Mohon tunggu...
Meylin Cahya
Meylin Cahya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Nama saya Meylin Cahya Maulida biasa dipanggil Meylin. Saya adalah Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kesenian Tari Rampak Buto Gedrug Sebagai Simbol Amarah Merapi

15 Juni 2023   06:39 Diperbarui: 15 Juni 2023   06:54 1161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, pada kaki para pemain dipasangkan puluhan lonceng yang beratnya sekitar 5-8 kilogram pada setiap kaki. Tak heran jika tarian ini biasanya dibawakan oleh kalangan laki-laki dikarenakan kostum yang terbilang cukup berat serta gerakan tariannya yang lincah dan penuh stamina agar tampak seperti buto atau raksasa.

Sumber gambar: dokumen pribadi
Sumber gambar: dokumen pribadi

Tari Rampak Buto berdurasi sekitar 30-45 menit. Sebelum pertunjukkan berlangsung, para sesepuh akan melakukan ritual dengan mendatangi tempat tempat yang dinilai sacral oleh masyarakat setempat. Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk meminta izin kepada roh-roh para leluhur mereka. 

Selain itu, terdapat juga ritual dengan sesajen. Sesajen yang umumnya digunakan terdiri dari bunga mawar, bubur merah, dupa, dan rokok. Tarian ini termasuk tarian spiritual karena melibatkan roh-roh para leluhur yang akan merasuki para penari agar kelincahannya tampak seperti raksasa.

Berkat keunikannya, Tari Rampak Buto memiliki daya tarik sendiri untuk memikat penonton. Selain sebagai hiburan, tarian ini juga sebagai bentuk keprihatinan dan kepedulian masyarakat kepada alam semesta. Oleh karena itu, mari kita sama-sama saling menjaga kelestarian alam kita dan juga melestarikan budaya daerah kita agar selalu terjaga keasriannya.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun