Anak memiliki kesenangannya sendiri, dan terkadang ketika anak sudah terlanjur suka mereka akan meminta kepada orang tua agar diberikan apa yang mereka inginkan. Anak akan merengek dan menangis hingga apa yang mereka mau dituruti oleh orang tua mereka.Â
Banyak orang tua yang tidak mau mengambil repot dan memberikan apa yang anak mau tanpa melihat apakan yang mereka turuti bermanfaat bagi anak atau tidak.Â
Terkadang orang tua lebih memilih menuruti semua keinginan anak dengan alasan agar anak tidak menangis, satu tindakan inilah yang menyebabkan anak terbiasa dan menjadi senjata anak untuk memiliki apa yang ia mau. Dengan terbiasanya anak maka mereka akan dengan reflek untuk menangis disaat apa yang mereka inginkan ditolak oleh orang tua.
Selain itu terdapat beberapa dampak negatif yang mungkin akan muncul seperti :
- Membuat anak sulit mengikuti peraturan, anak tidak akan selalu berada di zona aman (lingkungan keluarga). Ada kalanya anak akan berada di lingkungan sekolah dan masyarakat dimana tidak semua orang akan menuruti permintaannya dan akan yang diharus kan mengikuti apa yang ada dilingkungan tersebut seperti dilingkungan sekolah anak diharuskan menulis sendiri, bermain dengan mainan yang ada disekolah. Sedangkan untuk dilingkungan masyarakat anak harus bisa berinteraksi baik dengan teman sebayanya. Jika anak dimanja dilingkungan rumahnya anak akan terbiasa untuk tidak mengikuti peraturan yang ada
- Membentuk sifat tidak menghargai, Ketahuilah parent bahwa anak yang terbiasa dituruti permintaannya akan berdampak pada sifat semena-mena, dimana anak akan berperan layaknya "boss" dan semua permintaannya harus dituruti.
- Meningkatkan resiko gangguan kesehatan anak, Menuruti keinginan anak untuk mengkonsumsi bermacam makanan dan minuman yang belum jelas sehat tidaknya akan berdampak pada menimbunnya bibit penyakit pada tubuh anak.
Cara Mengatasi Kebiasaan Menuruti Keinginan Anak
Setiap orang tua pasti menginginkan kebahagiaan anaknya. Meski begitu menuruti semua keinginan anak bukanlah hal yang bijak parents. Seperti yang saya jelaskan diatas menuruti semua keinginan anak akan menimbulkan dampak-dampak negatif.
Apakah parents mau semua itu terjadi pada anak parents???
Tentu saja tidak. Meski kadang sulit bagi orang tua untuk menolak keinginan anak, namun ketahuilah bahwa bagaimana sikap orang tua dalam hal ini akan membangun karakter anak di masa depan.Â
Jelaskan baik-baik pada anak dengan cara yang mudah dimengerti, mengenai konsep skala prioritas, serta hak dan tanggung jawab.
Pada Awalnya anak mungkin akan memberontak dan marah, namun orang tua harus tetap tegas. Dan memberikan pengertian lebih lanjut dan memberikan contoh-contoh yang nyata tentang dampak negatif yang mungkin terjadi jika anak mendapatkan yang ia inginkan.Â
Dengan begitu, anak akan belajar cara mengendalikan emosi dan mengerti bahwa tidak semua keinginannya harus atau dapat dipenuhi.
Selain itu ajari anak untuk berusaha sendiri untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Seperti mengajarkan anak untuk menabung agar bisa dibelikan mainan. Cara ini bertujuan untuk mengajarkan anak menabung, sabar dan menggunakan uang yang ia miliki dengan sebaik mungkin.
Cara selanjutnya yang dapat orang tua lakukan adalah menerapkan disiplin dan memberikan award. Misalnya, anak hanya boleh mendapatkan mainan baru jika ia berhasil memperoleh nilai yang bagus saat ujian.Â
Dengan cara ini, anak akan belajar untuk mematuhi peraturan. Tapi ingat, terapkan aturan dengan konsisten ya, Bunda dan Ayah.
Selain itu, ajarkanlah anak untuk selalu bersyukur atas semua hal yang dimilikinya. Mengajarkan anak bersyukur menjadikan anak lebih menghargai sesuatu dalam sebuah proses dan bukannya membanggakan hasil yang ia dapat tanpa berusaha.
Pada setiap hal Bunda dan Ayah harus menjadi panutan bagi anak. Bukan berarti bunda dan ayah hanya berbicara saja tanpa bergerak. SALAH, setiap orang tua diwajibkan untuk bergerak dan menjadi contoh maka dari itu sebelum parents berbicara sebaiknya juga perlu memikirkannya terlebih dahulu "saya sudah memberi contoh yang benar kepada anak saya atau belum".
Semua kembali pada pribadi masing-masing dan cara mendidik anak masing-masing. Semoga bermanfaat dan dapat menjadi rujukan untuk pengasuhan anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H