CONTOH VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Contoh 1
Dokter menggunakan sebuah kuesioner gejala untuk memberi diagnosis pada pasien dengan kondisi medis jangka panjang. Dokter yang lain memakai kuesioner yang sama dan pasien yang sama, tetapi mendapatkan diagnosa berbeda. Hal tersebut artinya kuesioner tersebut mempunyai reliabilitas rendah sebagai tolok ukur kondisi penyakit pasien.
Jika kuesioner tersebut memberi hasil diagnosis yang andal atau sama saat dijawab pada waktu berbeda dan dokter berbeda, maka hal tersebut menunjukkan kuesioner itu punya validitas tinggi sebagai tolok ukur kondisi medis.
Akan tetapi, reliabilitas saja tak cukup untuk memastikan validitas. Meski sebuah tes dapat diandalkan, tes tersebut mungkin tak secara akurat bisa mencerminkan situasi sebenarnya.
Contoh 2
Sebuah sampel cairan diukur suhunya beberapa kali dalam kondisi yang sama. Termometer menunjukkan suhu yang sama setiap dilakukan uji, artinya hasilnya bisa dibilang reliabel.
Jika termometer menampilkan suhu yang berbeda dalam setiap uji, meski kondisi sama untuk memastikan suhu sampel tetap sama, termometer tersebut mungkin tidak berfungsi dengan baik, artinya pengukurannya tidak valid.
Termometer yang digunakan untuk menguji sampel tersebut memberi hasil yang reliabel. Akan tetapi, termometer belum terkalibrasi dengan benar, kemudian hasil yang didapat dua derajat lebih rendah dari nilai sebenarnya. Artinya, pengukuran tersebut tidak valid.
VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER
Kedua uji ini adalah uji yang dilakukan untuk kuesioner penelitian. Dalam uji validitas, kuesioner bisa dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.