Mohon tunggu...
M FARHAN ZAHIR
M FARHAN ZAHIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Ilmu Politik/Universitas Brawijaya

Memiliki Hobi membaca Buku-buku Philosophy, Law and Politics membantu saya dalam berargumentatif kepada siapa saja dan membantu saya untuk terkoneksi kepada siapapun walaupun dengan latar belakang keilmuan yang berbeda. Disisi lain dalam mengasah pikiran dan otak saya juga memiliki keseharian untuk tetap berlatih olahraga latihan beban atau skelaton muscle baik menggunkan tubuh sendiri atau alat bantu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibu dan Anaknya

29 Agustus 2024   21:25 Diperbarui: 29 Agustus 2024   23:09 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlihat seorang anak dengan ibu yang sangat sayang kepadanya. Anak kecil yang kesehariannya bermain dan bermain. Anak kecil yang manja ketika keinginannya yang belum dipenuhi dan sering melempar batu kecil ke ibunya dan juga sering menarik kerudung yang dipakai ibunya. Ibunya hanya tersenyum "owala anakku " dengan senang merawatnya menuruti apa keinginan anaknya. Ketika si anak bersekolah di TK sang ibu selalu ada disampingnya dimana si anak tidak mau jika si ibu tidak ada disampingnya si anak akan menangis dan bilang "ibu jangan pergi pokoknya" sambil tersedu-sedu. Ibunya hanya bisa tersenyum "anakku-anakku". Anak yang berbeda dengan anak yang lainnya dimana anak kebanyakan sudah jarang sekali ditunggu oleh orang tuannya ketika di TK. 

Si anak ini selalu ada disamping ibu nya dimana tidak ingin berpisah dengan si ibu. Ibunya diminta untuk bersekolah bersamannya duduk disamping bangkunnya. Ketika selepas sepulang dari sekolah si anak berganti pakaian dan bersiap untuk bermain dengan teman-temannya. Si ibu tidak lupa untuk menyuapkan makanan ke mulutnya sembari berbicara " nanti jangan sore-sore ya nak pulang mainnya" sembari mengelus rambut anaknya. Ketika sedang bermain si anak melihat mainan temannya baru dan bagus, spontan si anak menangis dan lari pulang kembali ke rumahnya sambil memanggil ibunya yang sedang membuat makanan " buk-ibuk, ibuk dimana"?. Si ibu menyaut " ibu didapur nak, mengapa kamu menangis"?. "Aku pokoknya ingin beli mainan yang seperti nathan bu". Si anak terus memaksa kepada ibunya untuk membelikan mainan seperti temannya dan kemudian memeluk Si ibu. Sambil memukul-mukul tubuh ibunya dan mencubit-cubit badan ibunya. Si ibu dengan nada sayangnya lalu memeluk si anaknya " iya nak nanti ibu beliin mainan yang kayak punya nathan". 

Lalu si ibu meninggalkan pekerjaan dapurnya untuk membeli mainan yang diinginkan oleh anaknya. Si anak lalu memilih mainan yang diinginkannya. Setelah membeli mainan terpaut wajah bahagia dari anaknya dan ibunya yang tersenyum kepada anaknya yang tercinta ini. Singkat cerita si anak bersekolah di SD semasa di SD si anak juga sama tidak ingin berpisah oleh ibunya. Dan ibunya rela menunggu sekolah anaknya selama 4 tahun semasa di SD. Dengan diantar jemput oleh orang tuanya, yang lain halnya dengan teman-temannya yang membawa sepeda ketika bersekolah. Sampai ketika si anak bersekolah di SMP, ketika memasuki jenjang yang lebih tinggi ini anaknya dimasukkan di pondok. Dimana si ibu ingin sekali anaknya mempunyai ilmu yang tinggi baik duniannya dan akhiratnya. Ketika mengantarkannya ke pondok si anak memeluk ibunya dengan erat " ibu nanti baik-baik ya bu dirumah" sambil meneteskan air mata di kerudung ibunya.

 Ibunya tersenyum sambil meneteskan air matanya " nanti disini belajar yang tekun ya nak, ibadahnya jangan lupa, sholatnya dijaga, jadi anak yang sholeh ya nak". Setelah si ibu pergi meninggalkan si anak di pondok si anak sekarang merasakan bagaimana rasanya jauh dari orang tua yang iya sayangi dan sering ia buat susah ketika di rumah. Di Pondok si anak dididik oleh ilmu agama yang demi sedikit berubah sifatnya, si anak sudah bisa mengaji dengan lancar dan benar dengan guru nya, dimana ketika ia kecil ia tidak mau dibimbing ngaji oleh orang lain selain ibunya. Hari- hari ia jalani semasa di pondok dengan susah senang. Dimana rasa rindu sering sekali melintas di hati si anak yang rindu akan ibunya yang ia sayangi. Pada suatu kondisi si anak memasuki babak baru di jenjang perguruan tinggi 

Bersambung...

Oleh : M. FARHAN ZAHIR

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun