Mie Bihun telah menjadi makanan yang begitu familiar bagi lidah orang Indonesia khsususnya di Jawa. Setarik mie kurus halus tak berwarna yang bisa diolah dalam berbagai penyajian. Ada yang sebagai bahan campuran soto, sop, bahkan sebagai menu utama untuk lauk bersama dengan nasi.
Tentu sudah lumrah ketika menjadikan mie bihun sebagai teman nasi. Mie bihun yang direbus, ditiriskan kemudian dicampur dengan potongan kubis, wortel, dan bawang goreng.Â
Penyajian seperti ini mudah ditemukan di warung lauk yang berjualan di tepi jalan. Apalagi jika berada di tepi jalan yang padat, dimana kendaraan sering berlalu lalang, menghasilkan suara berisik, hingga terdengar sampai dalam warung.Â
Belum dengan suasana warung yang sumpek, dengan pendingin berupa kipas angin seadanya, TV sebagai penghela mata, dan tempat duduk yang terbatas sehingga kita tak bisa berlama-lama menghabiskan waktu disitu.Â
Tentu saja kurang nyaman, bukan? Saya pun tak akan lama betah dalam suasana seperti itu, yang mana hal ini lumrah didapatkan di warung-warung pinggir jalan.
Namun, keadaan akan berbeda jika menikmati santapan ala warung ndeso di Angkringan Puncak Bibis, sebuah warung makan yang berada di atas perbukitan Bibis, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Lokasinya tak begitu jauh dari pusat kota Yogyakarta.Â
Angkringan Puncak Bibis menghadirkan beragam sajian lauk pauk ala makanan desa seperti soto, sop, daging, lauk pauk, dan camilan serta snack. Pelayanannya dilakukan secara mandiri, sehingga kita bebas dalam menentukan porsi makanan yang kita mau. Dan harganya sangat murah.