Materi/ Substansi Pembelajaran Filsafat
Metafisik adalah kehidapan manusia yang mengandung arti setelah yang ada, sebelum ada, manusia dapat maju/mundur, kehidupan yang tak selesai, karena manusia itu tidak sempurna. Metafisika merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan proses analitis atas hakikat dan realitas yang menyertainya. Secara umum, topik analisis metafisika meliputi pembahasan mengenai eksistensi, keberadaan aktual dan karakteristik yang menyertainya, ruang dan waktu, relasi antarkeberadaan seperti kausalitas, posibilitas, dan pembahasan metafisik lainnya. Dengan melihat jangkauan kajian yang dibahasnya, jelas bahwa metafisika adalah disiplin yang fundamental dalam kajian filsafat. Metafisika adalah batu pijakan atas struktur gagasan kefilsafatan.Kesempurnaan manusia itu pada ketidaksempurnaan. Awal dari kegiatan kehidupan manusia adalah  fatal dan vital.
Kehidupan Fatal. Jadi, apa yang membuat kematian menjadi suatu "masalah"? Jika salah seorang anggota keluarga meninggal (dilahap kematian), orang otomatis kehilangan kepala dinginnya. Emosi, kesedihan dan ketakutan menikam jiwanya. Kemampuan kematian untuk menghancurkan nalar dan membangkitkan ketakutan amatlah besar. Kematian menyergap langsung. Ia tak dapat ditebak. Ia merusak harmoni di dalam keluarga dan di dalam hubungan antar manusia, yang telah diusahakan dengan segala daya sebelumnya. Inilah alasan, mengapa kematian menjadi suatu "masalah". Namun, semua orang, bahkan para penganut agama yang merindukan surga, tidak mau menjalani proses "mati" menuju kematian. Proses tersebut memang kerap kali tragis, seperti kecelakaan berdarah, penyakit yang menyiksa dan sebagainya.
    Fatal itu adalah terpilih,  apa yang terpilih itu adalah takdir, tak ada yang bisa merubah takdir karena takdir itu sudah terjadi. Takdir bersifat idealism. Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi. Sebaliknya, materialisme mengatakan sebaliknya. idealism itu absolut, absolut atau mutlak adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan realitas yang sempurna dan berdiri sendiri, yang tidak bergantung pada apa pun di luar realitas tersebut. absolut itu spiritualisme, spiritualisme mencakup sejumlah besar pandangan filosofis yang sangat beragam. Yang paling jelas, ini berlaku untuk semua filsafat yang menerima gagasan tentang Tuhan yang tak terbatas dan pribadi, keabadian jiwa, atau ketidakmaterialan kecerdasan dan kehendak. Spiritualism adalah kuasa Tuhan yang disebut Causa Prima yang berarti sebab dari segala sebab. Aliran causa prima/kuasa Tuhan itu Esa/monovisme percaya kepada satu Tuhan.
Monoisme merupakan paham yang menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikatnya saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi maupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya. Disisi lain, vital itu adalah memilih yang bersifat berubah, memilih itu adalah ikhtiar yang bersifat realism pada materialism berupa benda sebagai contohnya, olehkarenanya ada pluralism bersifat jamak. Realisme adalah pandangan bahwa objek-objek indera adalah real dan berada sendiri tanpa di sandarkan, tanpa pengetahuan lain atau kesadaran akal. Realisme merupakan salah satu pemikiran aliran klasik yang di sandarkan kepada aries toteles yang memandang dunia dalam tema material. Realisme berpandangan bahwa hakikat realitas ialah fisik dan juga ruh yang bersifat hal fisik dan Rohani. Realisme di dalam dunia pendidikan memiliki prinsip dan tujuan untuk memberikan perhatian kepada peserta didik yang apa adanya, untuk menyesuaikan hidup dan tanggung jawab sosial. Pada hakikatnya, lahirnya realisme sebagai aliran filsafat sebagai sintesis antara filsafat idealisme Immanuel Kant di satu pihak dan empirisme John Lock di pihak lain. Realisme kadang-kadang disebut sebagai neorasionalisme. John Lock memandang bahwa tidak ada kebenaran dari metafisik dan universal. Dia percaya bahwa sesuatu bisa dikatakan benar jika didasarkan pada pengalaman indrawi, pada sifat induksi John Lock mengingkari adanya kebenaran akal. Realisme adalah satu dari aliran yang ada di klasik, yang selalu didasarkan pada seorang nama besar yaitu Aristoteles, ia memandang dunia ini dari segi materi. Semua hal yang berada di hadapan kita itu ialah sesuatu yang nyata tidak dapat terpisah dari alam pikiran kita, tetapi akan menimbulkan pemikiran melalui upaya yang selektif mengenai setiap pengalaman kemudian melalui pemanfaatan kegunaan pikiran. Sehingga, realitas berada pada wujud alamiah, sehingga bisa dikatakan segala sesuatu berada pada wujud alamiah, kemudian bisa di katakan semua hal dapat berpindah dari alam. Pandangan mengenai kehidupan, realisme berpendapat jika kehidupan fisik, mental, moral dan spiritual biasanya dapat ditandai atau terlihat di alam. Dengan demikian itu terlihat bahwa realisme sebenarnya akan cenderung mengatakan sesuatu adalah sesuatu dalam dirinya sendiri daripada sesuatu yang seharusnya. Maka dari itu di kembangkannya sumber daya manusia ini, realisme tersebut berangkat dari bagaimana cara manusia mendapatkan pengetahuan. Kata realisme, sesuatu bisa dikatakan hebat ketika itu nyata kemudian ada dengan cara substantif. Suatu teori bisa dikatakan benar jika terdapat kesesuaian antara harapan, bisa diamati kemudian substantif. Sekolah percaya. Jika ada keterkaitan antara sifat dalam dunia. Objek yang akan diketahui ialah ada dalam dirinya, bukan hasil dari persepsi kemudian bukan pula hasil pengolahan akal dari manusia. Dunia ini ada sebelum pikiran menyadarinya kemudian dunia ada ketika pikiran tidak lagi menyadari. Sehingga, kata realisme, ada ataupun tidaknya kesadaran dalam pikiran manusia, alam akan tetap nyata kemudian nyata pula di dalam hukum. Bila realisme dapat berkaitan dengan pembelajaran sebagai suatu pencarian ilmu pengetahuan pada realisme bisa ditekankan kepada pendalaman masalah-masalah empiris pada manusia yang sifatnya parsial kasuistis. Akan tetapi tidak juga memungkiri potensi pragmatis pada manusia, tapi memandang pada pragmatis di sini hanyalah bentuk instrumen guna kecintaan terhadap alam, kendati demikian faktor objektif pada manusia akan mengetahui kebenaran didalam bentuk kurang deduktif akan menjadi perhatian. Peningkatan didalam SDM akan memfokuskan pada peningkatan dalam pendekatan ilmiah bersifat induktif. Aliran realisme mengungkapkan objek pada pengetahuan yang diketahui nyata ternyata ada didalam diri sendiri. Kemudian objek ini tidak tergantung pada pengetahuan, persepsi, atau pemikiran. Pemikiran dan di dunia luar terintegrasi, tetapi interaksi ini tidak akan berpengaruh pada sifat dunia. Karena dunia ini ada sebelum pikiran menyadari kemudian semuanya terlihat nyata setelah pikiran terhenti menyadarinya. Aliran realisme adalah salah satu didalam aliran filsafat yang sistematis pemikirannya selalu berbeda dengan sistematis pemikiran yang ada dalam idealisme seperti yang sugah sebelumnya. Realisme merupakan aliran filosofis aliran ini percaya bahwa objek indera kita itu adalah nyata dan benar-benar ada. Segala sesuatu ada, dan keberadaannya tidak tergantung pada pengetahuan serta persepsi pada pemikiran yang ada dalam diri manusia.
Aliran realisme percaya bahwa adanya alam semesta terjadi secara independen dari pemikiran (objektif). Hingga pada abad ke-17, aliran realisme itu telah diterima oleh masyarakat. Filsuf realis menafsirkan bahwa dunia sebagaimana keadaanya, tidak seperti yang dipikirkan maupun diinginkan. Para filosof menekankan bahwa realisme ialah ada pada dunia luar yang telah berdiri sendiri. Seperti pada aliran yang ada dalam filsafat lain, sistem pemikiran/gagasan/maupun teori pada filsafat umum para filosof realisme dapat menjadi implikasi pada sistem pemikiran/gagasan/teori oleh mereka mengenai pendidikan. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi. Sebagai teori, materialisme termasuk paham ontologi monistik. Akan tetapi, materialisme berbeda dengan teori ontologis yang didasarkan pada dualisme atau pluralisme. Dalam memberikan penjelasan tunggal tentang realitas, materialisme berseberangan dengan idealisme. Â Materialisme tidak mengakui entitas-entitas nonmaterial seperti roh, hantu, setan dan malaikat. Pelaku-pelaku immaterial tidak ada. Tidak ada Tuhan atau dunia adikodrati. Realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi dari aktivitas materi. Materi dan aktivitasnya bersifat abadi. Tidak ada penggerak pertama atau sebab pertama. Tidak ada kehidupan, tidak ada pikiran yang kekal. Semua gejala berubah, akhirnya melampaui eksistensi, yang kembali lagi ke dasar material primordial, abadi, dalam suatu peralihan wujud yang abadi dari materi. Setidaknya ada lima dasar ideologi yang dijadikan dasar keyakinan paham ini di antaranya,
1.Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi (ma'dah)
2.Tidak meyakini adanya alam ghaib
3.Menjadikan pancaindra sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu
4.Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakan hukum
5.Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak, artinya sebuah garis pemikiran yang memposisikan manusia sebagai narasumber dan juga sebagai resolusi dari tindakan yang sudah ada dengan jalan dialektis.
Kata materialisme terdiri dari kata "materi" dan "isme". " materi" dapat dipahami sebagai "bahan; benda; segala sesuatu yang tampak". Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai "materialis". Orang-orang ini adalah para pengusung paham (ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata (harta,uang,dsb). Materialisme adalah paham yang hanya bersandar pada materi (Mad'ah) yang tidak meyakini apa yang ada di balik alam ghaib. Tidak meyakini alam ghaib berarti tidak meyakini adanya kekuatan yang menguasai alam semesta ini dan hal itu secara otomatis menafikan adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta, karena menurut paham ini alam beserta isinya berasal dari satu sumber yaitu materi. Pemikiran ini sama halnya dengan Atheisme dalam bentuk dan subtansinya yang tidak mengakui adanya Tuhan secara mutlak. Para penganut paham ini menolak agama sebagai hukum kehidupan manusia, mereka lebih mengedepankan akal sebagai sumber segala hukum. Pada akhirnya prinsip ini melahirkan suatu ideologi bahwa hokum hanyalah apa yang bisa diterima oleh akal, padahal kita tahu bahwa hasil pemikiran manusia bersifat relatif, dalam artian bisa salah dan juga bisa benar. Materialisme dan Atheisme memiliki ikatan yag sangat erat yang tidak bisa dipisahkan antara keduanya, yaitu tidak mengakui adanya Tuhan karena mereka mengingkari alam ghaib. Materialisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang pandangannya bertitik tolak pada materi (benda). Materialisme memandang bahwa benda itu primer sedangkan ide itu ditempatkan di sekundernya, sebab materi itu ada terlebih dahulu baru kemudian ada ide. Pandangan ini berdasarkan atas kenytaan menurut proses waktu dan zat. Misalnya menurut proses waktu, lama sebelum manusia yang mempunyai ide itu ada di dunia, alam raya ini sudah ada. Dan menurut zat, manusia tidak bisa berfikir atau mempunyai ide apabila tidak mempunyai otak sedangkan otak adalah sebuah benda yang bisa dirasakan oleh panca indera kita. Otak atau materi ini yang lebih dulu ada lalu baru muncul ide dari padanya. Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material.  Cakupan obyek material filsafat adalah segala hal, baik hal-hal yang konkret atau nyata maupun hal yang tidak tampak atau abstrak. Berawal dari peristiwa diatas dimuncullah metafisik yang bersifat, sifat dari sifat, sifat mengikuti sifat. Dari sifat tetap, terpilih, takdir, idealism maka dinamakan logisme/logika yang artinya koheren bersifat analitik, analitik itu  konsisten, maka lahirlah aksioma seterusnya teorema, selanjutnya hukum/aturan yang memuat formal/normative bersifat a priori level dewasa bersifat identitas, identitas yang bersifat rasionalism yang di kemukakan oleh tokoh rasionalism yaitu R. Descrates yang menyatakan sifat skeptisme tidak mudah percaya begitu saja tanpa ada pembuktian/fakta, paham rasionalism itu sifatnya tetap, berisi identitas dan tautologis. ham rasionalisme ini beranggapan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah rasio. Jadi, dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia harus dimulai dari rasio. Tanpa rasio, mustahil manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Rasio itu adalah berpikir. Oleh karena itu, berpikir inilah yang kemudian membentuk pengetahuan. Manusia yang berpikirlah yang akan memperoleh pengetahuan. Semakin banyak manusia itu berpikir maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Berdasarkan pengetahuanlah manusia berbuat dan menentukan tindakannya sehingga nanti ada perbedaan perilaku, perbuatan, dan tindakan manusia sesuai dengan perbedaan pengetahuan yang didapat tadi. Namun demikian, rasio juga tidak bisa berdiri sendiri. Ia juga butuh dunia nyata sehingga proses pemerolehan pengetahuan ini ialah rasio yang bersentuhan dengan dunia nyata di dalam berbagai pengalaman empirisnya. Dengan demikian, seperti yang telah disinggung sebelumnya kualitas pengetahuan manusia ditentukan seberapa banyak rasionya bekerja. Semakin sering rasio bekerja dan bersentuhan dengan realitas sekitar maka semakin dekat pula manusia itu kepada kesempurnaan. Logisme merujuk pada pola berpikir yang logis, di mana seseorang yang terbiasa berpikir secara logis akan melihat segala sesuatu dengan pendekatan yang rasional. filsafat analitik adalah analisis bahasa dan struktur logika yang digunakan dalam argumentasi. Pendekatan ini berusaha memperjelas atau bahkan menyelesaikan pertanyaan filsafat dengan menguraikan dan memformalisasi argumen-argumen dalam bahasa yang jelas dan tepat. Aksioma adalah pernyataan atau proposisi yang dianggap benar tanpa perlu pembuktian lebih lanjut. Apriori adalah pengetahuan yang ada sebelum bertemu dengan pengalaman. rasionalis adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran dapat diperoleh hanya melalui hasil pembuktian, logika dan analisis terhadap fakta. Atau dengan kata lain, sebuah istilah yang dipakai untuk menjelaskan bahwa seseorang dapat berpikir dan memiliki asumsi tentang segala sesuatu, sebelum bertemu dengan pengalaman dan akhirnya mengambil Kesimpulan.
Manusia memiliki sifat yang senantiasa mencari jawaban atas pertanyaan yang timbul dalam kehidupannya. Dalam mencari ilmu pengetahuan, manusia melakukan telaah yang mencakup 3 hal, antara lain :
1) objek yang dikaji;
2) proses menemukan ilmu; dan
3) manfaat atau kegunaan ilmu tersebut.
Untuk itu, manusia akan selalu berpikir, dengan berpikir akan muncul pertanyaan, dan dengan bertanya maka akan ditemukan jawaban yang mana jawaban tersebut adalah suatu kebenaran. Teori korespondensi menyatakan bahwa kebenaran adalah kesesuaian antara pikiran dan kenyataan teori. Adapun moto teori ini adalah "truth is fidelity to objective reality" (kebenaran setia/tunduk pada realitas objektif). Implikasi dari teori ini ialah hakikat pencarian kebenaran ilmiah, bermuara kepada usaha yang sungguh-sungguh untuk mencari relasi yang senantiasa konsisten. Teori koherensi/konsistensi. Teori ini berpendapat bahwa suatu kebenaran adalah apabila ada koherensi dari arti tidak kontradiktif pada saat bersamaan antara dua atau lebih logika. Kebenaran terjadi jika ada kesesuaian antara pernyataan saat ini dan pernyataan terdahulu. Sumber kebenaran menurut teori ini adalah logika (manusia) yang secara inheren memiliki koherensi.
    Kemudian, untuk yang bersifat berubah, memilih, ikhtiar, bersifat realisme. Materialism lahirlah hukum alam yang bersifat korespondensialism. Korespondensi adalah relasi yang terjadi antara proposisi dan fakta jika proposisinya benar. korespondensialism yang bersifat persepsi, sintetik, a poster priori yang  percaya seperti level anak-anak, yang di dapat berdasarkan pengetahuan, bersifat emperialism yang dikemukan oleh tokoh imperialism yaitu David Hume, imperialism dapat berubah karena kontradiksi, oleh karena berubah ada novelty yaitu perubahan. Secara epistimologi, istilah empirisme barasal dari kata Yunani yaitu emperia yang artinya pengalaman. Berbeda dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi rasio sebagai sumber pengetahuan, empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah.Persepsi adalah hasil respons inderawi terhadap fenomena alam.Oleh karena ada pertentangan/ debat tentang paham perubahan dan paham tetap pada masa itu ada terjadi perbedaan pendapat dari tokoh aliran tetap dengan tokoh aliran berubah yakni Deraktitos. Setelah terjadinya perdebatan pendapat, maka pada tahun 1671 ada tokoh filsafat yang memahami dan menjelaskan bahwa ilmu harus berdasarkan a priori dan sintetik. Pada peristiwa itulah mulai munculnya zaman modern ketika adanya pertempuran David Hume dengan R. Descrates.
    Pada tahun 1857 muncul tokoh Aguste Compte yang mengemukakan pendapat yang berbeda. Compte menyatakan bahwa agama tidak dapat membangun manusia. Salah satu sumbangsihnya terhadap sosiologi menyangkut hukum perkembangan budaya masyarakat, yang terbagi menjadi tiga zaman, yaitu: Zaman Teologis adalah zaman dimana orang memiliki kepercayaan magis, mereka percaya pada roh, jimat dan agama, dunia bergerak dalam akhirat, untuk menyembah leluhur. , dunia di mana orang mati menguasai orang hidup. Zaman metafisika adalah zaman masyarakat ketika pemikiran manusia masih dibatasi oleh konsep-konsep filosofis yang abstrak dan universal. Era positivis adalah masa ketika semua penjelasan fenomena sosial dan alam dibuat dalam kaitannya dengan deskripsi ilmiah (hukum ilmiah).
Menurut Auguste Comte, sosiologi adalah disiplin  ilmu yang mempelajari manusia. Sebagai manusia, kita memiliki naluri untuk selalu hidup bersama orang lain. Ide-ide Comte dalam sosiologi dikenal sebagai hukum tiga tahap pemikiran manusia. Tahapan yang disebutkan oleh Auguste Comte adalah tahap teologis, tahap metafisika dan tahap positivis. Kata sosiologi berasal dari bahasa latin socius yang berarti teman atau sahabat. Sedangkan logos berarti ilmu. Menafsirkan dua kata ini, sosiologi adalah ilmu tentang teman.
Secara umum, sosiologi adalah studi tentang interaksi dalam masyarakat. Â Ilmu ini dikenal pada abad ke-19 dan terpisah dari filsafat. Sosiologi mempelajari hubungan antara manusia dan kehidupan. Selain itu, sosiologi mempelajari kelas, masyarakat, ikatan adat, adat istiadat, kepercayaan, perilaku dan budaya.
 Compte menjelaskan Tingkat kehidupan manusia dari yang paling rendah yaitu :Agama/Spiritualism > Metafisik > Metode Positif > Positism. Comte berpendapat bahwa jawaban atas perkembangan sosial harus dicari pada ciri-ciri yang membedakan manusia dengan binatang, yaitu perkembangan kecerdasan. Comte mengemukakan tiga tingkat kecerdasan manusia, yaitu teori perkembangan atau yang biasa disebut hukum tiga fase atau tahap, yaitu: Fase teologis. Fase ini dimulai sebelum tahun 1300 dan mencirikan dunia. Pada tahap ini, segala sesuatu yang terjadi di dunia ini diyakini dikendalikan oleh dewa, roh atau kekuatan gaib dewa. Pemikiran ini menjadi dasar mutlak untuk menjelaskan semua fenomena di sekitar manusia sedemikian rupa sehingga terkesan absurd. Dalam tahap teologis ini, masyarakat memiliki tiga keyakinan. Yang pertama adalah fetisisme (segalanya) dan dinamisme bahwa alam semesta ini memiliki jiwa. Kemudian animisme, yang mempercayai dunia sebagai tempat tinggal makhluk halus atau makhluk halus. Yang kedua adalah politeisme (pilihan), sedikit lebih maju dari kepercayaan sebelumnya. Politeisme mengklasifikasikan segala sesuatu dan fenomena alam berdasarkan kesamaan di antara mereka. Jadi, politeisme menyederhanakan keragaman alam semesta. Contoh kemusyrikan, sebelumnya setiap sawah memiliki dewa yang berbeda di desa yang berbeda. Politeisme menganggap bahwa setiap sawah di mana ia berada memiliki dewa yang sama, orang Jawa mengatakan bahwa dewa padi adalah Dewi Sri. Terakhir, monoisme adalah kepercayaan bahwa hanya ada satu Tuhan. Dalam fase teologis, berikut ini dapat kita berikan contoh auman guntur yang dibuat oleh para raksasa dalam peperangan.
Pada tahap yang kedua yaitu Fase Metafisik. Fase ini terjadi antara tahun 1300 dan 1800. Pada saat itu, orang mengalami perubahan cara berpikir. Pada tahap ini muncul konsep-konsep abstrak atau kekuatan abstrak selain Tuhan yaitu alam. Segala sesuatu yang terjadi di bumi adalah hukum alam yang tidak dapat diubah. Misalnya pejabat pemerintah adalah orang terpelajar yang mengetahui  ilmu pengetahuan, namun tetap percaya akan hal gaib dan percaya pada kekuatan dukun.
Pada tahap ini, Fase Positivisme semua fenomena atau fenomena alam yang terjadi dapat dipelajari, diuji, dan dibuktikan secara empiris atau secara ilmiah. Tahap ini membuat  sains berkembang dan segalanya menjadi lebih rasional, menciptakan dunia yang lebih baik, karena orang cenderung berhenti mencari penyebab absolut (Tuhan atau alam) dan lebih fokus mempelajari dunia sosial dan fisik, mencoba menemukan hukum yang mengaturnya. Misalnya, tanaman padi berbuah bukan karena kehendak dewi Sri, melainkan karena perawatan dan pemupukan yang baik.
Seiring dengan perkembangan teknologi pada zaman modern, teknologi menghasilkan kesejahteraan dan kemunafikan. Ada pemahaman kontemporer yang menyatakan Tingkat kehidupan manusia di mulai dari level yang terendah yaitu :
Archaic > Tribal > Tradisional > Feudal > Modern > Pos Modern > Power/ Now.
Masih belum tuntas mencermati binatang apakah Positivisme itu, di luar kesadaran komunitas spiritual, dia telah menjelma menjadi sang Power Now atau Post Modern atau Post Post Modern yang menguasai segala aspek dan sendi kehidupan komtemporer dengan 4 ujung tombak: Kapitalisme, Pragmatisme, Utiltarianisme dan Hedonisme. Dibanding Positivisme awal, maka Power Now menampilkan sosok struktur dunia yang lebih lengkap, lebih canggih, dan lebih mampu merangkum semua persoalan dunia, seperti tampak pada diagram berikut:
Di dalam struktur dunia nya Power Now, spiritualitas dipinggirkan dan ditempatkan tidak boleh melampaui fase Tradisional. Itulah sebabnya mengapa pada jaman sekarang (kontemporer) lebih banyak fenomena bermoduskan non-agamis. Agama dipandang tidak mampu memecahkan persoalan-persoalan teknis dan pragmatis dari kehidupan kontemporer. Interaksi antara dunia spiritualitas dengan dunia Power Now dirasakan sangat tidak imbang. Toynbee sendiri, seorang penulis dari dunia kontemporer, menyatakan bahwa dalam kehidupan komtemporer sekarang ini hanya ada 2 pilihan kontradiktif yang tak terhindarkan bagi umat manusia, yaitu, pertama, menjadi "hantu" atau kedua, menjadi "robot".
Dalam interaksinya dengan pemikir dunia kontemporer, penulis mempunyai pengalaman kedatangan matematikawan kaliber dunia (Mr X) dari Universitas paling terkenal di dunia Barat. Dia mengikuti beberapa perkuliahan yang saya ampu yaitu Pembelajaran Matematika di Universitas. Dalam kehidupan kontemporer, kedigdayaan sang Power Now sudah jelas mengandung arti tersingkir dan melemahnya peran dunia Islam dalam percaturan memperebutkan paradigma dunia. Dikarenakan melemahnya kedudukan dunia Islam baik secara ekonomi, politik, sosial, budaya dan pendidikan maka sesuai dengan hukum kodratnya, kedudukan yang diperoleh berkarakter sub-ordinat yaitu: lebih banyak ditentukan dari pada menentukan, lebih banyak dirugikan dari pada diuntungkan, lebih banyak diwarnai dari pada mewarnai, lebih banyak disalahkan dari pada menyalahkan, lebih banyak menjadi obyek dari pada subyek, lebih banyak tercerai berai dari pada holistic dan komprehensif, lebih banyak dipermalukan dari pada dihargai, lebih banyak dicurigai dari pada dipercaya. Kedudukan seperti itu juga membawa akibat: lebih sedikit mendapatkan akses, lebih sedikit mendapatkan hak, lebih sedikit memperoleh kesempatan dan lebih sedikit inisiatif.
      Lemahnya bargaining position dunia Islam dalam kehidupan kontemporer dikarenakan dunia Islam kurang mampu mengembangkan metodologi yang kreatif, fleksibel, objektif, terukur dan saintifik. Hal demikian dikarenakan dunia Islam belum mampu mengatasi atau melampaui terkategorisasinya pemikiran dilematis sejak awal tradisi pemikirannya. Pil pahit harus ditelan oleh dunia Islam untuk menyaksikan bahwa urusan habluminanash lebih banyak ditentukan dan diurusi oleh kaum bukan Islam. Pil pahit-pil pahit yang lain berurutan juga harus siap ditelan untuk terpaksa dan tak berdaya mendengarkan tausiah sang digdaya Power Now bahwa "kehidupan sekarang ini tidak lagi memiliki cakrawala spiritualitas" Gerakan kebangkitan Islam pada pertengahan abad ini telah gagal menegakan dan menunjukan substansi dan jati dirinya dikarenakan kehilangan jati dirinya dan bergantung pada dunia eksternal dengan ketidakmampuan untuk membuat atau melakukan anti tesis dan sintesis-sintesis. Pil pahit berikutnya adalah kesaksian yang harus diberikan oleh dunia Islam yang membiarkan para prajurit sang Power Now untuk memutus dan memotong akar-akar tradisional yang merupakan ibu dari peradaban yang melahirkan pemikiran Islam, kemudian dengan seenaknya menterjemahkan dan membelokkan makna sejarah sesuai dengan kepentingannya.Â
Pada zaman power/ now ada gerakan yang mendukungnya yaitu gerakan Trumpism, Trumpisme adalah sebuah istilah untuk ideologi politik, gaya pemerintahan, gerakan politik dan serangkaian mekanisme untuk mengakuisisi dan menjaga kekuasaan yang diasosiasikan . Dimana aliran tersebut menyatakan capitalism, materialism, pragmatism, ultitarian, dan liberalism. Kapitalisme adalah ideologi di mana filsafat sosial dan politiknya didasarkan pada asas pengembangan hak milik pribadi. Kapitalisme merupakan perluasan dari paham kebebasan. Kesempatan yang sama, adanya pengakuan terhadap persamaan manusia, pusat kepentingan adalah individu. Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa kebenaran dari segala sesuatu berdasarkan kepada manfaat yang diberikannya. Sesuatu hal ini dinilai dari kebergunaannya bagi tindakan manusia untuk kehidupannya. Pernyataannya dapat berbentuk ucapan, dalil atau teori.Â
Ultitarian merupakan tindakan terbaik adalah tindakan yang memaksimalkan utilitas. Utilitas itu sendiri bukanlah konsep yang sederhana, meskipun tujuannya adalah untuk mewakili keadaan yang baik untuk individu. onsep utama di balik utilitarisme adalah bahwa tindakan yang benar atau salah dinilai berdasarkan pada akibatnya, khususnya tingkat kebahagiaan atau penderitaan yang dihasilkan oleh tindakan tersebut. Dengan kata lain, tujuan utama dari tindakan tersebut adalah untuk memaksimalkan kebahagiaan secara keseluruhan di Masyarakat. Utilitarisme adalah teori etika yang mengemukakan bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang menghasilkan konsekuensi yang paling baik pula bagi sebanyak mungkin orang. Ini berarti bahwa keputusan moral harus dievaluasi berdasarkan pada dampak keseluruhan dari tindakan tersebut, dan bukan berdasarkan pada nilai intrinsik dari tindakan itu sendiri. Â Dalam politik dan kebijakan publik, utilitarisme dapat menjadi panduan yang berharga dalam pengambilan keputusan. Misalnya, dalam mengevaluasi kebijakan ekonomi atau lingkungan, pemerintah dapat menggunakan prinsip utilitarianisme untuk memastikan bahwa keputusan mereka akan menghasilkan manfaat terbesar bagi masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, dalam menetapkan tarif pajak, pemerintah dapat mempertimbangkan dampaknya terhadap penerimaan negara dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Meskipun utilitarisme memiliki banyak kelebihan, pendekatannya juga telah dikritik oleh beberapa filsuf dan akademisi.
Salah satu kritik utama terhadap utilitarisme adalah bahwa itu dapat mengabaikan hak individu. Kritikus mengatakan bahwa dalam upaya untuk memaksimalkan kebahagiaan secara keseluruhan, utilitarisme dapat membenarkan tindakan yang merugikan atau menindas minoritas. Dengan menggunakan pendekatan utilitarianisme, kita dapat lebih baik memahami bagaimana tindakan kita mempengaruhi orang lain dan masyarakat secara keseluruhan, serta bagaimana kita dapat bertindak untuk mempromosikan kesejahteraan bersama. Meskipun kita mungkin tidak selalu setuju dengan setiap aspek dari utilitarisme, mempertimbangkan prinsip-prinsip ini dapat membantu kita membuat keputusan yang lebih bijaksana dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari kita.
 Liberalisme adalah sebuah pandangan filsafat politik dan moral yang didasarkan pada kebebasan, persetujuan dari yang diperintah dan persamaan di hadapan hukum. Liberalisme berusaha untuk menggantikan norma-norma hak istimewa turun-temurun, agama negara, monarki absolut, hak ilahi raja dan konservatisme tradisional dengan demokrasi perwakilan dan supremasi hukum. Liberalisme adalah sebuah ideologi politik, pandangan filsafat politik dan moral yang didasarkan pada kebebasan, persetujuan dari yang diperintah dan persamaan di hadapan hukum. Orang-orang liberal mendukung beragam pandangan tergantung kepada pemahaman mereka tentang prinsip-prinsip ini, tetapi umumnya mereka mendukung hak-hak individu (termasuk hak-hak sipil dan hak asasi manusia), demokrasi, sekularisme, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan beragama dan ekonomi pasar. Liberalisme menjadi salah satu gerakan utama di Zaman Pencerahan dan menjadi populer di kalangan filsuf dan ekonom Barat. Liberalisme berusaha untuk menggantikan norma-norma hak istimewa turun-temurun, agama negara, monarki absolut, hak ilahi raja dan konservatisme tradisional dengan demokrasi perwakilan dan supremasi hukum. Para liberal juga mengakhiri kebijakan merkantilis, monopoli kerajaan dan hambatan perdagangan lainnya. Ini dimaksudkan untuk mempromosikan perdagangan bebas dan marketisasi. Gelombang awal liberalisme mempopulerkan individualisme ekonomi sambil memperluas pemerintahan konstitusional dan otoritas parlementer. Kaum liberal mencari dan menetapkan tatanan konstitusional yang menghargai kebebasan individu yang penting, seperti kebebasan berbicara dan kebebasan berserikat; kebebasan beragama, pengadilan yang independen, pengadilan publik oleh juri; dan penghapusan hak-hak istimewa aristokrat. Gelombang pemikiran dan perjuangan liberal modern belakangan sangat dipengaruhi oleh kebutuhan untuk memperluas hak-hak sipil. Kaum liberal banyak mendukung kesetaraan gender dan kesetaraan ras dalam upaya mereka untuk mempromosikan hak-hak sipil. Gerakan hak-hak sipil global di abad ke-20 bermaksud untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Tujuan lain yang sering dipromosikan oleh kaum liberal termasuk hak pilih universal dan akses universal ke pendidikan. Paham liberal maupun sebagai reaksi atas penindasan yang dilakukan oleh kaum bangsawan dan agamawan pada masa perkembangan feodalisme dengan pemerintahan monarki absolute. Pendukung utama paham liberal adalah kaum borjuis dan kaum-kaum terpelajar kota. Ada lima ciri liberalisme, yaitu:
- Bentuk pemerintahan demokrasi adalah yang terbaik.
- Masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh.
- Pengaturan yang dilakukan pemerintah hanya terbatas.
- Kekuasaan seseorang diartikan sebagai hal buruk dalam kehidupan.
- Kebahagiaan individu adalah tujuan utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H