Mohon tunggu...
Fadli
Fadli Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat sejarah dan budaya

Menyukai dunia sejarah dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Encik Ibrahim Suliwatang Lingga dan Keluarganya yang Menjadi Orang Penting di Kerajaan Lingga-Riau

17 Juli 2023   13:51 Diperbarui: 17 Juli 2023   14:07 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua orang anak laki-laki Datuk Suliwatang Encik Ibrahim dari isteri yang berbeda yakni Encik Ismail dan Haji Encik Hasan menjabat posisi penting dalam kerajaan di Lingga. Encik Ismail dilahirkan Encik Penuh binti Encik Abdul Majid dan Haji Encik Hasan dilahirkan Encik Saamah. Encik Ismail menjabat laksamana di Lingga pada zaman Sultan Muhammad Syah (1832-1841) Sultan Lingga-Riau ke-2 hingga ke zaman Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah (1857-1883) Sultan Lingga-Riau ke-4. Jabatan laksamana merupakan jabatan penting sejak zaman kerajaan Melaka dan laksamana disebut juga raja di laut. Dalam Qanun Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah (1722-1760) tentang jabatan laksamana pada pasal ke-23 disebutkan,

Adapun laksamana itu memerintahkan segala kelengkapan raja dan kendaraan dan kenaikan dan segala senjata dan tafahus mentafahus segala hulubalang dan panglima-panglima yang sudah diaturkan raja muda dan bendahara dan memberi aturan memegang bendera dan tunggul dan segala bedil sambut menyambut mengaturkan adat raja berangkat dan raja berperang dan jikalau raja berangkat ke laut perahu laksamana dahulu daripada kenaikan pada tempat inilah laksamana raja di laut (Said, 1938:11-12).

Haji Encik Hasan menjabat punggawa di Lingga era Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah. Jabatan datuk punggawa bertugas sebagai panglima perang di darat. Menurut Haji Ibrahim dalam bukunya Cakap2 Rampai2 Bahasa Melayu Johor  Jilid 1 terbit 1868, pada bagian kisah Arti Segala Gelaran di Dalam Kerajaan Johor, dikisahkan jabatan punggawa asalnya gelar yang digunakan orang Bugis dan bertugas sebagai panglima perang di darat. Hulubalang di darat berada di bawah datuk punggawa. Di era Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah, Datuk Punggawa Haji Encik Hasan bertugas sebagai ketua Bugis yang bermukim dan musafir di Lingga. Urusan orang Bugis di Lingga, Datuk Punggawa Haji Encik Hasan yang mengurusinya.

Semasa hidupnya Datuk Laksamana Encik Ismail tinggal di Kampung Hilir yang berdekatan dengan Kampung Cina, Daik. Datuk Laksamana Encik Ismail meninggal 29 Januari 1869 dan dimakamkan di Kampung Tengah, Daik. Anak Datuk Laksamana Encik Ismail  yang bernama Haji Encik Muhammad Yusuf juga menjabat laksamana pada zaman Sultan Lingga-Riau terakhir, Sultan Abdurrahman Muazzam Syah (1884-1911). Haji Encik Muhammad Yusuf dilantik menjabat laksamana oleh sultan pada 26 April 1889.

Sebelum Haji Encik Muhammad Yusuf menjabat laksamana, pada 7 September 1884 dia diangkat oleh Yang Dipertuan Muda Raja Muhammad Yusuf (1858-1899) menjadi kepala beberapa kampung di Daik. Kampung-kampung yang dikepalai oleh Haji Encik Muhammad Yusuf yakni, Kampung Laksamana, Kampung Seranggung dan Kampung Bakau. Datuk Laksamana Haji Encik Muhammad Yusuf juga seorang Ahli al-Mahkamah kerajaan di Lingga. Menurut catatan Haji Encik Usman tanggal 22 Oktober 1926, senjata serta perlengkapan Datuk Laksamana Encik Ismail dan Datuk Laksamana Haji Encik Muhammad Yusuf yang digunakan jika terjadi rusuh atau pergaduhan di dalam negeri yakni satu buah kalung dari kayu berbentuk papan, satu baju berantai besi, satu kampilan besi, dan satu utar-utar tembaga. 

Encik Haji Usman anak Datuk Laksamana Haji Encik Muhammad Yusuf seorang pegawai kerajaan. Haji Encik Usman dilahirkan ibunya Encik Halijah di Kampung Hilir, Daik,  pada 24 Januari 1871. Haji Encik Usman pada mulanya bekerja sebagai juru tulis di Daik dan selanjutnya pindah ke Dabo, Singkep. Selepas berhenti bekerja, Haji Encik Usman kembali menetap di Daik dan tinggal dirumahnya di Kampung Tengah. Haji Usman meninggal di era tahun 1960-an di Daik dan dimakamkan Kampung Tengah di lokasi yang tidak jauh dari rumahnya. Haji Usman merupakan keturunan Laksamana berdarah Bugis yang melewati tiga zaman yakni era Kerajaan Lingga-Riau, era pemerintah Belanda langsung paska Kerajaan Lingga-Riau dihapuskan Belanda dan era kemerdekaan. Keturunan Haji Usman pada masa kini berada di luar Daik, Pulau Lingga. Sebagian keturunan Haji Usman tinggal di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun