Mohon tunggu...
Adik Manis
Adik Manis Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

*A simple girl* *Penikmat & pelajar fenomena kehidupan*

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Cinta Kandas di Uang Panaik

3 Desember 2014   22:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:07 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa waktu yang lalu saya membaca status teman saya mengenai "Turunkan uang panaik" yang membuat saya tersenyum geli.

Uang panaik merupakan mahar yang berupa uang yang dibawa oleh keluarga laki-laki ke mempelai perempuan dalam budaya Bugis. Meski begitu, dalam budaya kami orang Toraja, juga masih berlaku hal seperti itu.

Bagaimana pun, kadang uang panaik merupakan salah satu tanda status sosial masyarakat & juga yang menjadi tolak ukur seorang laki-laki sudah mapan atau belum untuk meminang seorang gadis. Makin berkualitas anak gadis, makin tinggi pula uang panaiknya.

Sayangnya, sudah banyak kasus ketika kedua insan saling mencintai tapi gagal ke pelaminan atau berhasil naik ke pelaminan namun memiliki masalah yang cukup berarti di belakang karena masalah uang panaik. Sehingga secara pribadi, dalam keluarga saya sudah mengatur strategi bagaimana agar masalah itu tidak mempermalukan keluarga kedua belah pihak.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan:

1. Meskipun pacaran & rencana menikah masih lama, secara pribadi kadang saya iseng kasi tahu ke mama, "ma, tidak lama lagi saya mau menikah." Yang tentunya membuat mama kaget dan bertanya "kapan?" Saya jawab, "3 atau 4 tahun ke depan." Wkwkwwkk. Sehingga saya bertanya, "berapa kira-kira uang panaik yang harus disediakan oleh laki-laki sesuai konteks budaya pernikahan masyarakat kita?" Sehingga mama cari tahu dari teman-teman yang anaknya sudah menikah, habis biaya berapa saat melangsungkan pesta pernikahan. Sehingga mama bisa menjabarkan biaya pernikahan mulai dari pesta yang sederhana sampai yang mewah.

2. Maka saya beritahulah kepada kekasih saya, berapa kemampuannya? Tapi pastinya, ia bertanya berapa yang keluarga saya minta. Makanya saya berikan yang standar saja, dengan juga melihat siapa presiden yang menjabat sekarang & melihat kebijakannya yang tentunya akan mempengaruhi harga barang & jasa beberapa tahun ke depan. Saya beri tahu jauh-jauh hari agar itu yang memotivasinya bekerja keras & mengatur biaya gaya hidupnya untuk bisa menabung. Nah, jika laki-lakinya bertanya "bagaimana jika uang saya tidak sampai segitu?"

3. Agar tidak terjadi bisik-bisik sampai mempermalukan keluarga laki-laki, saya adakan nego kepada mama bagaimana jika uangnya tidak sampai? Sebab bagaimana pun, masalah cinta bukan hanya tugas laki-laki yang memperjuangkannya, tapi tugas perempuan & laki-laki. Adil bukan? Mama mengatakan "ya, diterima saja. Dengan konsekuensi kita keluarga perempuan harus menutupi kekurangan yang ada karena itu kan budaya daerah tempat tinggal kita."

4. Saya beritahulah itu kepada do'i. Do'i mengatakan bahwa ia akan bekerja keras untuk itu dengan alasan tak mau merepotkan keluarga perempuan. Jadi, kalau sudah begitu yang mahal itu harga diri laki-lakinya. Jadi ia benar-benar membuktikan kesungguhannya.

5. Ketika kakak saya dulu menikah, ada kesepakatan antara keluarga inti mempelai pria & perempuan tidak membahas uang panaik saat prosesi pelamaran. Anggaplah itu sudah kelar dibahas oleh kedua mempelai yang tidak perlu dibahas lagi di tengah-tengah keluarga besar. Sehingga saat prosesi pelamaran, yang dibahas hanya masalah waktu.

Uang panaik seharusnya memang tidak perlu diketahui keluarga besar kecuali jika pestanya sudah selesai, takutnya dari pihak perempuan mengatakan "sedikit yang dikasi naik". Atau dari pihak laki-laki mengatakan "perempuannya mintanya banyak juga," sehingga ada pihak yang dipermalukan & pesta berjalan tidak lancar atau dengan suasana yang tidak baik karena kadang ada pihak dalam panitia yang berekspektasi tinggi. Seperti meminta budget tinggi untuk pembuatan kue karena mengira uang sekian puluh juta setengahnya untuk ke kue saja, dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun