Belakangan ini saya jarang mangkir di Kompasiana karena saya selalu diculik oleh teman saya buat dijadikan konsultan masalah mereka. Saya akui, ada teman yang masalah kecil pun dibesar-besarkan yang membuatnya galau berkepanjangan, saya jadi gemes sendiri. Nyiksa diri sendiri koq dijadikan hobi?
Terjadilah percakapan di antara kami. (T=teman, M=Me/Mey).
T: Sepertinya dia tidak cinta saya karena jarang memberi kabar."
M: "Tapi dia gak marah kan? Kamu dan dia gak ada masalah kan?"
T: "Iya, memang kami tidak ada masalah dan dia selalu begitu."
M: "Bisa jadi mungkin itu sudah jadi sifatnya dia"
T: "Dia kalau kasi kabar ya singkat-singkat saja"
M: "Sudah gayanya mungkin. Apalagi dia kerja jadi sibuk dan itu pun kalau pulang dia perlu melakukan aktivitas lain atau hobinya sebagai refreshing"
T: "Tapi pak Mario Teguh bilang kalau dia cinta dia akan selalu kasi kabar, kalau tidak artinya tidak cinta"
M: "Hhhhhmmm, gimana ya? Soalnya saya bukan orang yang selalu membenarkan apa yang dikatakan pak Mario Teguh. Tidak salah sih yang beliau katakan tapi mungkin itu untuk kontek tertentu. Kita juga belum tahu dari sudut pandang apa itu beliau katakan. Jadi tugas kita hanya mengkritisi setiap apa yang beliau katakan, sesuai tidak dengan karakter seseorang, sesuai tidak dengan kontek permasalahan kita meski mirip, jangan habis di dengar langsung ditelan bulat-bulat tanpa diolah dulu."
T: "Iya juga sih, tapi pada umumnya begitu, Mey"