Mohon tunggu...
M. Fajar Agustus Putera
M. Fajar Agustus Putera Mohon Tunggu... Guru - Guru

seorang guru dan content writer

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Jejak Yang Hilang

22 Januari 2025   08:11 Diperbarui: 22 Januari 2025   08:11 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di jalan sunyi yang dilupakan waktu,jejak-jejak kecil tak lagi berpadu.Bayang-bayang menari di antara debu,
menyimpan kenangan yang pernah satu.

Aku mendengar rintihan angin,
membawa cerita dari masa silam.
Tentang tawa yang pecah di tengah hujan,
dan luka yang terpendam di dalam diam.

Adakah tempat untuk kembali?
Saat langkah hanya menuju sunyi.
Adakah tangan yang kan merengkuh,
dalam duka yang enggan luruh?

Tapi hidup tak pernah menunggu,
ia berlari, meski kita membeku.
Maka biarlah jejak itu pudar,
menjadi rahasia waktu yang tak lagi samar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun