Dalam sambutan Dies Natalis ke-46 Universitas Negeri 11 Maret di Solo, Jawa Tengah, Jumat (11/3/2022), Jokowi menyampaikan perguruan tinggi perlu menghapus jurusan jadul dan merevisinya dengan jurusan yang relevan dengan zaman. Zaman yang sudah berkembang dengan pesat tentunya memerlukan perbaikan SDM lebih baik agar dapat mengejar ketertinggalan demi menghadapi bonus demografi pada 5 hingga 10 tahun mendatang.
Kurang lebih ada 192 jurusan kuliah di Indonesia yang setiap tahunnya menerima dan melulusakan sarjana baru, menurut Kemendibkudristek 1,7 juta sarjana baru lahir setiap tahun. Sayangnya, dengan jumlah sarjana yang sebanyak itu hanya sekian persen yang terserap dan dibutuhkan di dunia kerja. Kemendikbutristek memaparkan bahwa lulusan sarjana masih kurang memenuhi kebutuhan SDM di industri digital padahal industri digital sangat diperlukan saat ini.
Melihat berbagai fakta di lapangan mengenai jurusan jadul di Indonesia dan lulusan seperti apa yang dihasilkan maka dapat disimpulkan seperti di bawah ini:
1.Penyumbang Pengangguran Intelektual
Lulusan dari jurusan jadul dapat menyumbang jumlah pengangguran intelektual. Hal ini disebabkan sarjana dari beberapa jurusan sudah tidak relevan dengan kebutuhan calon pekerja di beberapa instansi dan perusahaan. Selain jurusan para pekerja yang tidak sesuai, kemandirian dan bakat dalam bekerja yang minim menjadi penyebab lahirnya pengangguran intelektual. Pengangguran intelektual tentu menjadi poin utama yang perlu segera dicarikan solusinya, karena dengan tingginya pengangguran intelektual akan menurunkan tingkat perekonomian bangsa.
2.Sumber Daya Manusia Sulit Berkembang
Lulusan dari jurusan yang sudah tidak relevan tentunya akan membuang waktu dalam mencetak SDM yang diperlukan negara di masa yang akan datang. Berbagai negara maju yang sudah berhasil mencetak SDM berkualitas tentunya menunjukkan bahwa saat ini Indonesia tertinggal dalam hal keberhasilan mendidik generasi yang akan datang khususnya dalam menghadapi bonus demografi. SDM yang diperlukan saat ini harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan memiliki pengetahuan yang mumpuni sehingga dapat bersaing
3. Kemampuan Tidak Sesuai Zaman
Lulusan beberapa jurusan terkadang hanya digunakan pada beberapa tahun saja dan bisa saja di tahun yang akan datang sudah tidak digunakan. Zaman yang sudah serba digital tentunya mengharuskan semua orang untuk menyesuaikan diri. Banyak lulusan yang tidak memiliki kemampuan untuk bersaing dengan lulusan lainnya sehingga terseok menghadapi perkembangan zaman yang serba cepat. Tentunya selain menguasai ilmu pengetahuan di bidangnya para mahasiswa perlu memiliki kemampuan yang sekiranya dapat membantu untuk mencari pekerjaan maupun menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Dari ketiga poin di atas mayoritas berfokus pada pekerjaan para lulusan. Penghapusan jurusan memang tidaklah mudah ditambah dengan masih banyak calon mahasiswa yang meminati jurusan tersebut membuat penghapusan jurusan sulit dilakukan. Jurusan jadul yang dimaksud Presiden Jokowi adalah jurusan yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman, sayangnya jurusan jadul yang dimaksud tidak dijabarkan secara lebih mendalam.
Di beberapa perusahaan maupun instansi pemerintahan saat ini terlihat menerima pekerja tidak berdasarkan jurusannya selama berkuliah melainkan berdasarkan kemampuan apa yang dimiliki oleh calon pelamar. Hal tersebut menunjukkan bahwa bukan hanya jurusan namun kemampuan para lulusan di setiap perguruan tinggi pun perlu diperbaiki. Dari sini dapat diketahui kemampuan individu perlu ditingkatkan, jiwa petarung perlu ada di dalam diri setiap mahasiswa.
Di beberapa perguruan tinggi saat ini selain memberi pengetahuan berdasarkan bidang ilmu pengetahuannya sudah dilakukan penambahan beberapa mata kuliah baru yang sekiranya dapat menambah kemampuan mahasiswa. Kemampuan yang diberikan harus berguna dan dapat menjadi nilai tambah bagi mahasiswa, sehingga 3 poin yang menjadi permasalahan adanya jurusan jadul dapat diminimalisir. Seperti di Universitas Airlangga, pada tahun ajaran ini, ada beberapa muatan mata kuliah baru yang dapat menjadi nilai tambah bagi mahasiswa. Seperti mata kuliah komunikasi dan pengembangan diri, kolaborasi keilmuan, dan logika berpikir kritis. Rektor Universitas Airlangga berharap dengan adanya 3 mata kuliah wajib tersebut maka akan dihasilkan lulusan yang siap bertarung dan menghadapi arus perkembangan zaman yang sangat pesat.
Sayangnya revisi tambahan ini tidak dapat digunakan dalam jangka panjang, jurusan yang sekiranya sudah tidak dapat dipertahankan dapat dihapus dan lebih mengoptimalkan kuota penerimaan pada jurusan yang sekiranya relevan dengan zaman. Hal tersebut didukung dengan minimnya lowongan pekerjaan yang dapat menerima sarjana dari beberapa jurusan kuliah. Menghapus jurusan jadul selain memperbaiki angka pengangguran intelektual juga dapat memperbaiki SDM berkualitas yang berguna bagi bangsa dan negara di masa yang akan datang. Jurusan dapat dikatakan jadul ketika ilmu yang dipelajari sudah tidak relevan dan tidak dapat digunakan lagi di zaman ini. Namun, keputusan penghapusan jurusan masih perlu dipertimbangkan lebih mendalam dan tentunya setiap Universitas memiliki keputusannya masing -masing dalam meniadakan atau hanya merevisi sebuah jurusan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H