Namun sebagai pelancong kita biasanya membawa banyak oleh oleh dari sebuah destinasi Pariwisata, tidak jarang pula sebagai seorang backpacker, membeli kebutuhan untuk memasak dari suatu pasar atau swalayan adalah pilihan.
Maka untuk pulang ke tempat kita menginap, kita membutuhkan mobil untuk fleksibilitas, mengingat di depan tempat tinggal kita jauh dari halte bus dan kita membawa banyak barang.
Kita akhirnya menggunakan mobil yang terparkir di dalam kawasan wisata tempat kita berkeliling, menggunakannya untuk pulang dan memarkirkannya kembali di halte tidak jauh dari tempat tinggal.
Semua moda tersebut dapat diakses hanya dengan SATU kartu dan SATU kali pembayaran karena kita memilih paket 1 bulan, sebagai pelancong, tanpa jaminan dan kekhawatiran jika terjadi sesuatu.
Bagi kasus penduduk setempat, boleh jadi agak berlainan sebab mereka berpikir untuk garasi, perawatan, pajak, dan asuransi untuk memiliki sebuah mobil. Maka MaaS menjadi solusi nyata menjawab persoalan mobilitas publik, hanya saja untuk durasi berlangganan biasanya penduduk asli yang bekerja di kota yang sama akan memilih paket yang berdurasi satu tahun, dengan biaya sekitar 7-9 juta / tahun.
Alih alih membayar angsuran mobil senilai 2-3 juta / bulan, perawatan 2-3 juta / tahun, asuransi sekitar 300 ribu / bulan, maka kita akan mendapati biaya pertahun untuk kepemilikan mobil pribadi sekitar 40 juta rupiah, tentu paket berlangganan dengan harga 7-9 juta seolah-olah seperti hadiah.
Masa depan transportasi adalah MaaS. Populasi rakyat Indonesia dan dunia terus bertumbuh secara eksponensial dalam beberapa dekade ke belakang, dan menunjukan pertumbuhan di masa mendatang, namun planet ini tetap, maka untuk tetap dapat beradaptasi dibutuhkan upaya bertransportasi yang inklusif, berkelanjutan dan egaliter.
Implementasinya di kota-kota besar di Indonesia hanya masalah waktu, Indonesia sedang berbenah. Saat menunggu waktu itu tiba, konsep yang bagaimana yang selaras dengan karakter sosio-kultural di Indonesia ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H