Teluk Berau di Kabupaten Fakfak secara harfiah merupakan penyematan kepada saudara-saudara yang berasal dari seberang Sorong Selatan (Pauspaus, 2021); yang pernah masuk melakukan kontak baik dibidang perdagangan ataupun kepentingan territorial kekuasaan politik di masa lalu.
Berdasarkan catatan sejarah Teluk Berau dahulu menjadi pintu utama masuknya jalur perdagangan, dijuluki sebagai beranda depan Papua; yang membangun interaksi ragam budaya dengan dunia luar sejak abad ke-13, bahkan lebih awal. Tercatat dalam kitab Negarakertagama bahwa Wawanin (sebutan jawa kuno)atau onim di wilayah Fakfak pada masa lampau merupakan pusat perdagangan di Papua dan memiliki hubungan sejarah migrasi antara penduduk dari Fakfak hingga Namatota, Seget, pulau-pulau di Raja Ampat, Halmahera Selatan, Seram, dan pulau-pulau lease.
Dalam catatan lainnya, selain raja ampat; Onim di abad ke-14 sudah menjadi Pelabuhan niaga pesisir (entrepot) paling penting di Papua kala itu (Mahmud, 2014), banyak kapal dagang yang singgah di Onim (Fakfak) kemudian berlayar ke pulau-pulau Sulu, Magindanau, Zamboanga, dan Luzon. Sebelum Indonesia terbentuk, jejaring niaga kala itu telah dibangun untuk menghubungkan beberapa ekozone sebagai kekuatan maritim, jauh sebelum masa klasik.
Letaknya yang strategis secara geo-ekonomi memberikan perhatian khusus (daya tarik) dunia barat untuk melakukan ekspansi sumber daya alam dan membentuk jaringan pelayaran lokal melalui bandar Ternate, Tidore, Bacan dan Kepulauan Banda juga Gorom, Kei-Aru, Tanimbar dan Hitu sebagai entrepot lalu dilanjutkan ke Gresik dan Jepara.
Tidak dipungkiri, perdagangan dimasa lampau hingga saat ini merupakan bagian dari kegiatan ekonomi suatu masyarakat. Namun dari masa ke masa perdagangan mengalami transformasi dari sistem sederhana (barter) menjadi sistem yang lebih kompleks dan beragam untuk menarik investasi. Intinya, Jazirah Onim meliputi Teluk Berau Fakfak dahulu telah menjadi kawasan esensial (penyangga) bagi perdagangan lintas dunia dengan beragam komoditas dan eksistensi bagi empat pilar Kerajaan Islam di Moloku Kie Raha, yaitu Tidore, Ternate, Bacan dan Jailolo.
Transformasi dipengaruhi oleh suatu keadaan, jika suatu hal atau keadaan yang berubah itu adalah budaya, maka budaya itulah yang mengalami perubahan. Perubahan dari budaya dagang bersifat ekstraktif menjadi budaya dagang non ekstraktif dengan pendekatan pariwisata.
Transformasi perdagangan melalui aktifitas ekowisata mampu memberikan efek domino (multiplier effect) secara keseluruhan, sampai saat ini banyak kapal wisata (leave on board) yang melintas dan melepas sauh di Jazirah Onim (perairan teluk berau) berharap dapat membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat (livelihood) di Teluk Berau.
Dilansir dari kumparan.com, setiap tahun di bulan Juli mereka orang-orang asing dengan kapal-kapal pesiarnya dari bali selalu berkunjung untuk berwisata di Arguni, kemudian menuju Raja Ampat (Suroto, 2020). Daya tarik Onim di masa lalu oleh asing ternyata hingga kini masih tersisa.
Namun dengan transformasi yang berbeda yaitu kunjungan untuk berwisata selam, pengamatan burung, juga pengamatan gambar-gambar cadas di dinding tebing yang diamati orang-orang eropa sejak tahun 60an silam.
Untuk menciptakan daya tarik wisata yang ideal diperlukan upaya penataan dan pengembangan kawasan secara optimal sesuai daya dukung dan daya tampung kunjungan wisatawan.
Tinggal bagaimana masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Fakfak berkolaborasi untuk mengelola peluang ini, dengan menginfentarisasi sumber daya alam sebagai daya tarik wisata alam, sekaligus memantapkan infrastruktur dan sumber daya manusia pendukungnya untuk menunjang pengembangan wisata di Kawasan Teluk Berau Kabupaten Fakfak.
Sehingga mampu meningkatkan citra Kabupaten Fakfak yang dahulu pernah diperhitungkan sebagai pusat perdangan di Dunia Internasional, tapi dengan konteks dagang yang berbeda, yaitu pariwisata bahari.
References
Mahmud, M. I. (2014). Komoditas dan Dinamika Perdagangan di Papua Masa Sejarah. Balai Arkeologi Jayapura.
Pauspaus, A. (2021, Agustrus 20). Arti dari teluk berau. (M. F. Malagapi, Interviewer)
Suroto, H. (2020). Mengenal Pertuanan Arguni di Fakfak, Papua Barat, Yang dipimpin oleh Raja. Jayapura: https://m.Kumparan.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H