Makam kolektif alias kuburan massal korban sukhoi, mungkinkah? Mungkin saja! Jika para keluarga dengan sadar diri dan kerelaan yang tinggi mau menerima kenyataan bahwa jasad korban kecelakaan pesawat tidak lagi utuh. Dan menyatukan serpihan demi serpihan tubuh masing-masing jasad akan banyak menyita bukan hanya tenaga, pikiran dan biaya tapi juga perasaan. Termasuk perasaan saya sebagai penonton setia TV swasta Indonesia. Setiap hari mendengar berita tentang evakuasi jasad korban sukhoi membuat hati ini miris dan teriris. Sedih dan pilu, membayangkan seseorang memungguti satu demi satu serpihan daging untuk di identifikasi dan disortasi untuk disatukan kembali seperti menyusun puzzle. Jika serpihan-serpihannya lengkap tidak apa, tapi jika ada yang hilang lalu bagaimana? Bukankah lebih efektif dan simple kalau semua serpihan tubuh jenazah itu di bersihkan, disucikan lalu di kubur secara bersamaan di suatu tempat yang special. Sebuah makam kolektif... istimewa bukan? (Abaikan prosesi jenazah pada umumnya. Bagi yang muslim, sholat jenazah kan bisa digantikan dengan sholat gaib.)
Dengan cara ini pekerjaan identifikasi yang memakan waktu begitu lama tidak lagi diperlukan. Dan jenazah korban pun bisa segera dimakamkan tanpa perlu melalui proses sortasi. Sehingga kisah tragedi ini bisa segera berakhir. Yang tertinggal dalam ingatan keluarga, teman dan handai tolan korban adalah sosok sebelum kecelakaan dan bukan serpihan-serpihan daging yang tidak lengkap dan hilang sebagian. Tidak perlu memaksakan, karena takdir sudah memutuskannya sedemikian.
Takdir tidak kejam, hanya saja tidak bisa di hindarkan. Itulah yang terjadi pada kecelakaan pesawat Sukhoi superjet 100,Rabu 16 Mei 2012 lalu. Ada yang seharusnya tidak ikut tapi ternyata ikut hingga menjadi korban. Ada yang seharusnya ikut tapi batal dan akhirnya dapat melanjutkan sisa hidupnya dengan selamat. Itulah yang namanya takdir.. what will be..will be.. future not us to seee!
Makam kolektif...mungkinkah menjadi option?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H