Bisa kita lihat di AADC 2014, Rangga benar-benar sibuk sehingga tak ada waktu untuk pulang ke Indonesia. Cukup masuk akal mengingat ritme kerja orang luar cenderung lebih tinggi daripada ritme kerja orang kita.Jadi, saat Rangga ditugaskan ke Jakarta, hal pertama yang ia ingat adalah Cinta. Kelihatan dari ekspresinya yang mengisyaratkan bahwa itu merupakan kesempatan langka sekaligus kesempatan emas baginya.
Yang menjadi masalah adalah Cinta jatuh cinta pada pria yang berkepribadian seperti itu. Menurut Cinta di AADC 2002, Rangga itu unik -- tidak seperti pria pada umumnya.
Saya pernah membaca sebuah novel dan mendiskusikan karakter perempuan yang beretika, berpendidikan, perfeksionis malah jatuh cinta kepada seorang pria yang primitif, bicaranya kasar dan apa adanya. Sehingga saya memilih mendiskusikannya pada do'i. Do'i mengatakan bahwa kadang memang seseorang lebih tertarik dengan sesuatu yang tidak biasa atau bertentangan dengan dirinya, seperti kutu buku yang suka dengan pendaki gunung misalnya.
Jadi, saya menyimpulkan bahwa hidup ini akan terasa menggairahkan & cukup menarik jika memiliki tantangan. Apalagi jika grafiknya naik turun atau terus naik -- tidak statis.
Mungkin seperti itulah yang dirasakan Cinta. Ia tidak perlu menemukan seseorang yang perfeksionis seperti dirinya untuk ia cintai, karena ia sebenarnya cukup perfeksionis untuk memahami seseorang yang tidaklah perfeksionis.
Jadi, menurut saya, masalah cinta bukanlah masalah dengan siapa kita bersama, tetapi siapa yang selalu ada dalam hati kita.
Sehingga tidak salah jika Cinta mengatakan "apa beda satu purnama di Jakarta dan di New York?" karena ia menyakini bahwa sebenarnya ia selalu berada di hati Rangga.
So sweet. :D