Planet Bumi di tahun 2050, udara saja enggan berpihak pada kita. Suhu memanas ekstrim, mungkin banyak dari kita telah atau tengah merasakannya saat ini. Dua miliar manusia di belahan bumi yang lain tengah mengalami kondisi kekeringan, hingga mencapai suhu 60 derajat celcius!
Di tahun yang sama, permukaan air laut naik tajam yang menyebabkan badai ekstrim,erosi, dan banjir. Kota-kota pesisir tersapu pasang banjir dan secara pasti, akan memaksa penduduk di dalam perimeter untuk mengungsi.Â
Menurut catatan PBB, 40% populasi dunia tinggal dalam lingkaran jarak 100 km dari pantai, artinya, hampir tiga miliar orang dapat terkena dampak langsung oleh kenaikan permukaan laut.Â
Masyarakat dan ekosistem pesisir merupakan pusat perkembangan ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan; mereka menjadi salah satu mata rantai pasok ekonomi, media perdagangan, sosial dan ekologi yang menjadi rumah bagi jutaan koral, dan habitat lainnya yang penting dalam menunjang kehidupan.Â
Berikut ini gambar yang memperlihatkan sebaran penduduk dunia, jika kita merujuk pada teori migrasi dan beretahan hidup maka kita akan membayangkan terjadinya eksodus masif populasi dunia ke daerah yang lebih tinggi atau kurang terdampak kenaikan permukaan air laut.
Dalam skala global, dampak horizontal yang mungkin akan terjadi adalah :
- Banjir Pesisir: Daerah pesisir dan pulau-pulau dataran rendah berisiko tinggi terkena banjir. Hal ini dapat menyebabkan perpindahan masyarakat, kerusakan infrastruktur, dan hilangnya habitat pesisir.
- Erosi dan hilangnya tanah: Naiknya permukaan laut berkontribusi terhadap peningkatan erosi di sepanjang garis pantai, yang mengakibatkan hilangnya tanah berharga kita. Ini dapat berdampak pada hilang pertanian, pemukiman, dan ekosistem yang bergantung pada habitat pesisir.
- Migrasi dan perpindahan penduduk: Karena daerah pesisir menjadi tidak dapat dihuni karena naiknya permukaan laut, masyarakat dipaksa pindah. Hal ini dapat menyebabkan perpindahan penduduk secara massal, di saat sumber daya yang terbatas di daerah penerima, dan potensi tantangan sosial dan ekonomi.
- Perselisihan Internasional: peristiwa ini dapat menimbulkan konflik dan perselisihan atas batas wilayah, hak maritim, dan akses ke sumber daya, terutama di wilayah dengan klaim yang tumpang tindih dan sumber daya yang terbatas.
Menangani peristiwa ini membutuhkan usaha dan aksi yang kolektif dari semua level taanpa terkecuali ! Dari individu hingga pemerintah dan organisasi internasional. Adapun untuk memitigasi dampak perubahan iklim maka sangat perlu untuk :Â
1. Transisi cepat ke energi terbarukan: Beralih dari bahan bakar fosil dan mempercepat transisi ke sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin. Ini membutuhkan investasi dalam infrastruktur terbarukan dan mendukung penelitian dan pengembangan dalam teknologi energi bersih.
2. Penerapan harga karbon: Mekanisme penetapan harga karbon untuk biaya pemulihan biaya lingkungan sebenarnya dari emisi gas rumah kaca. Ini dapat memberi insentif kepada industri untuk mengurangi jejak karbon mereka dan mempromosikan pengembangan alternatif rendah karbon.
3. Beralih ke pola makan nabati: Dorong pengurangan konsumsi daging dan penerapan pola makan nabati. Peternakan hewan merupakan kontributor signifikan terhadap emisi gas rumah kaca dan deforestasi. Mempromosikan pilihan makanan yang berkelanjutan dan berbasis tanaman dapat berdampak positif terhadap lingkungan.
4. Lindungi dan pulihkan ekosistem: Lindungi dan pulihkan ekosistem alami, termasuk hutan, lahan basah, dan terumbu karang, yang memainkan peran penting dalam menyerap CO2 dan mengatur temperatur. Upaya konservasi harus fokus pada perlindungan keanekaragaman hayati dan pemeliharaan jasa ekosistem.
5. Pendidikan kesadaran iklim: Prioritaskan pendidikan perubahan iklim sejak umur 3 tahun untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang dampaknya. Pendidikan dapat memberdayakan individu untuk membuat pilihan informasi, mengadvokasi perubahan, dan mendukung inisiatif berkelanjutan.
6. Peraturan pemerintah dan kerjasama internasional: Pemerintah penting untuk mendesain kebijakan yang berorientasi pada penggalakkan transportasi publik. Juga, aktif bekerja sama dan kooperasi internasional untuk mengatasi perubahan iklim secara efektif, sebab ini merupakan tantangan global yang membutuhkan tindakan kolektif.
7. Inovasi Teknologi: Investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi inovatif yang dapat membantu mitigasi seperti: Penangkapan dan penyimpanan karbon, praktik pertanian berkelanjutan dll.
8. Tanggung jawab konsumen: Mendorong individu untuk membuat pilihan yang sadar dan berkelanjutan. Ini mencakup pengurangan limbah makanan, meminimalkan konsumsi, mendukung bisnis yang etis dan ramah lingkungan, dan mempertimbangkan dampak lingkungan dari tindakan korporat mereka.
Kita adalah generasi pertama yang mengalami dampak besar ini, dan kita pulalah generasi terakhir yang dapat bertindak. Tentu ada harga yang harus dibayar, ada trade-off, namun kita harus sadar bahwa bumi adalah rumah kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H