Mohon tunggu...
Meysa Aulia Seruni
Meysa Aulia Seruni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya ada mahasiswa dari Universitas Nusa Putra jurusan Manajemen. Saya bisa menyesuaikan kepribadian sesuai dengan waktu dan tempat.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Budaya Organisasi: Tradisi vs Tranformasi Digital

20 Januari 2025   13:18 Diperbarui: 20 Januari 2025   13:18 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Budaya organisasi sering disebut sebagai jiwa dari sebuah perusahaan. Dalam bukunya Organizational Behavior, Stephen P. Robbins menjelaskan bahwa budaya organisasi bukan hanya kumpulan nilai dan norma, melainkan sistem keyakinan yang tertanam dalam cara kerja sehari-hari. Namun, di era digital saat ini, tantangan bagi organisasi adalah bagaimana menjaga relevansi budaya tanpa kehilangan identitasnya.

Peran Budaya dalam Era Digital

Budaya organisasi, menurut Robbins, adalah "perekat" yang menyatukan karyawan, memberikan panduan, dan membangun identitas kolektif. Dalam konteks digital, budaya menjadi semakin penting untuk mengelola perubahan yang cepat, inovasi, dan keterhubungan antarindividu dalam organisasi global.

Perusahaan seperti Google atau Amazon telah menunjukkan bagaimana budaya inovasi menjadi kunci keberhasilan mereka di tengah kompetisi teknologi yang sengit. Budaya yang mendukung eksperimen dan kreativitas memungkinkan karyawan menghadirkan ide-ide baru tanpa rasa takut akan kegagalan. Robbins juga menekankan bahwa organisasi yang berhasil sering kali memanfaatkan budaya untuk mendorong kolaborasi lintas tim dan membangun kepercayaan antaranggota.

Tantangan Budaya di Era Perubahan

Namun, budaya yang terlalu kuat atau kaku dapat menjadi penghambat inovasi. Dalam dunia yang terus berubah, nilai-nilai lama yang telah lama dianut oleh perusahaan mungkin tidak lagi relevan. Robbins menyebut ini sebagai "disfungsionalitas budaya," di mana konsistensi perilaku yang dulunya menjadi aset kini berubah menjadi hambatan.

Contohnya, organisasi yang berpegang teguh pada hierarki ketat mungkin kesulitan untuk bersaing dengan perusahaan rintisan yang lebih fleksibel dan adaptif. Selain itu, fenomena pelembagaan---di mana organisasi dihargai karena eksistensinya daripada hasilnya---dapat mengakibatkan stagnasi.

Strategi untuk Membentuk Budaya Adaptif

Robbins menawarkan wawasan tentang bagaimana organisasi dapat membangun budaya yang relevan di tengah perubahan:

  1. Rekrutmen dengan Fokus pada Nilai: Proses seleksi harus memastikan bahwa karyawan tidak hanya memiliki keterampilan teknis tetapi juga sejalan dengan nilai inti organisasi. Ini penting untuk menjaga keselarasan budaya sekaligus membawa perspektif baru yang segar.
  2. Kepemimpinan yang Menginspirasi: Pemimpin memiliki peran kunci sebagai panutan dalam menghidupkan nilai-nilai organisasi. Di era digital, mereka harus menjadi agen perubahan yang mampu memandu organisasi menghadapi disrupsi teknologi.
  3. Sosialisasi Berbasis Inovasi: Proses orientasi karyawan baru harus mencerminkan komitmen organisasi terhadap adaptasi dan pembelajaran. Robbins menekankan pentingnya pelatihan dan komunikasi yang konsisten untuk membantu karyawan memahami dan berkontribusi dalam budaya organisasi.

Refleksi: Menemukan Keseimbangan

Dalam pandangan saya, organisasi di era digital harus menemukan keseimbangan antara mempertahankan nilai-nilai inti dan membuka diri terhadap perubahan. Transparansi, inklusivitas, dan inovasi adalah nilai-nilai yang semakin relevan. Namun, ini tidak berarti meninggalkan tradisi organisasi, melainkan memperbaruinya agar tetap selaras dengan kebutuhan zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun