"Hey! Kamu?"
Suasana saat itu yang begitu ramai terasa senyap. Kisah perjumpaan yang membuat dunia hanya milik mereka berdua. Iya, Sofa terkaget melihat masa lalunya. Itupun sangat tiba-tiba saat Pasya hendak ke kampus, duduk sementara di persimpangan jalan sembari menunggu angkutan umum. Awalnya mereka tidak saling menatap, bahkan untuk melirik sedikitpun tidak. Rasa penasaran yang dalam membuat Sofa menyeru. Lalu...
"Kamu? Kamu? Sofa, kan? Iya? Sungguh? Yang dulu pernah ketimpa kasur? Yang dulu belajar motor nyemplung ke got? Yang jomlo sampai sekarang? Hehe...", Pasya menjawab antara bahagia dan terkejut.
"Hahaha... Aku Sofa, Sya.", jawab Sofa sambil tertawa.
"Ya ampun! Aku gak percaya sumpah!! Aku sedang mimpi kah? Ya Tuhan, inikah yang dinamakan harta karun yang hilang terus muncul lagi? Aku tak percaya! Coba aku tampar pipimu.", Lanjut Pasya.
PLOKK!!!
"Aduh! Sakit Sya!"
"Hehe... Maaf, Cuma ngetes. Oke! Aku percaya sekarang."
Mereka saling bertukar cerita sampai mereka tau kalau Sofa dan Pasya menempuh pendidikan di kampus yang sama. Dengan sifat Pasya yang serba lebay dan asal nyeplos membuat Sofa de javu, begitu juga dengan sifat Sofa yang polos membuat kenangan itu hadir kembali. Akhirnya, mereka bertolak ke kampus dan duduk sementara di sekitaran taman dekat kampus. Lalu, karena Pasya yang amat gembira bertemu Sofa, ia memulai celotehannya...
"Ya ampun!!! Gak tau deh aku mau ngomong apa, Sof! Aku antara mau teriak dan nangis aja gitu!!! Sumpah!!! Aduuuuh.. Kok kamu tambah cantik siiii!"
"Hehe... Kamu pula cantik, Sya.", jawab Sofa.
"Aku lupa deh, Sof. Kita itu udah lama banget gak ketemu semenjak kamu pindah sekolah dari kelas 5 SD kalau gak salah ya? Emang sampai ada masalah apa sih sebenarnya sampai kamu minggat dari sebelah bangkuku?", tanya Pasya sembari memasang wajah penasaran.
Begini....
"Sofa sebenarnya terpaksa buat pindah, sebab ikut Ibu ke Kampung. Ini semua terjadi karena broken home dan orang tuaku tak bisa melanjutkan lagi dan memutuskan untuk pisah. Aku ikut Ibu kembali ke Kampung, sedangkan Ayah menikah lagi dan udah punya anak. Yah! Itu semua udah menjadi masa lalu, Sya. Sofa hanya ingin Ibu melihat Sofa sukses, sama seperti Ayah dulu. Makanya, kenapa Sofa pindah gak bilang-bilang ke Pasya.", jawab Sofa sambil menangis.
"Aduuuhh!! Sorry ya Sof. Aku gak tau tentang itu. Cup..Cup..Cup jangan nangis lagi ya. Kan udah ada aku di sini yang nemenin kamu, Ayooo semangat dong ah!!!", Pasya memberi semangat Sofa.
"Aku ingat ketika kita terkahir bertemu, ada rasa sakit yang masih terasa sampai aku kembali ke Kampung. Iya, itu terkahir kalinya. Ingatkan, Sya? Kamu nyubit pipiku sampai merah gara-gara kotak pensilmu ku lempar dari lantai dua sekolah? Hehe... Maaf", lanjut Sofa sambil senyum-senyum.
"Iya lo!!! Kamu tu nakal sangat!!", jawab Pasya.
"Tapi, sekarang aku mau minta sama kamu.", pinta Sofa dengan tegas.
"Apa, Sof? Jangan yang aneh-aneh deh!!!", jawab Pasya terheran-heran.
"Izinkan aku untuk mencubit pipimu, Sya! Sebagai tanda pertemuan kita di dunia kuliah. Hehe... Please!!!", Sofa memohon.
"Nih!!! Cubit ni cubit sampai puas!!! Tapi jangan keras-keras lho ya!! Awas... Tak doakan jomlo lho!!", jawab Pasya sambil menonjolkan pipinya ke Sofa.
Sofa mencubit....
"Udah kan?", tanya Pasya.
"Hehe udah dong!! Thank's ya."
"Sya, saya mau kuliah dulu ya, udah masuk waktu nih. Lain kali kita ketemu lagi, Oke!!!", Lanjut Sofa.
"Baik kakak syantik!!!", jawab Pasya.
Dalam hati Pasya....
Kutemukan kamu kembali untuk menyambung tali yang telah lama terurai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H