Mohon tunggu...
Muhammad Fachri
Muhammad Fachri Mohon Tunggu... Freelancer - #OpenToWork

Mengisi waktu untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Money

Online Shop: Sejarah, Perkembangan, dan Pengaruh bagi Kehidupan Manusia

9 Oktober 2019   10:00 Diperbarui: 9 Oktober 2019   10:17 9713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada awalnya manusia tidak mengenal konsep teknologi. Namun seiring perkembangannya, manusia perlahan-lahan mengetahui dan memahami konsep teknologi. Teknologi sangat membantu manusia khususnya dalam mengefektifkan waktu kehidupan sehari-hari. 

Menurut Ellul dalam (Miarso, 2007) menjelaskan bahwa teknologi merupakan keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan manusia. Efisiensi tersebut bisa dirasakan pada saat ini, misalnya dalam berbelanja.

Berkat kemajuan teknologi, kini berbelanja apa yang dibutuhkan tak usah lagi pergi ke toko yang akan dituju secara langsung, cukup diam di rumah kemudian cari apa yang diinginkan melalui gawai, lalu pesan dan barang akan sampai di rumah. Hal ini dimudahkan karena sudah adanya yang dinamakan online shop atau toko daring. 

Online shop atau toko daring merupakan salah satu hasil pemikiran cerdas manusia. Adanya online shop mempermudah manusia dalam melakukan kegiatan transaksi jual-beli. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, dengan berbelanja memanfaatkan sistem online shop kita hanya perlu menyiapkan gawai serta koneksi internet yang baik, dengan begitu kita bisa berbelanja tanpa harus mengunjungi toko secara langsung.

Awal Mula Ekistensi Online Shop

Online shop merupakan sebuah tempat kegiatan jual-beli melalui internet yang memungkinkan konsumen untuk dapat langsung membeli barang dari penjual. Online shop atau toko daring sudah ada sejak tahun 70-an. Menurut situs tendasejarah.com toko daring pertama kali muncul di Inggris pada 1979 oleh Michael Aldrich dari Redifon Computers. 

Awalnya Michael menyambungkan televisi berwarna dengan komputer yang mampu memproses transaksi secara realtime melalui sarana kabel telepon. Sejak tahun 1980, Michael menjual sistem belanja online yang ia temukan di berbagai penjuru Inggris.

Pada 1994 sistem penjualan secara daring terus berkembang, Netscape memperkenalkan SSL encryption of data transferred online karena diangggap hal yang paling penting dari belanja daring adalah media untuk transaksi daringnya yang aman dan bebas dari pembobolan. Tahun 2000-an hingga sekarang sistem belanja daring terus meningkat dan berkembang di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Perkembangan belanja melalui sistem daring di Indonesia berkembang dengan pesat. Indonesia menjadi salah satu negara yang tren dengan kehadiran toko daring. Hal ini dibuktikan dengan munculnya berbagai macam toko daring seperti Kaskus, Tokopedia, Bukalapak, Shopee hingga Lazada.

Sistem belanja daring bisa berkembang karena didukung oleh kemajuan zaman yang pada saat ini semakin banyak ditemukan pengguna internet. Menurut survei yang diselenggarakan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2012 mencapai 64 juta orang atau 24,23 persen dari total populasi di Indonesia. Pada tahun 2015 pengguna internet meningkat hingga mencapai 139 juta atau 50 persen dari total populasi masyarakat Indonesia.

Perkembangan pengguna internet yang terus meningkat serta mendorong adanya suatu potensi besar untuk menyediakan pelayanan online shop atau toko daring. Online shop semakin dipercaya dan diminati karena kemudahannya ketika konsumen berbelanja. Pada kenyataannya, kini orang-orang lebih percaya kepada internet, termasuk berbelanja secara daring.

Menjamurnya online shop atau toko daring sedikit demi sedikit mengubah pola pikir manusia untuk berbelanja langsung ke toko. Meskipun pada saat belanja daring masih ada saja kasus yang merugikan konsumen seperti gambar di bawah ini. Namun, sampai saat ini, online shop masih terus dipercayai mampu memuaskan konsumen melalui penjualan barang yang dijajakan dalam situs web jual-beli.

https://www.liputan6.com/citizen6/read/3642883/7-keluhan-orang-belanja-online-bikin-emosi-sekaligus-ngakak
https://www.liputan6.com/citizen6/read/3642883/7-keluhan-orang-belanja-online-bikin-emosi-sekaligus-ngakak
Menurut Kaufaris dan Hamton-Sosa (2002) mempelajari bagaimana pengalaman pada situs web dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen pada perusahaan itu sendiri melalui kepercayaan pada situs web. Mereka menemukan bahwa jika konsumen menemukan situs web suatu perusahaan mudah digunakan dan bermanfaat maka konsekuennya konsumen akan memandang perusahaan lebih favorit dan dapat dipercaya. Dapat diartikan bahwa ketika konsumen merasakan sebuah situs mudah digunakan dan bermanfaat maka mereka akan suka melakukan pencarian informasi melalui situs web tersebut.

Internet menjadi sebuah candu bagi manusia saat ini, pada akhirnya sebagian besar manusia juga mempercayai bahwa belanja secara daring merupakan salah satu jalan termudah untuk mendapatkan barang yang diinginkan serta keuntungannya tidak harus mengunjungi toko secara langsung. Menurut Wolfinbarger dan Gilly pada tahun 2000, mengatakan bahwa belanja secara daring banyak memberikan kebebasan dan kontrol kepada konsumen karena dapat diakses dan memungkinkan untuk membanding-bandingkan produk dan harga.

Klein's seorang ahli ekonomi model pencarian informasi mengatakan bahwa konsumen akan memilih cara paling mudah dalam melakukan pencarian dan berbelanja produk serta jasa. Pada kenyataannya, pencarian dan belanja melalui sistem daring merupakan cara termudah, selain konsumen bisa membandingkan harga, juga bisa membandingkan apa yang menjadi ciri khas produk yang ditawarkan dalam toko online.

Akibat menaruh kepercayaan pada toko daring, seseorang biasanya memutuskan untuk terus membeli secara daring. Menurut Deavaj (2003) keputusan membeli secara daring dipengaruhi oleh beberapa faktor, pertama yaitu efisiensi untuk pencarian (waktu cepat, mudah dalam penggunaan, dan usaha pencarian mudah), kedua, value (harga bersaing dan kualitas baik, dan ketiga, interaksi (informasi, keamanan, load time, dan navigasi). Hal-hal tersebut menjadi alasan untuk kenapa konsumen lebih memilih belanja secara daring dibanding mengunjungi toko secara langsung.

Niat beli konsumen melalui toko daring cenderung meningkat, bahkan pada tahun 2012 perusahaan toko daring seperti Lazada Indonesia, Zalora, Blanja, PinkEmma, Berrybenka dan Bukalapak serentak menyelenggarakan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas). Kegiatan ini menjadi kegiatan tahunan yang diselenggarakan bersama oleh berbagai e-commerce di Indonesia dengan dukungan dari sejumlah mitra, seperti perbankan, logistik hingga media. Pada 12 Desember 2017 merupakan Harbolnas tahun kelima, menurut situs harbolnas.com lebih dari 200 e-commerce ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Adanya kegiatan Harbolnas merupakan sebuah keuntungan bagi konsumen yang menyukai berbelanja secara daring, hal ini dikarenakan pada Harbolnas banyak menawarkan diskon-diskon yang menarik.

Akibat banyak ditawarkannya diskon secara besar-besaran serta banyak lagi iming-iming hadiah yang akan didapatkan, membuat orang-orang tertarik membeli barang yang menarik bagi mereka, meskipun sebelumnya orang tersebut mempunyai barang dengan fungsi yang sama namun mereka tetap memilih untuk membeli barang yang mendapat iming-iming lain. Hal ini merupakan sebuah perilaku konsumtif. Menurut Sumartono (2002: 119) mengatakan bahwa indikator perilaku konsumtif yaitu membeli produk karena iming-iming hadiah, membeli produk karena kemasannya menarik, membeli produk demi menjaga penamoilan diri dan gengsi, membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status, memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan, munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menumbulkan rasa percaya diri yang tinggi, dan mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda).

Disisi lain, perilaku konsumtif juga akan terus memberi dampak bagi kehidupan manusia, khususnya generasi milenial yang sudah mengenal dan sebagian besar merupakan pengguna internet. Menurut Otto Soemarwonto (1989: 4) menjelaskan pengertian dampak yaitu suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas dan aktivitas itu dapat dilakukan oleh manusia yang mengarah kepada perubahan dalam kehidupan manusia itu sendiri. Kebiasaan dan gaya hidup seseorang bahkan kelompok juga artinya bisa berubah dalam jangka waktu yang singkat menuju ke arah kehidupan yang mewah. Gaya hidup yang terus berubah bisa menimbulkan perilaku konsumtif, bahkan perilaku konsumtif ini kadang tidak melihat usia, jenis kelamin hingga pekerjaan apa yang sedang digelutinya.

Perilaku konsumtif menunjukan identitas diri yang disimbolkan oleh atribut-atribut tertentu. Perilaku konsumtif dapat dilihat dari mengenai cara konsumen yang memenuhi kebutuhan hidupnya secara berlebihan. Kebutuhan berlebihan ini tercipta akibat emosi seseorang untuk membeli barang yang diberikan iming-iming hadiah tertentu, meskipun orang tersebut sudah memiliki barang dengan fungsi yang sama. Hal inilah yang membuat gaya hidup seseorang menjadi berlebihan dan konsumtif.

Gaya hidup konsumtif dapat diartikan sebuah kecenderungan individu untuk terus membeli barang-barang yang kurang diperlukan. Seseorang membeli suatu barang hanya karena mementingkan faktor keinginan, kepuasan, kesenangan dan mendukung penampilan sebagai wujud identitas diri daripada kebutuhan sebenarnya. Meskipun menurut Baudrillard (1998) dalam buku Martono (2011: 91-92) menyatakan bahwa keampuan konsumsi setiap individu adalah berbeda. Setiap masyarakat mengalami diferensiasi, diskriminasi sosial, dan di setiap organisasi struktural akan emndasarkan pada penggunaan dan distribusi harta kekayaan. Permasalahan selanjutnya adalah dalam struktur masyarakat secara umum, kaum miskin diposisikan sebagai kelompok yang sama sekali tidak memiliki hak istimewa dan diposisikan sebagai "orang yang tidak laku", sementara kelompok kaya hidup dalam "kelimpahruahan" kemampuan ekonomi yag jauh melebihi kelompok orang miskin.

Daftar Pustaka

Deavaj, Fan, dan Kohli. 2003. E-Loyality Elusive Ideal or Competitive Edge Communication of the ACM.

Koufaris, dan Hampton-Sosa. 2004. The Development of Initial Trust in an Online Company by New Customers.

Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Soemarwoto, Otto. 1989. Analisis Dampak Lingukungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Subandy. 1997. Ectasy Gaya Hidup. Jakarta: Grasindo

Sumartono. 2002. Terperangkap dalam Iklan. Bandung: Alfabeta

Wolfinbarger dan Gilly. 2000. Shopping Online for Freedom, Control and Fun.

Jurnal

Anggraeni dan Putu Nina. Pengaruh Kepercayaan dan Kualias Informasi Terhadap Keputusan Pembelian Secara Online Pada Situs www.traveloka.com.

Hardiawan, Anandya Cahya. 2013. Pengaruh Kepercayaan, Kemudahan, dan Kualitas Informasi Terhadap Keputusan Pembelian Secara Online. Universitas Diponegoro

Fitria, Eva Melita. Dampak Online Shop di Intagram Dalam Perubahan Gaya Hidup Konsumtif Perempuan Shopaholic di Samarinda.

Utomo, Endang dan Yohanes. Kepercayaan Terhadap Internet Serta Pengaruhnya Pada Pencarian Informasi dan Keinginan Membeli Secara Online

Internet

"Tentang Harbolnas" melalui diakses [14/12/17]

"Sejarah Perkembangan Belanja Online" melalui diakses [14/12/17]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun