Â
" Satu persatu kekasih Allah pergi meninggalkan dunia fana' ini menuju Yang Maha Kasih . Kembang pun mulai berguguran dari ranting pohon yang mulai mengering dimakan usia . Tapi harum nya akan tetap semerbak sampai hari dimana semua kembali kembali pada Nya "
Nasionalisme merupakan suatu sifat yang memang harus dimiliki oleh setiap individu yang tinggal di sebuah negara . Jikalau rasa dan sifat nasionalisme hilang di hati para warganya , maka siap lah kita jatuh terpuruk di tanah kelahiran kita sendiri .Â
Beliau bernama lengkap Abdul Muchit Muzadi . Lahir pada 19 Jumadil Awal 1344H / 4 Desember 1925 M Bangilan ,Tuban  dari keluarga yang memang menjunjung tinggi ilmu pengetauhan dan agama , terpandang dan termasuk keluarga yang terbilang mampu dikala itu . Ayahanda beliau seorang pedagang tembakau sukses bernama Muzadi . Serta seorang ibu yang selalu menghasi hari-hari beliau dengan kasih sayang dan dari ibundanya beliau belajar dasar-dasar agama seperti membaca Al Quran  . Rumyati , ibundanya sebagai sosok penting dalam hidupnya lewat kepribadian dan doa yang selau dipanjatkan untuknya .
Hidup dimasa-masa penjajahan , membuat pola pikir dan sikap nasionalisme yang tinggi mempengaruhi kepribadian Muckhit muda . Setelah dikirim untuk mondok di Kulon Banon Kajen dibawah asuhan KH. Nawawi , tak lupa juga berguru kepada KH Salam ( Abah KH Sahal mahfudh ) . Tak puas dengan itu beliau pun melanjutkan belajar ilmu agama dengan berguru kepada Hadrotus Syeikh Hasyim Asy'ary di Pndok Pesantren Tebu Ireng Jombang . Disinilah pemikiran beliau tentang Nasionalisme tumbuh berkembang . Bertemu dengan teman-teman yang aktif dalam pergerakan menentang penjajah Jepang yang baru masuk ke Indonesia saat itu . Beliau bersama teman-teman nya mendirikan Koperasi Desa '' Tokoku " . sekaligus sebagai sekretaris pada tahun 1942-1944 . Beliau juga masuk kedalam Suisintai " Barisan Pelopor " yang didirikan di Bangilan serta ikut aktif di organisasi ini. Suisintai merupakan sebuah organisasi yang berdiri atas inisiatif Bung Karno guna mempersiapkan para pemuda menuju kemerdekaan. Sedangkan kelompok yang lain seperti Fujinkai (untuk para kaum perempuan), Seinendan (untuk para pelajar), Keibodan (untuk kaum pemuda kampung) dan Heiho didirikan oleh Dai Nippon untuk menyongsong Perang Asia Timur Raya. Disini juga beliau ditanamkan rasa nasionalisme yang tinggi sehinga Jepang pun memandangnya sebagai ancaman yang akan mengancam .Â
Beliau juga aktif dalam bidang kemiliteran yang ketiaka itu beliau masuk kedalam barisan laskar Hizbullah sampai beliau diangkat menjadi kepala kompi dengan memimpin 60 anak buah yang bermarkas di Bangilan yang masih dalam Batalyon Bojonegoro yang dipimpin H. Romli . Ketika terjadi rasionalisasi Hizbullah kepada TNI 1947, beliau memilh untuk keluar karena merasa tidak nyaman dan jiwanya tidak lari kesitu . Dunia pendidikan lebih beliau pilih dan berkhidmat untuk ilmu pengetauhan , agama , NU dan Indonesia  .Â
Beliau juga merintis beberapa sekolahan diantaranya  , Sekolah Menengah Islam ( SMI ) lalu Madrasah Muallimin Nahdhotul Ulama dll. Itu semua tidak lepas dari khidmah dan rasa pentingnya ilmu untuk diajarkan dan sebarluaskan di setiap individu yang ada .
Karena kecintaannya terhadap Nahdlatul Ulama, mbah Muchith terlibat aktif di jam’iyyah Nahdlatul Ulama menjadi Sekretaris GP. Ansor Kota Yogyakarta (1961-1962), Sekretaris GP Ansor Cabang Kabupaten Malang, Sekretaris Cabang NU Jember (1976-1980), Wakil Ketua Cabang NU Jember (1976-1980), Pengurus LP Ma’arif NU Jawa Timur (1980-1985), Wakil Rois Syuriyah NU Jawa Timur ( 1985-1990), Rois Syuriyah PBNU (1989-2004), dan Mustasyar PBNU (2004-2009)Â
Karya Beliau :
Selain aktif dalam pergerakan , pendidikan dan mengajar beiau juga aktif menilis untuk menuangkan buah pikirannya dalam lembaran - lembaran yang sebagai pengabadian pemikiran beliau untuk masa yang akan datang dan akan selalu terkenang sampai kapan pun . Berikut adalah karangan beliau
Pertama buku Risalah Fiqh Wanita oleh AlÙ€Maarif Bandung (1979). Buku ini kemudian diterbitkan ulang oleh Khalista Surabaya, 2005Â2006.
Buku kedua yang ditulis berjudul : NU dan Fiqh Kontekstual oleh LKPSM NU Yogyakarta (1994).
Buku ketiga adalah Pedoman bagi Kaum Muslimin Indonesia dalam Hidup Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara yang diterbitkan BP 7 Dati II Jember.
Dan keempat buku Apa dan Bagaimana NU yang diterbitkan oleh PCNU Jember dan kini diterbitkan ulang Khalista Surabaya dengan judul NU dalam Perspektif Sejarah dan Ajaran (2006 sd 2007).
Buku kelima Mengenal Nahdlatul Ulama diterbitkan oleh Masjid Sunan Kalijaga pada cetakan satu hingga ketiga. Kemudian untuk cetakan selanjutnya buku ini diterbitkan oleh Khalista Surabaya (2004). Â
Tepat pada hari Ahad 06 September 2015 pukul 05.00 pagi hari , beliau menghembuskan napas terakhir berpulang menuju Kekasih Yang Maha Kasih . Semoga amal ibadah , usaha , jasa-jasa beliau diterima di sisi Nya . dan ditempatkan di tempat orang-orang yang Allah Ridhoi .Â
 * Penulis hanya ingin menulis dan masih dalam proses belajar.Melailui tulisan ini , semoga kita selalu mencintai ulama dan kyai serta mencontoh unggah ungguh lan toto kromo mereka dan dikumpulkan bersama mereka di akhirat kelak . AminÂ
Referensi :
https://ruangbening.wordpress.com/2010/01/17/kh-abdul-muchith-muzadi/
http://www.tradisi.info/amaliyah-57-kh-abdul-muchith-muzadi-sang-pelaku-sejarah-nu.html dll.Â
Casablanca , 6 September 2015Â
Bocah mblendesÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H