berkaitan dengan cara anak memahami, mengekspresikan dan belajar mengendalikan emosinya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.emosi anak perlu dipahami para guru dan orang tua agar dapat mengarahkan emosi negative menjadi emosi positif sesuai dengan harapan sosial. 

    Perkembangan sosial emosional terdiri dari pengertian kata sosial dan emosional, dibawah ini akan dijelaskan pengertian sosial, pengertian emosional dan selanjutnya pengertian sosial emosional sebagai satu pengertian. Perkembangan sosial merupakan salah satu perkembangan yang penting pada anak. Anak yang mempunyai kemampuan sosial yang baik akan membuat anak dengan mudah menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan hidupnya dapat menikmati masa kecilnya dan mampu menjadi orang dewasa dengan kemampuan adaptasi yang baik. Menurut Ambara, dkk (2013:41) bahwa “Perkembangan sosial merupakan merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial”. 

    Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak yaitu keluarga, kematangan, status sosial, dan kapasitas mental. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap terhadap berbagai aspek perkembangan sosial. Kematangan untuk dapat bersosialisi dengan baik di diperlukan kematangan fisik dan spikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, member dan menerima nasehat orang lain. Status sosial ekonomi banyak di pengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dengan masyarakat. Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Kapasitas mental, emosi dan intelligence adalah kemampuan berpikir dapat banyak ha, seperti kemampuan belajar,memecahkan masalah dan bahasa. Perkembangan emosi dapat berpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. 

3. Identifikasi Peran Lingkungan Bagi Perkembangan Sosial Emosional Anak 

    Pengalaman di sekolah yang tidak baik juga menjadi pengaruh negatif pada pengembangan sosial emosional anak. Ketika anak mendapatkan pengalaman baik di lingkungan rumah namun tidak dengan di sekolahnya maka akan mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak. Anak akan mendapatkan pengalaman baik jika lingkungan rumah dan lingkungan sekolah bisa memberikan kontribusi baik untuk perkembangan anak. Kontribusi baik yang dimaksud yaitu bisa memberikan kondisi yang aman, nyaman, serta memfasilitasi kebutuhan perkembangan anak sesuai tahap kembangnya. 

    Hasil penelitian di Desa Semampir mengenai perkembangan sosial emosional anak menunjukan bahwa lingkungan sekitar anak sangat mempengaruhi dalam perkembangan tersebut. Dapat dibuktikan dari hasil observasi, dan pengamatan yang menunjukan bahwa  anak-anak usia 6-12 tahun yang perkembangan sosial emosionalnya masih rendah. Banyak di antara mereka yang menunjukan sikap kurang sopan dalam tindakan maupun tutur kata, suka marah, mudah murung, dan melawan ketika diberi nasehat. Hal tersebut menunjukan bahwa anak-anak masih sulit membangun hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya. 

    Keterlibatan orangtua dapat memprediksi perilaku sosial emosional anak. Orangtua yang lebih terlibat aktif mengkomunikasikan masalah perilaku anak kepada guru akan membantu guru lebihmemahami perilaku anak. Sehingga dampaknya yang baik akan ditunjukan pada prestasi anak maupun perilaku anak, karena guru dapat mengatasi masalah anak di sekolah sesuai dengan apa yang dilaporkan orangtua. Compton (2013:13) menyatakan bahwa anak-anak yang orangtuanya melaporkan lebih tinggi tingkat atau persepsi keterlibatan akan menunjukan prestasi akademis yang lebih besar. Selain dalam pola pengasuhan di lingkungan keluarga, orangtua juga harus mengetahui perilaku anak di luar lingkungan rumah yaitu di sekolah. Orang tua wajib mengetahui apa saja yang dilakukan anaknya di sekolah. Orang tua dan guru harus menjadi partner dalam mendidik anak untuk membentuk perkembangan sosial emosional secara optimal. 

Kesimpulan

Keterlibatan orang tua dan lingkungan sekolah anak memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sosial emosional anak di Desa Semampir Kraksaan Probolinggo. Orangtua perlu mengetahui tentang keadaan dan perilaku anak mereka selama berada di sekolah, dan manfaat untuk gurunya sendiri dapat berkomunikasi dengan orangtua siswa tujuannya untuk memahami perilaku anak selama berada di rumah. Terciptanya lingkungan keluarga yang baik, lingkungan sekolah yang kondusif menjadi poin penting untuk membantu perkembangan sosial emosional anak secara optimal. Lingkungan keluarga yang baik, dan lingkungan sekolah yang kondusif dapat menciptakan anak dengan perkembangan sosial emosional yang baik. Lingkungan yang kurang baik, dan lingkungan sekolah yang kurang kondusif dapat menciptakan anak dengan perkembangan sosial emosional yang kurang baik pula. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun