Yang menjadi masalah, jika pilihan hidup dan sikapnya, merugikan banyak orang. Bagi saya, kalau saya tahu dia bukan tipe orang yang suka menerima teguran, maka saya biarkan dia menanggung konsekuensinya, mempertanggungjawabkan apa yang memang harus dia pertanggungjawabkan, menerima hukuman dari orang-orang yang dia rugikan, selama itu bukan hukuman fisik.
Yang terpenting adalah tetap menjadi orang yang peduli terhadapnya selama memang masih sanggup, apalagi saat kita juga sudah dirugikan. Karena banyak orang yang menegur hanya karena tidak ingin dicap sebagai orang yang bergaul dengan orang yang tidak baik. Secara pribadi, kalau dia belum terlalu jauh merugikan saya, saya akan mempertahankannya. Kalau hanya sekedar ia mencemarkan nama baiknya sendiri, tanpa dengan sengaja terlalu jauh masuk dalam kehidupan saya dan memporak-porandakannya, saya akan tetap mempertahankannya.
Karena bagi saya, untuk menjadikan seseorang menjadi baik dan dewasa, prosesnya tidaklah penting, yang penting hasilnya. Di sisi lain, keputusan untuk berani menegur seseorang juga merupakan keputusan untuk menanggung konsekuensinya, seperti kemungkinan untuk dijauhi dan dimusuhi. Karena percuma jika hanya memiliki niat baik tapi tidak siap dengan segala konsekuensinya.
Kesimpulannya, tidak semua teguran itu baik dan tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H