Mohon tunggu...
Meylva Candra
Meylva Candra Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

Seorang yang minat dalam dunia kepenulisan dan bidang kreatif.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Krisis Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tanah Rubuh: Tantangan dan Jalan Keluar

7 Januari 2025   13:15 Diperbarui: 7 Januari 2025   13:11 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Shutterstock "Papua women"

Puskesmas Tanah Rubuh, yang berlokasi di Kabupaten Manokwari, Papua Barat, menghadapi tantangan besar dalam perannya sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Sebagai puskesmas yang melayani 24 desa terpencil, kehadirannya sangat penting bagi masyarakat yang tinggal di wilayah dengan akses terbatas terhadap layanan kesehatan. Namun, kekurangan tenaga kesehatan yang parah merupakan hambatan utama dalam penyediaan layanan kesehatan yang memadai.

Wilayah geografis Tanah Rubuh tentu saja tidak bersahabat. Kondisi cuaca ekstrem, jalan rusak, dan risiko tanah longsor serta banjir seringkali menghalangi akses ke desa-desa terpencil. Keterbatasan infrastruktur ini tidak hanya mempersulit orang untuk mengakses layanan kesehatan tetapi juga membuat tenaga kesehatan enggan bekerja di sana. Bagi banyak pekerja kesehatan, tingginya risiko perjalanan dan kurangnya perumahan yang layak serta fasilitas pendukung lainnya merupakan alasan utama mereka lebih suka bekerja di daerah perkotaan.

Dari perspektif manajemen, situasi ini semakin diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata di tingkat nasional. Saat ini Puskesmas Tanah Rubuh hanya mempekerjakan 26 tenaga kesehatan, jauh dari jumlah ideal 50 tenaga kesehatan yang bisa melayani wilayah luas. Apalagi program kesehatan masyarakat belum optimal karena masih kekurangan tenaga profesional seperti ahli gizi. Kekurangan tenaga kesehatan di Tanah Rubuh membawa dampak besar bagi masyarakat. Keterbatasan akses membuat layanan kesehatan sering kali hanya tersedia pada kegiatan tertentu, seperti posyandu, yang tidak mampu menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat secara menyeluruh. Akibatnya, banyak penyakit seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), diare, dan penyakit kulit yang sulit ditangani dengan baik.

Sumber: Shutterstock
Sumber: Shutterstock "Papua women"

Walaupun tantangan ini terasa sulit, terdapat beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi krisis tersebut. Pemerintah daerah dapat memberikan insentif khusus kepada tenaga medis yang bersedia bekerja di wilayah terpencil, seperti tambahan tunjangan, fasilitas hunian yang memadai, serta perlindungan kerja. Di samping itu, program pelatihan berkelanjutan bagi tenaga medis yang sudah ada dapat meningkatkan mutu layanan meski sumber daya manusia terbatas.

Teknologi juga dapat dimanfaatkan sebagai solusi yang efektif. Penggunaan telemedicine memungkinkan masyarakat di daerah terpencil untuk tetap memperoleh konsultasi medis tanpa harus menunggu kehadiran tenaga kesehatan. Selain itu, kolaborasi dengan institusi pendidikan kesehatan untuk mengirimkan mahasiswa magang dapat menjadi langkah sementara yang bermanfaat.

Selain itu, pemberdayaan masyarakat juga memiliki peran yang sangat penting. Melalui pelatihan dasar di bidang kesehatan, masyarakat dapat dibekali keterampilan untuk menangani permasalahan kesehatan ringan. Langkah ini tidak hanya mengurangi beban akibat keterbatasan tenaga medis, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan.

Kekurangan tenaga medis di Puskesmas Tanah Rubuh pada dasarnya mencerminkan ketimpangan akses layanan kesehatan yang sering dialami oleh masyarakat di wilayah terpencil. Masalah ini memerlukan solusi tidak hanya dalam jangka pendek, tetapi juga melalui langkah-langkah strategis yang berkelanjutan. Dengan adanya kolaborasi antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat, layanan kesehatan di Tanah Rubuh dapat ditingkatkan, sehingga semua orang, tanpa terkecuali, dapat menikmati hak atas pelayanan kesehatan yang memadai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun